Setiap insan beriman pasti merindukan kedekatan dengan Allah, ingin menjadi bagian dari golongan orang-orang shalih, dan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi-Nya. Namun, jalan menuju tingkatan tersebut tidak datang secara instan. Ia ditempuh melalui amalan, mujahadah, dan kesungguhan dalam menghidupkan hati dan jiwa.
Di tengah derasnya arus dunia yang sering melalaikan, Abu Laits As-Samarqandi, seorang ulama besar dari abad ke-4 Hijriyah, menulis sebuah kitab agung berjudul Tanbihul Ghafilin (Peringatan bagi Orang-Orang yang Lalai). Dalam kitab ini, beliau memaparkan 10 amalan unggulan yang jika dilakukan secara ikhlas dan istiqamah, akan menghantarkan seseorang ke derajat tinggi di sisi Allah.
1. Taubat Nasuha: Awal Segala Kebangkitan Ruhani
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)
Taubat adalah gerbang pertama menuju perubahan. Tanpa taubat, hati akan terus terbelenggu oleh dosa, dan cahaya kebaikan sulit menembus relung jiwa. Abu Laits mengingatkan, taubat bukan sekadar ucapan lisan, tapi keinsafan yang dalam dan tekad yang
kuat untuk tidak mengulangi kesalahan.
Refleksi:
Taubat adalah tanda hidupnya hati. Orang yang terus memperbarui taubatnya, sejatinya adalah orang yang terus-menerus mendekat kepada Allah dengan rendah hati dan harap yang besar.
2. Zikir: Menyuburkan Hati yang Lapar Akan Tuhan
"Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra’d: 28)
Abu Laits mengajarkan bahwa zikir adalah makanan hati. Tanpa zikir, hati akan menjadi keras dan kering. Zikir bukan hanya sebatas lafaz, tapi juga kesadaran ruhani yang hadir di setiap tarikan napas.
Refleksi:
Zikir membangunkan hati dari tidur panjang kelalaian. Ia menghidupkan kesadaran bahwa Allah Maha Dekat, Maha Menyaksikan, dan selalu mengasihi hamba-Nya.
3.Membaca dan Mentadabburi Al-Qur’an
Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tapi cahaya petunjuk. Abu Laits menasihati: siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai teman karibnya, maka ia akan dituntun dalam gelapnya dunia.
Refleksi:
Ketika Al-Qur’an kita baca dengan hati yang hadir, ia akan berbicara kepada kita: menegur, menghibur, membimbing, dan memeluk kita dengan ayat-ayat kasih sayang-Nya.
4. Shalat Khusyu’: Pilar Kedekatan dengan Allah
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Shalat bukan sekadar rutinitas, tapi mi’raj ruhani menuju Allah. Abu Laits mengajarkan, shalat yang dilakukan dengan khusyu’ adalah tanda cinta sejati kepada Allah. Bukan tergesa-gesa, bukan gugur kewajiban semata, tapi dialog suci antara hamba dan Tuhannya.
Refleksi:
Periksa shalatmu. Apakah hatimu hadir dalam tiap gerakan dan bacaan? Shalat yang benar akan meninggalkan pengaruh dalam hidup dan memperindah akhlak.
5. Silaturahmi dan Memaafkan: Memperluas Cinta di Bumi
Silaturahmi adalah bentuk nyata dari ukhuwah dan rahmat. Abu Laits menegaskan bahwa orang yang menyambung tali persaudaraan, meskipun ia yang dizalimi, adalah orang yang berjiwa besar.
Refleksi:
Memaafkan bukan tanda kelemahan, tapi kekuatan jiwa. Allah akan memuliakan orang yang memberi maaf lebih tinggi dari yang membalas dendam.
6. Menyantuni Anak Yatim dan Dhuafa: Sentuhan Cinta Ilahi
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim di surga seperti ini." (HR. Bukhari)
Abu Laits menekankan bahwa menyayangi anak yatim adalah jalan pintas menuju surga. Hati orang-orang yang peduli terhadap yatim piatu dan kaum miskin adalah hati yang Allah cintai.
Refleksi:
Saat kita memberi pada orang yang tak bisa membalas, justru di situlah kita sedang membeli kasih sayang Allah.
7.Menahan Amarah dan Menghapus Dendam
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain; Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Ali ‘Imran: 134)
Salah satu karakter luhur orang beriman adalah mampu mengendalikan emosi dan tidak mudah tersulut api kemarahan. Abu Laits menyebutkan bahwa kekuatan sejati bukan pada fisik, tapi pada siapa yang mampu mengendalikan dirinya.
Refleksi:
Amarah yang tak dikendalikan bisa merusak semua amal dan hubungan. Menahan marah adalah bentuk jihad melawan nafsu.
8.Keikhlasan dalam Amal: Menyembunyikan Cahaya agar Hanya Allah yang Melihat
Ikhlas adalah ruh dari seluruh amal. Tanpa keikhlasan, amal sebesar gunung bisa menjadi debu yang berterbangan. Abu Laits menasihati bahwa amal tersembunyi lebih disukai Allah, karena ia bebas dari riya’ dan ujub.
Refleksi:
Simpan sebagian amalmu hanya untuk Allah. Jangan kau unggah semua kebaikan ke sosial media; unggahlah sebagian untuk langit.
9. Menjauhi Dosa Kecil dan Besar
"Janganlah engkau memandang kecilnya dosa, tapi pandanglah kepada siapa engkau bermaksiat." (Imam Ali r.a)
Abu Laits memperingatkan bahwa dosa-dosa kecil yang dianggap sepele bisa menghitamkan hati. Ia seperti tetesan air yang lama-lama melubangi batu.
Refleksi:
Orang yang shalih adalah orang yang sensitif terhadap dosa. Bahkan lintasan maksiat di hatinya membuat ia menangis di malam hari.
10.Tawakal dan Ridha atas Takdir Allah
"Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya." (QS. Ath-Thalaq: 3)
Abu Laits mengajarkan bahwa rasa ridha dan tawakal adalah puncak keimanan. Orang yang menyerahkan semua urusannya kepada Allah akan mendapatkan ketenangan, kekuatan, dan pertolongan yang tak terduga.
Refleksi:
Jangan terlalu sibuk dengan dunia hingga lupa bahwa segala urusan sudah ditentukan. Ridhalah terhadap takdir, maka hatimu akan damai.
Penutup: Menjadi Cahaya di Tengah Kegelapan
Sepuluh amalan ini bukan sekadar nasihat klasik, tapi jalan hidup ruhani yang abadi. Di tengah zaman penuh fitnah, guncangan, dan kelalaian, nasehat Abu Laits As-Samarqandi adalah lentera yang menuntun kita agar tidak tersesat.
Setiap amalan adalah langkah kecil menuju kesempurnaan jiwa. Lakukan dengan ikhlas, terus-menerus, dan harapkan hanya wajah Allah. Karena pada akhirnya, bukan seberapa besar amal kita, tapi seberapa tulus dan istiqamah kita menjalaninya.
"Barang siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta." (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)