Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hakikat Hijrah dan Momentum Kebangkitan Umat Islam: Membangun Kembali Peradaban yang Unggul dan Luhur

Rabu, 02 Juli 2025 | 20:19 WIB Last Updated 2025-07-02T13:19:20Z
TintaSiyasi.id -- "Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi berpindah arah hidup — dari kegelapan menuju cahaya, dari dunia menuju Allah."

Hijrah: Bukan Sekadar Sejarah, Tapi Jalan Perubahan

Setiap tanggal 1 Muharram, umat Islam memperingati peristiwa Hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah — sebuah peristiwa yang tidak hanya mengubah peta politik dunia saat itu, tetapi juga menandai awal dari sebuah peradaban Islam yang gemilang.

Namun hijrah bukan sekadar romantisme sejarah. Ia adalah metode perubahan, ruh kebangkitan, dan kunci peradaban. Ia adalah undangan langit untuk setiap jiwa yang lelah dengan kemunduran dan ingin bangkit menjemput kemuliaan.

"Hijrah sejati adalah meninggalkan apa yang Allah larang menuju apa yang Allah ridai."
(HR. Ahmad)

Dari Hijrah Pribadi ke Hijrah Peradaban

Hijrah dimulai dari diri: dari kelalaian menuju kesadaran, dari cinta dunia menuju cinta Allah. Namun hijrah tidak berhenti di situ. Ia harus tumbuh menjadi gerakan sosial — hijrah umat — menuju kemuliaan bersama.

1. Hijrah dari Keterpecahan Menuju Ukhuwah
Umat Islam hari ini menghadapi tantangan besar: perpecahan, konflik internal, dan hilangnya visi bersama. Semangat hijrah mengajarkan kita untuk meninggalkan ego sektarian dan kembali kepada ukhuwah Islamiyah, karena kemenangan tak mungkin diraih tanpa kesatuan.
"Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."
(QS. Ali-Imran: 103)

2. Hijrah dari Kebodohan Menuju Ilmu
Peradaban Islam masa lalu dibangun di atas fondasi ilmu. Maka untuk bangkit, kita harus meninggalkan kebodohan dan kemalasan intelektual, serta membangun kembali budaya literasi, riset, dan pendidikan.
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadilah: 11)

3. Hijrah dari Ketergantungan Menuju Kemandirian
Umat Islam saat ini seringkali menjadi konsumen ideologi, produk, dan budaya, bukan produsen. Hijrah peradaban adalah panggilan untuk berdikari dalam ekonomi, teknologi, politik, dan media, demi kemuliaan Islam dan kemanusiaan.

Membangun Kembali Peradaban Islam: Lintas Generasi

Hijrah Rasulullah ﷺ adalah fondasi bagi negara Madinah, cikal bakal peradaban Islam. Di sanalah lahir model ideal: negara yang adil, masyarakat yang saling menolong, pendidikan yang hidup, dan kebudayaan yang berlandaskan tauhid.
Kini, umat Islam harus kembali memikul amanah peradaban itu. Tidak cukup menjadi pengikut zaman. Kita harus menjadi pencipta zaman, pembawa rahmat bagi alam.

Pilar-Pilar Peradaban Unggul:
1. Tauhid yang Kokoh: Menjadikan Allah pusat segala aktivitas.
2. Ilmu yang Mencerahkan: Melahirkan generasi ulul albab.
3. Akhlak yang Mulia: Menjadi rahmat dan teladan di tengah masyarakat.
4. Keadilan Sosial: Menegakkan hak, memberdayakan lemah.
5. Teknologi dan Inovasi: Memimpin bukan hanya secara moral, tapi juga strategis.

Momentum Kebangkitan: Sekarang atau Tidak Sama Sekali
Setiap pergantian tahun Hijriyah adalah peringatan waktu: apakah umat ini akan terus tertidur dalam nostalgia masa lalu, atau bangkit membangun masa depan?
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Kita tidak boleh menjadi umat yang kehilangan jati diri. Dunia menanti umat yang cerdas, bermoral, dan berdaya — yang bisa menghadirkan Islam sebagai rahmat dan solusi, bukan sekadar simbol dan slogan.

Dari Madinah ke Nusantara: Warisan Hijrah di Tanah Air

Bangsa Indonesia pun terinspirasi oleh semangat hijrah. Para ulama, wali, dan pejuang Islam dahulu membangun masyarakat beradab dari bawah — dengan dakwah, pendidikan, dan ekonomi berbasis umat.

Kini, generasi muda Muslim harus melanjutkan warisan itu:
• Melalui digitalisasi dakwah, pendidikan Islam berbasis teknologi,
• Membangun komunitas kreatif yang produktif dan solutif,
• Menjadi penggerak ekonomi syariah dan gaya hidup halal.

Penutup: Doa dan Tekad Peradaban

“Ya Allah, jadikanlah hijrah ini bukan hanya pindah tahun, tapi pindah hati. Bangunkan kami dari tidur panjang umat. Satukan hati kami, kuatkan langkah kami, dan izinkan kami menjadi penyambung kemuliaan Islam seperti para pendahulu kami.”

Mari kita jadikan Muharram dan hijrah ini sebagai titik balik kebangkitan — pribadi yang bertakwa, keluarga yang harmonis, umat yang bersatu, dan dunia yang tercerahkan oleh nilai-nilai Islam yang luhur. “Umat ini pernah menjadi mercusuar dunia, dan dengan izin Allah — akan kembali menjadi cahaya peradaban.”

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update