Tintasiyasi.ID -- Di hadapan puluhan peserta, Mubaligah Kota Depok Ustazah Nurjanah Zein menyatakan bahwa kezaliman dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler menyebabkan berbagai persoalan dari ketimpangan pendidikan yang terjadi saat ini.
“Kezaliman penerapan sistem kapitalis sekuler yang
menyebabkan semakin jauh ketimpangan pendidikan antara yang di kota dan di
desa, atau antara sekolah tempat orang yang kaya raya dengan tempat sekolah
orang miskin,” lugasnya.
“Padahal dalam UUD dijelaskan hak setiap warga negara
mendapatkan pendidikan,” tandasnya dalam Forum Muslimah Komunitas Keluarga
Sakinah, Semua Rakyat Berhak Mendapat Pendidikan, Ahad (22/06/2025) di
Depok.
Menurutnya, dalam kapitalis sekuler, pendidikan
dijadikan sebagai produk yang dikomersilkan. “Pendidikan sebagai komoditas,
karena orang butuh maka dijual dan berapa pun akan dibeli. Tak ayal para orang
tua sampai jungkir balik karena dirasa wajib pendidikan ini, dan perlu untuk
anak-anak,” ulasnya.
“Dalam kapitalis, negara tidak menyediakan pendidikan
sebagaimana yang tertuang dalam UUD. Pendidikan justru diserahkan kepada pihak
swasta, tak heran sekolah-sekolah negeri kalaupun ada jumlahnya sedikit, swasta
akhirnya yang menyelenggarakan,” ujarnya.
Sedangkan sekolah-sekolah swasta, imbuhnya, tergantung
bagaimana pemiliknya. “Sekolah swasta yang dibangun dengan berbagai
fasilitasnya maka yang masuk ke dalamnya harus bayar dengan harga yang
ditetapkan sekolah,” sebutnya.
Lanjutnya, negara pun membiarkan ketika rakyat tidak
kebagian sekolah di negeri dipersilakan untuk memilih sekolah di swasta. “Tak
heran ada swasta yang paling rendah dan yang paling tinggi. Itu karena negara
tidak menyediakan pendidikan yang berkualitas, akhirnya rakyat mencari sekolah
mana yang berkualitas, kemudian dipilihlah sekolah swasta,” tuturnya.
“Dalam kapitalis, negara hanya sebagai fasilitator,
hanya memfasilitasi saja. Menyediakan undang-undangnya, penyedia pendidikan,
penyelenggara saja, siapa yang ngajarnya dan lain sebagainya diserahkan kepada
swasta,” lanjutnya lagi.
“Inilah tadi yang menyebabkan banyak yang tidak lulus,
putus sekolah, hingga memilih untuk bekerja padahal waktunya belajar. Bahkan
ada yang sama sekali tidak mencicipi sekolah. Begitulah akibat kezaliman
kapitalis sekuler,” pungkasnya.[] Sari Liswantini