Tintasiyasi.id.com -- Israel terus melancarkan serangan udaranya ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza. Terbaru, dua serangan udara Israel dilaporkan menghantam wilayah Jalur Gaza pada Rabu (9/7/2025) dini hari. Sedikitnya 20 orang, termasuk enam anak-anak, tewas akibat serangan tersebut. Hingga kini, jumlah korban tewas warga Palestina di Jalur Gaza telah meningkat menjadi sedikitnya 57.523 jiwa.
Sementara 136.617 lainnya terluka sejak konflik antara Hamas dan Israel memanas pada 7 Oktober 2023. Untuk diketahui, Serangan udara pasukan Israel ini dilakukan di tengah pembicaraan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera oleh kedua pihak bertikai di Qatar.(liputan6.com, 10/7/2025)
Astaghfirullah, ya Allah tiap deru peluru di Gaza bukan hanya luka bagi satu bangsa. Ia adalah jerit penderitaan umat Islam yang tercerai-berai tanpa pelindung sejati. Anak-anak yang meregang nyawa, ibu-ibu yang menangis memeluk jasad putranya, dan laki-laki yang tak punya daya selain bertakbir di bawah hujan bom. semua itu adalah potret nyata dari kehinaan yang menimpa umat ini karena tak adanya satu perisai, yaitu khilafah.
Sudah lebih dari seabad dunia Islam kehilangan institusi pemersatu, pelindung, dan pembela umat. Sejak Khilafah Islamiyah diruntuhkan pada 1924, umat ini hidup bagaikan anak ayam kehilangan induk.
Negara-negara Muslim berdiri secara nasionalistik, berbangga atas batas buatan kolonial, namun tidak pernah benar-benar bersatu untuk membela satu tubuh yang terluka di Palestina.
Pertanyaannya, sampai kapan kita hanya mengelus dada sambil beristighfar setiap membaca berita Gaza dibombardir Isra3l? Sampai kapan kita tak berdaya dan hanya bisa menjadi penonton, pengecam, pengirim doa dan pengirim bantuan kemanusiaan sementara akar masalahnya tidak pernah tersentuh? Sampai kapan? Ampuni kami ya Allah.
Bukan berarti doa dan bantuan kemanusiaan itu tidak penting. Namun, Islam adalah agama perjuangan. Rasulullah Saw tidak hanya berdoa untuk kemenangan Islam, tapi beliau mendirikan negara. Khulafaur Rasyidin tidak hanya mengutuk kezaliman, mereka kirim pasukan. Salahuddin al-Ayyubi tidak hanya berorasi, dia satukan umat, lalu membebaskan Al-Quds.
Gaza hari ini berteriak meminta lebih dari sekadar simpati. Ia menjerit agar umat Islam sadar bahwa kita butuh persatuan umat untuk membebaskan tanah Palestina, kita butuh khilafah. Sebuah kepemimpinan global yang bukan hanya simbolis, tapi real. Yang menyatukan kekuatan militer, ekonomi, dan politik umat Islam di seluruh dunia untuk satu tujuan mulia, yaitu membela kehormatan Islam dan menegakkan keadilan. Yang tidak tunduk pada PBB atau veto negara penjajah, tapi hanya tunduk pada hukum Allah Ta'ala.
Sadarlah, kebangkitan umat tidak akan datang dari jalan demokrasi, konferensi internasional, atau perjanjian damai palsu. Ia akan lahir dari kesadaran politik umat, bahwa satu-satunya solusi atas penderitaan ini adalah kembali pada sistem yang diwariskan oleh Nabi Saw, yaitu Khilafah Islamiyah ala minhaj an-nubuwwah.
Mungkin kita tak bisa langsung ke medan jihad. Tapi kita bisa menjadi bagian dari perubahan besar itu.
Langkah-langkah Realistis untuk Kebangkitan Gaza dan Umat Islam
Pertama, segera bergabung dengan kelompok dakwah ideologis. Komunitas yang tidak sekadar berbagi kebaikan, tapi juga memperjuangkan tegaknya Islam sebagai solusi secara sistemis. Mereka istiqamah mengedukasi umat tentang hakikat konflik Palestina bukan sekadar kemanusiaan, tapi penjajahan terhadap negeri kaum Muslim. Kemudian ikutlah menggencarkan kajian ideologis, diskusi publik, dan media dakwah tentang kewajiban jihad dan pembebasan Palestina. Tekankan bahwa solusi tuntas bukan donasi, tapi keterlibatan negara dalam perang fisik melawan penjajah yang hanya bisa dilakukan oleh institusi khilafah.
Kedua, melakukan dakwah kaffah dan pembentukan opini umum. Lakukan dakwah secara massif untuk menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi. Bangun opini bahwa penguasa Muslim saat ini lemah dan tunduk pada Barat sehingga tidak bisa diandalkan membela Gaza.
Cetak kesadaran bahwa harapan hanya ada pada tegaknya khilafah yang akan menyatukan potensi umat dan mengirim tentara untuk membebaskan Al-Aqsha.
Ketiga, gunakan medsos sebagai senjata. Buat konten pencerahan, seperti video singkat, infografis, meme, dan tulisan opini yang menyuarakan solusi Islam atas Palestina.
Lawan narasi netral dan semu seperti “Semua agama menginginkan perdamaian”, dengan menampilkan narasi tegas bahwa zionis adalah penjajah yang wajib diusir. Viralkan slogan seperti, "Khilafah solusi tuntas untuk Al-Aqsha!", "Jihad dan Khilafah Solusi Palestina" , "Hijrah Menuju Islam Kaffah", "Ainal Muslimun" , "We Need Khilafah" dan lain-lain.
Keempat, satukan barisan umat jangan terpecah oleh sekat nasionalisme. Kampanyekan bahwa umat Islam adalah satu tubuh
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).”
(HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)
Kelima, tekan penguasa negeri Muslim untuk segera mengirim pasukan jangan diam. Dorong opini publik agar menuntut penguasa negeri Muslim (seperti Mesir, Turki, Pakistan) membuka perbatasan dan menyerbu penjajah Isra3l.
Keenam, fokus mempersiapkan tegaknya khilafah. Sambil membantu Gaza, jangan lupa fokus utama menegakkan khilafah sebagai institusi pelindung umat. Siapkan basis pemikiran, umat yang sadar, dan aktivis ideologis yang siap memperjuangkan perubahan sistemik.
Khilafah bukan utopia, tapi ia adalah kewajiban syar'i dan kebutuhan mendesak umat saat ini. Kita bukan sekadar bersedih untuk Gaza, tapi kita bergerak. Kita bukan hanya mendonasikan harta, tapi juga menyumbangkan pemikiran, waktu, harta dan tenaga demi tegaknya perisai umat yang bernama Khilafah Islamiah. Inilah kontribusi terbaik sebelum khilafah tegak.[]
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)