Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Malin Kundang Masa Kini, Marak Terjadi di Masyarakat

Minggu, 27 Juli 2025 | 07:57 WIB Last Updated 2025-07-27T00:57:48Z
TintaSiyasi.id -- Seorang anak di Bekasi tega memukuli ibunya hanya karena si ibu tidak memberi uang Rp30.000 kepada si anak. Penganiayaan ibu kandung oleh anaknya sendiri itu terjadi pada Rabu (18/6). Saat itu, anak korban berinisial MI (23) meminta uang kepada korban sebesar Rp30.000. Anak tersebut tidak menyebutkan akan digunakan untuk apa uang tersebut. Saat korban tidak menuruti permintaan anaknya dengan alasan tidak memiliki uang, anaknya tetap memaksa dan terjadilah pemukulan terhadap korban (Merdeka.com, Senin, 23/06/2025).

Sungguh miris kondisi ini. Air susu dibalas dengan air tuba. Kasih sayang yang diberikan ibu kepada si anak dibalas dengan penganiayaan. Malin Kundang masa kini mulai merebak di masyarakat. Yang menjadi pertanyaan, apa yang melatarbelakangi terjadinya hal ini?

Pola asuh orang tua yang tidak tepat. Tidak terasa, orang tua melakukan pola asuh yang tidak tepat kepada anaknya. Hal ini menjadi "racun" bagi anak-anaknya. Alih-alih anak menjadi baik, hal ini justru sebaliknya. Pola asuh yang tidak tepat, salah satunya adalah sikap orang tua yang memanjakan anaknya. Orang tua selalu mengikuti semua kemauan anak tanpa memperhatikan kebutuhan dan keinginan. Prinsipnya, yang penting anak bahagia. Efek dari memanjakan anak adalah tantrum jika keinginan anak tidak terpenuhi. Lebih mengerikan lagi, anak akan melakukan kekerasan kepada orang tuanya jika keinginannya tidak dipenuhi.

Selain itu, fokus orang tua pada pendidikan anaknya hanya pada aspek akademik belaka. Orang tua tidak fokus pada karakter anak, adab, dan akhlak anak. Selain itu, orang tua juga kurang memiliki pemahaman agama yang benar, sehingga anak tidak mendapatkan pendidikan agama dalam keluarga.

Kebebasan menggunakan gawai turut menyumbang sikap kasar anak kepada orang tuanya. Gawai bak pisau bermata dua, di satu sisi memberikan dampak positif, di sisi lain memberikan dampak negatif. Dampak negatif salah satunya adalah terpapar gim daring. Tak sedikit anak melakukan kekerasan kepada orang tua karena pengaruh adegan kekerasan yang ada di gim daring.

Selain faktor di atas, pergaulan bebas turut menyumbang kekerasan anak kepada orang tuanya. Anak mengikuti food, fun, fashion yang sedang tren masa kini. Hal ini membuat anak harus mengeluarkan cuan yang tinggi. Ketika tidak sama dengan teman-temannya, maka dia akan dikucilkan. Mau tidak mau, mereka harus meminta uang kepada orang tuanya agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Jika orang tuanya melarang, tak sedikit anak melakukan kekerasan kepada orang tuanya agar mendapatkan uang.

Kondisi anak seperti ini diperparah dengan masyarakat yang cuek. Masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan. Masyarakat abai terhadap anak-anak yang suka nongkrong di warung-warung ataupun tempat-tempat hiburan. Mereka berprinsip, “Itu bukan urusan saya,” sehingga tidak ada kontrol masyarakat terhadap pergaulan di lingkungan sekitar.

Jelas, sistem hari ini tak mampu menyelesaikan permasalahan kekerasan anak terhadap orang tuanya. Butuh sistem alternatif agar kasus ini segera terurai secara tuntas. Sistem ini adalah sistem Islam yang bersumber dari wahyu Allah Swt. Sistem Islam mengajarkan bahwa anak harus tunduk dan patuh pada orang tuanya. Jangankan berbuat kasar, berkata "ah" saja tidak boleh.

Sistem Islam Melahirkan Generasi yang Berbakti kepada Orang Tua
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman: 14).

Ayat di atas memerintahkan kepada kita sebagai anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada orang tua kita. Namun faktanya saat ini, generasi kita sedang tidak baik-baik saja. Semua itu bukan masalah individu atau keluarga tertentu, melainkan sudah menjadi masalah masyarakat secara umum. Fenomena di atas akan terus berlanjut dan berkembang ke hal yang lain. Hal tersebut harus segera dituntaskan dengan solusi yang menyelesaikannya.

Orang tua seharusnya tidak memanjakan dan tidak harus mengikuti semua keinginan anak. Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak sejak dini, bagaimana menjadi anak yang mandiri dan berbakti. Orang tua harus memberikan aturan kepada anak, seperti dalam menggunakan gawai, anak diberikan batasan waktu dan tetap dalam pengawasan orang tua, sehingga anak dapat terhindar dari konten-konten yang tidak baik. Orang tua juga harus memantau pergaulan anaknya—dengan siapa anak bergaul, di lingkungan seperti apa, kegiatan apa yang dilakukan anak—orang tua harus tahu hal tersebut.

Selain orang tua, masyarakat pun harus ikut peduli terhadap lingkungan sekitar. Ketika ada sekelompok anak muda yang sering nongkrong, masyarakat harus segera bertindak menegur mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Selain itu, lingkungan sekolah juga harus lebih fokus pada masalah perilaku, adab, dan karakter siswa, tidak hanya fokus pada akademik anak. Dari semua itu, yang terpenting kembali kepada orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Sejak dini, orang tua harus memberikan pendidikan agama di rumah. Untuk itu, orang tua harus paham agama. Orang tua harus banyak mempelajari agama secara menyeluruh. Belajar bagaimana mendidik anak yang sesuai dengan Islam. Orang tua harus menjadi guru untuk anak mereka, menjadi teladan dalam kehidupan anak.

Namun, semuanya akan berjalan dengan baik jika ada sistem negara yang dapat melindungi dan menjamin semua kebutuhan rakyat. Semua hal seperti fakta di atas tidak akan terjadi jika ada sistem yang benar dalam mengatur kehidupan. Sistem yang dapat menyelamatkan generasi dari keburukan. Sistem Islam yang telah terbukti membangun generasi khairu ummah, generasi yang berasal dari Sang Pencipta kehidupan itu sendiri. Sistem yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Sistem Islam yang akan membawa dunia kepada rahmatan lil‘alamin.

Oleh: Leni Marlina 
Guru Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update