TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan hidup, tidak semua orang akan mengerti dirimu. Tidak semua akan melihat potensi tersembunyi di balik kelembutan sikapmu. Tidak semua mampu menghargai kerja keras yang kau lakukan diam-diam dalam gelapnya malam. Dan tidak semua akan mengakui kelebihan yang telah Allah anugerahkan kepadamu.
Namun, jangan pernah biarkan itu menghentikan langkahmu. Jangan putus asa hanya karena pengakuan manusia tak kunjung datang. Ingatlah, cukup Allah yang tahu siapa dirimu.
1. Ukuran Nilai Diri Bukan di Mata Manusia
Di dunia yang serba cepat dan riuh ini, manusia sering terjebak dalam penghakiman sempit: menilai dari penampilan, memuja popularitas, dan mengukur keberhasilan dari pujian serta sorotan. Mereka tak mampu melihat kedalaman hati, ketulusan niat, atau kesungguhan yang tersembunyi di balik layar.
Padahal Allah tidak menilai sebagaimana manusia menilai. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian."
(HR. Muslim)
Apakah engkau dianggap rendah oleh manusia? Apakah orang-orang tak melihat kelebihanmu? Jangan berkecil hati. Karena ukuran yang sesungguhnya bukan pada ucapan manusia, tapi pada pandangan Allah.
2. Kelebihanmu Adalah Titipan Amanah
Kelebihan adalah anugerah, tetapi juga ujian. Bisa jadi Allah sengaja menyembunyikan kelebihanmu dari mata banyak orang agar kamu tetap rendah hati. Allah tahu jika kelebihanmu dipuja-puji banyak manusia, mungkin hatimu akan rusak oleh kesombongan. Maka, Dia menjagamu dengan cara yang tak selalu kau mengerti.
Kelebihanmu, apapun itu — entah kecerdasan, kepekaan hati, kemampuan komunikasi, keterampilan menulis, atau kesabaranmu yang luar biasa — adalah amanah. Bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dimanfaatkan dalam kebaikan. Maka meski tak ada yang tahu, teruslah berbuat baik. Meski tak disanjung, teruslah berkontribusi.
3. Ketika Tidak Dihargai, Lihatlah Langit
Ada saatnya engkau merasa lelah. Engkau telah memberi, tapi dibalas dengan sangkaan buruk. Engkau telah mencoba ikhlas, namun justru dituduh cari muka. Di saat seperti itu, jangan tengadah mencari perhatian manusia. Pandanglah langit. Di sana ada Tuhanmu yang Maha Mengetahui isi hatimu.
Firman Allah SWT:
"Dan cukuplah Allah sebagai saksi."
(QS. Al-Fath: 28)
Allah tahu siapa kamu. Allah tahu niat baikmu. Allah tahu perjuangan yang tak terlihat itu. Dia mencatat setiap tetes peluh, setiap tangis diam-diam di malam sunyi, setiap langkah yang terus kau ambil meski kaki mulai goyah.
4. Belajar dari Nabi Yusuf: Diabaikan, Tapi Diangkat
Coba renungkan kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Saudara-saudaranya sendiri meremehkannya, bahkan membuangnya ke dalam sumur. Mereka tidak mengerti bahwa Yusuf adalah manusia pilihan. Mereka tidak melihat kelebihan dan ketakwaan yang tersembunyi dalam dirinya. Tapi Allah tahu.
Allah tidak hanya tahu. Allah membimbing. Allah merancang skenario yang indah. Yusuf dibuang, dijual, difitnah, dipenjara… tetapi semua itu adalah jalan menuju tahta Mesir.
Siapa sangka? Yang dulu dianggap lemah, justru menjadi penguasa. Yang dulu tak dihargai, justru membawa kebaikan untuk banyak bangsa.
Begitu pula denganmu. Mungkin kini kau tak dikenal, tak dianggap, bahkan dicemooh. Tapi jangan khawatir. Allah tahu siapa dirimu. Dan jika kau terus bersabar, tetap istiqamah, dan terus berbuat baik — Dia akan angkat derajatmu.
5. Jangan Lelah Menjadi Baik
Kebaikan tidak selalu dihargai. Bahkan, kadang kebaikan dibalas dengan kecurigaan. Tapi jangan lelah. Jangan menyerah. Jangan ubah niat baikmu hanya karena respons orang.
“Jadilah seperti pohon kurma; dilempari batu, ia justru menjatuhkan buah.”
Menjadi baik adalah bagian dari ibadah. Bukan untuk menyenangkan manusia, tapi untuk mencari rida Allah. Maka meski tak dipahami, tetaplah menjadi cahaya. Meski tak dipuji, tetaplah berbagi. Karena sesungguhnya Allah melihat dan mencatat semuanya.
6. Allah Tidak Pernah Salah Menilai
Manusia bisa keliru. Mereka bisa saja menuduh yang tulus. Mereka bisa mencibir yang jujur. Tapi Allah? Tidak. Allah Mahatahu dan Mahaadil.
Firman-Nya:
"Dan tidak ada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat."
(QS. Qaf: 18)
Apa pun yang kau lakukan — entah dilihat manusia atau tidak — pasti tercatat. Dan kelak, semua akan dibuka. Semua akan dibalas. Dan Allah tidak pernah salah menilai.
7. Fokus Saja pada Proses, Bukan Pengakuan
Pengakuan hanyalah bonus. Tapi proses adalah keharusan. Fokuslah memperbaiki dirimu. Fokus pada belajar, melayani, berbuat baik. Biarkan Allah yang mengatur hasil dan pengakuan.
Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain. Jangan iri dengan mereka yang lebih dahulu dipuji. Karena setiap orang punya waktunya sendiri. Seperti bunga: ada yang mekar pagi, ada yang sore, dan ada pula yang baru mekar menjelang malam. Tapi semuanya indah pada waktunya.
Penutup: Allah Lebih dari Cukup
Jika dunia tidak mengenalmu, jika orang-orang tak melihat kelebihanmu, jika jalanmu terasa sunyi… tetaplah tenang. Tetaplah berjalan.
Cukup Allah yang tahu. Dan itu lebih dari cukup.
Karena ketika Allah telah ridha padamu, seluruh dunia tak bisa menghalangi datangnya pertolongan dan keberkahan.
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan (keperluannya).”
(QS. Ath-Thalaq: 3)
Jangan putus asa. Teruslah melangkah. Engkau berharga di mata Allah.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)