TintaSiyasi.id -- Muhasabah menjadi amal terbaik yang mesti dilakukan oleh umat dalam pergantian tahun ini. Mengukur apakah umat ini sudah berada dalam kegemilangan ataukah sebaliknya dalam duka dan penderitaan. Perkara yang berbahaya bila umat justru bersikap tak acuh, apatis, atau denial terhadap kondisi buruk yang ada. Atau, hanya fokus pada urusan pribadi, termasuk hanya amal-amal pribadi saja. Padahal Nabi SAW memerintahkan kita juga untuk selalu ihtimam terhadap kondisi Islam dan kaum Muslim.
Sabda beliau, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Melihat timeline tahun 1446 H kondisi umat nyaris tak ada perubahan berarti. Bahkan bisa kian memilukan. Penderitaan Muslim Gaza semakin bertambah. Sampai detik ini tak ada satu pun pemimpin dunia Islam melakukan penghentian genosida penduduk Gaza. Para rezim Arab bukan saja hanya menonton, tapi juga secara nyata mendukung kebiadaban entitas Yahudi.
Parahnya lagi, penguasa Mesir juga Libya mengusir aksi Global March to Gaza yang bergerak menuju kawasan konflik. Bukan cuma mendeportasi para peserta tapi penguasa Mesir mengerahkan kaki tangan mereka melakukan penganiayaan terhadap rombongan tersebut. Membiarkan pelemparan botol-botol dan berbagai benda ke arah peserta konvoi.
Para penguasa Arab seperti Yordania, Mesir, termasuk Saudi juga lebih sigap melindungi entitas zionis Yahudi. Mereka menyediakan landasan pesawat juga pelabuhan untuk keperluan militer Amerika Serikat yang akan membantu operasi genosida di Gaza.
Ketika Iran menyatakan akan melancarkan serangan balasan ke negeri Zionis, para penguasa Arab terang-terangan akan menghadang serangan misil dari Iran ke negeri Zionis. Tapi mereka tidak melakukan hal serupa terhadap misil Zionis yang menyasar Suriah, Lebanon, Iran maupun ke Yaman.
Hikmah kejadian ini adalah umat semakin yakin kalau para penguasa Arab bukan saja sekutu tapi juga pelindung negeri zionis Yahudi.
Celakalah orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin, dan tertipulah mereka yang hari ini sama denga kemarin. Ungkapan ini peringatan keras agar umat melakukan perubahan. Change or die. Berubah atau mati. Perubahan ini jadi satu kemestian demi hidup matinya umat. Membiarkan drama tragis ini terus berlanjut episode demi episode menjadikan kondisi kita semakin terpuruk. Bahkan binasa.
Perubahan yang wajib dilakukan bukan hanya parsial, tapi menyeluruh. Masif bukan gradual. Negara kebangsaan sudah gagal melindungi umat. Bahkan konsep negara kebangsaan itu yang menjadi penghalang upaya melindungi umat. Negara kebangsaan juga justru menjadi pemicu konflik antar negeri Islam. Bagaimana Saudi justru memukuli Yaman ketimbang fokus menyerang entitas zionis.
Umat wajib mengubah world of view ke arah yang shahih. Keberadaan mereka bukan sebagai negara bangsa, tapi sebagai entitas kaum Muslimin yang wajib bersatu. Saling melindungi dan haram menyerahkan saudara seiman kepada musuh. Umat mesti melihat kewajiban utama mereka adalah menegakkan syariat dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Bukan menjadi pengekor PBB dan pelayan negara-negara Barat.
World of view yang shahih juga akan membuat umat paham bahwa eksistensi para penguasa mereka adalah penguasa boneka. Orang-orang yang sigap melayani kepentingan Barat sebagai majikannya. Bukan melayani dan melindungi agama dan kaum Muslim. Sebab itu umat harus mengubah para penguasa mereka agar hanya berkhidmat pada Islam. Umat harus menuntut para penguasa itu melindungi dan meriayah kepentingan umat, bukan para penjajah.
Perubahan juga wajib dilakukan terhadap sistem kehidupan yang hari ini diterapkan di tengah umat. Sebab, sekularisme-kapitalisme yang hari ini menjadi sistem kehidupan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Sekularisme telah meminggirkan Islam, tidak menjadikannya sebagai landasan dan kepemimpinan berpikir. Ukuran kebaikan adalah maslahat, terutama maslahat kaum oligarki atau kapitalis. Maka bumi dieksploitasi dan dirusak untuk memperkaya para penguasa dan pengusaha tersebut.
Sekularisme-kapitalisme juga sudah gagal dalam peradaban. Ideologi ini telah mendehumanisasi umat manusia. Kerusakan moral, kehancuran keluarga, kemelaratan struktural dan korupsi kekuasaan merajalela. Sementara rakyat dipaksa hidup dengan prinsip survival of the fittes. Mereka yang kuat yang bertahan hidup. Sementara yang lemah akan tersingkir.
Para pengemban dakwah juga harus mengubah mindset perjuangan. Bahwa umat pada hari ini membutuhkan perubahan total, bukan parsial. Kerusakan umat bukanlah pada ahlak atau ibadah, tapi karena mereka hidup dalam sistem batil; sekularisme-kapitalisme. Sudah saatnya para dai menyerukan perubahan sistem kehidupan, bukan semata perbaikan personal.
Inilah tugas berat yang harus dilakukan. Membangun kesadaran akan kondisi yang karut marut, memahami akar persoalannya, dan melakukan perubahan ke arah totalitas Islam. Barulah umat bisa meninggalkan kebangkrutan kemanusiaan, menuju kegemilangan peradaban. Inilah syarat yang harus dipenuhi agar timeline perjalanan umat ini berubah menjadi era keemasan. []
Oleh: Dra. Rahma
Praktisi Pendidikan