Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Duka Palestina dan Harapan Kebangkitan Umat

Senin, 14 Juli 2025 | 09:56 WIB Last Updated 2025-07-14T02:56:29Z

Tintasiyasi.id.com -- Mengutip dari Republika.co.id, 27-06-2025, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Bejamin Netanyahu menyepakati rencana gencatan senjata di Gaza. 

Kesepakatan tersebut di antaranya adalah;

Pertama, Targetkan dalam dua pekan ke depan, perang di Gaza akan berakhir dengan syarat masuknya empat negara Arab termasuk Mesir dan Uni Emirat Arab yang akan menggantikan Hamas memimpin Gaza.

Kedua, Terkait memindahkan warga Gaza ke beberapa negara. 

Ketiga, Memperluas Abraham Accords, agar mengakui entitas Zionis.

Keempat,  Zionis menyediakan reformasi dalam Otoritas Palestina. 

Kelima,  Pengakuan AS atas implementasi kedaulatan entitas Zionis atas Tepi Barat.

Perlu diketahui, Abraham Accords sendiri adalah normalisasi negara-negara Arab (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, Sudan, dan Suriah) dan muslim dengan melakukan perjanjian bilateral terhadap entitas Zionis serta bertujuan untuk melemahkan perlawanan mujahid.

Gaza Makin Memprihatinkan
Di tengah pengkhianatan para penguasa Arab dan muslim, kondisi Gaza semakin parah dan memprihatinkan. Warga Gaza dihantui oleh kelaparan dan kematian setiap saat. 

Demi mengambil sekantong tepung atau setetes susu, mereka rela berhadapan dengan teror artileri dan tembakan penembak jitu Zionis. Disampaikan oleh direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Munir al-Barsh, bahwa sekitar 500 warga telah gugur karena “perangkap maut” yang dibuat oleh Zionis. Selain itu, banyak pula korban yang terluka parah di kepala dan dada (spiritofaqso.or.id, 30-06-2025).

Mengutip data Kementerian Kesehatan Gaza sejak 7 Oktober 2023 Zionis melakukan agresi secara intensif, jumlah korban yang tewas dan luka-luka semakin meningkat. Setidaknya ada 57.012 orang syahid dan 134.592 orang luka-luka.

Harapan Palsu

Terjadinya perang Iran-Israel justru semakin menunjukkan bahwa tidak ada penguasa muslim yang benar-benar serius menolong Gaza. Bahkan tercapainya kesepakatan gencatan senjata, pembebasan Palestina tidak menjadi poin yang disebutkan dalam kesepakatan. 

Sehingga dapat disaksikan bahwa perang tersebut hanya untuk kepentingan Iran semata.
Begitu pula dengan Indonesia dan penguasa muslim lainnya yang malah mendukung atas solusi dua negara.

Padahal, solusi tersebut adalah solusi yang absurd dan merupakan pembodohan terhadap umat. Pengkhianatan yang dilakukan oleh para penguasa Arab dan muslim ternyata hanya untuk kepentingan kekuasaan, dukungan politik, ekonomi, dan keamanan dari AS.

Mata dan hati mereka telah dibutakan oleh nikmat dunia yang nilainya tak seberapa. Hingga mereka lupa akan kebencian musuh-musuh Islam yang sebenarnya nyata (lihat al-Qur’an surah ali-Imran ayat 118). Sampai kapan pun Zionis dan AS tidak akan mau memberikan kemerdekaan secara mutlak kepada Palestina. 

Sebagaimana yang telah Allah SWT sampaikan, bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada kaum muslim hingga mengikuti agama mereka (lihat al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 120).

Apalagi kaum muslim sudah hafal akan tabiat buruk Zionis yang suka ingkar janji. Tentu masih kita ingat, kesepakatan gencatan senjata yang pernah ada justru dirusak sendiri oleh Zionis dengan terus melakukan serangan secara intensif terhadap muslim Palestina. 

Begitu juga dimungkinkan pada solusi dua negara, Zionis tidak akan berhenti untuk melakukan pembantaian terhadap muslim Palestina.

Maka, muslim Gaza yang masih menjaga spirit jihad dan mempertahankan tanah ribath, tidak akan rela membagi sejengkal tanah pun dengan Zionis. Mereka akan memilih untuk terus melakukan perlawanan dengan apapun taruhannya.

Mereka pun tentu tidak akan mau mengkhianati perjanjian Umariyah, kesepakatan antara Khalifah Umar bin Khaththab ra dengan penduduk Baitulmaqdis untuk melindungi harta dan nyawa mereka ketika Palestina masuk ke dalam naungan negara Islam.

Akan menjadi sebuah pengkhianatan terhadap perjuangan para syuhada ketika mengakui entitas Zionis di atas tanah Palestina.

Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh terjebak lagi dengan narasi yang sedang dibangun oleh Barat yang sebenarnya adalah solusi dan harapan palsu. Menyepakati solusi dua negara berarti rela jika muslim Gaza-Palestina terus dibantai.

Harapan Itu Ada Pada Khilafah
Satu-satunya harapan yang akan menjadi solusi atas permasalahan Palestina adalah dengan kehadiran Khilafah. Maka umat seharusnya percaya dan fokus kepada seruan tegaknya Khilafah yang menjadi satu-satunya solusi hakiki. 

Kebrutalan Zionis dan kesemena-menaan AS dan sekutunya akan bisa dilawan dengan jihad yang dipimpin oleh Khalifah. Khilafah sebagai perisai bagi umat akan berada di depan dan di belakang untuk melindungi harta, nyawa, dan tanahnya. Khilafah sebagai warisan Nabi yang telah terbukti mampu melindungi dan membawa kebangkitan hakiki.

Sepanjang sejarah peradaban Islam telah menunjukkan hal itu. Mulai dari Khulafaurasyidin hingga Khilafah Utsmani. Tidak ada satu pun penduduk Palestina dibiarkan dalam penindasan dan pembantaian.

Bahkan ketika Baitulmaqdis sempat jatuh ke tangan tentara Salib, kaum muslim pun berusaha keras membebaskan kembali agar keamanan penduduknya berada dalam naungan Islam. Hingga akhirnya pada tahun 1187 M Shalahudin al-Ayubi berhasil membebaskannya dari pasukan Salib.

Namun semenjak runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, harta, nyawa, dan tanah muslim Palestina hingga kini tak terjaga bahkan seakan tak berharga. Kondisi ini harusnya semakin menyadarkan umat bahwa tanpa Khilafah, akan sengsara dan terhina.

Maka seharusnya pula umat ini mendukung dan turut bergerak dalam perjuangan menegakkan kembali Khilafah bersama kelompok dakwah Islam ideologis. Perjuangan ini adalah bukti keseriusan kita dalam menolong muslim Gaza-Palestina. 

Bahkan yang akan mengangkat umat yang lainnya dari kehinaan akibat hidup dalam sistem sekuler kapitalisme. Wallahualam bishshawwab.[]

Oleh: Rizky Rachmawati, S.Si
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update