Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kelaparan Jadi Senjata, Ini Genosida Nyata!

Kamis, 31 Juli 2025 | 17:14 WIB Last Updated 2025-07-31T10:14:37Z


Tintasiyasi.id.com -- Bencana kemanusiaan di Gaza tak kunjung usai. Dunia kini menyaksikan satu bentuk genosida baru yang mengerikan: kelaparan sistemik.

Ratusan ribu jiwa menghadapi krisis pangan akut akibat blokade brutal yang diberlakukan Zionis Israel. Sejak 2 Maret 2025, setelah gencatan senjata gagal diperpanjang, Israel menerapkan blokade total terhadap Gaza.

Truk-truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang sangat terbatas. "Israel menghancurkan lebih dari 1.000 truk bantuan yang hendak memasuki Jalur Gaza saat wilayah itu menghadapi kelaparan parah.” (Sindonews, 23/7).

Data PBB menunjukkan, sekitar 71% wilayah Jalur Gaza berada dalam kondisi blokade total, menjadikan distribusi bantuan kemanusiaan nyaris tidak mungkin dilakukan.

Menurut laporan CNBC Indonesia (23/7), lebih dari dua juta jiwa terjebak dalam blokade. Lebih dari dua ribu balita mengalami malnutrisi, dan hampir 900 warga Gaza dilaporkan tewas saat berusaha mendapatkan makanan. Tsunami kelaparan ini bukan sekadar angka, tetapi sebuah bencana kemanusiaan nyata.

Ini Bukan Bencana Alam, Ini Nyata Kejahatan

Kelaparan yang terjadi di Gaza bukan hasil dari gagal panen atau bencana alam. Ini adalah hasil dari kebijakan sistematis yang terencana.

Ketika makanan dijadikan senjata, dan manusia dibiarkan mati perlahan, kita tidak sedang melihat peperangan biasa. Kita sedang menyaksikan genosida gaya baru.

Lebih menyakitkan lagi, dunia hanya bisa menonton. AS terus membela Israel dengan veto-vetonya. PBB tak ubahnya seperti macan ompong belaka. Bahkan, para pemimpin negara-negara Muslim pun bungkam, seakan nurani mereka ikut mati bersama ribuan anak Gaza.

Umat Islam pun ikut terjebak dalam narasi kemanusiaan yang parsial. Mereka terharu dan bersimpati, tapi tak kunjung bangkit dengan solusi. Padahal dalam sejarah Islam, penjajahan atas umat tak pernah dibiarkan berlama-lama.

Jihad segera dikobarkan, pasukan digerakkan. Tapi kini, semuanya berubah. Kita terjebak dalam ilusi: bahwa cukup dengan donasi dan doa, kezaliman akan berhenti. Padahal itu hanya menenangkan hati, bukan menghentikan agresi.

Solusi Parsial Tak Akan Pernah Menuntaskan

Sudah saatnya umat Islam disadarkan bahwa solusi sejati bukanlah sekadar mengirim bantuan atau mengecam lewat media sosial. Solusi itu bernama jihad fi sabilillah di bawah kepemimpinan politik yang sah, yaitu Daulah Islamiyah.

Negara Islam bukan sekadar impian masa lalu, tapi keharusan syar’i yang dulu telah menjadikan umat Islam satu tubuh. Saat umat tersakiti, Daulah akan bergerak, bukan diam atau netral. Dalam sejarah, kita melihat bagaimana Khilafah Utsmaniyah mengerahkan armada hanya karena seorang Muslimah dipermalukan. Lalu mengapa hari ini, ketika ratusan ribu Muslim dibunuh perlahan-lahan, kita diam?

Maka para aktivis dakwah harus terus menyuarakan ini, menyadarkan umat bahwa kemenangan sejati hanya akan datang bersama tegaknya Islam secara kaffah.

Kita harus terus menggugah hati umat dengan fakta dan iman, membangkitkan keyakinan bahwa pertolongan Allah akan datang jika kita mau memperjuangkan.

Jangan sampai kita menjadi generasi yang hanya menangis melihat darah tumpah, tapi tak pernah benar-benar bergerak. Gaza menanti, Palestina menanti, dan Allah pun menanti:
Siapa di antara kalian yang akan bangkit menolong agama-Nya?
Wallahu a’lam bishshawwab.[]

Oleh: Irna Purnamasari
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update