TintaSiyasi.id -- “Ucapan La ilaha illallah bukan hanya kunci surga, tapi kunci seluruh arah hidup manusia.”
Syahadat: Titik Awal dan Titik Tujuan
Syahadat bukan sekadar dua kalimat yang diucapkan oleh lisan. Ia adalah ikrar keabadian, sumpah suci antara hamba dan Rabb-nya, antara makhluk fana dengan Zat Yang Maha Hidup dan Abadi.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
"Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang benar selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Syahadat adalah inti dari Islam, dan seluruh rukun Islam lainnya adalah konsekuensi dari pengakuan ini. Ia bukan hanya pintu masuk ke dalam Islam, tetapi juga sumbu kehidupan seorang Muslim, pengarah arah hidup, penyaring niat, dan penjaga tujuan.
La ilaha illallah: Menafikan Segala Berhala
Kalimat La ilaha illallah dimulai dengan penafian: "tidak ada ilah (sesembahan, penguasa hidup, orientasi utama)" — ini adalah pemutusan total dari semua bentuk penyembahan selain Allah: uang, jabatan, ketenaran, hawa nafsu, bahkan ego diri.
Kemudian kalimat ini berakhir dengan penegasan: "kecuali Allah". Di sinilah tauhid dibangun. Bahwa hanya Allah yang layak ditaati sepenuhnya, dicintai sepenuh hati, ditakuti sepenuh kesadaran, dan dituju dalam segala aktivitas.
Bahaya Laten: Syahadat Tanpa Ruh
Banyak yang mengucap syahadat, tapi hidupnya tidak berporos pada Allah. Ia bersyahadat di masjid, tapi menyembah dunia di pasar. Ia bersyahadat saat lahir dan mati, tapi melupakan Allah saat hidup di tengah-tengah.
"Barangsiapa mengatakan 'La ilaha illallah' dengan ikhlas, ia akan masuk surga."
(HR. Bukhari & Muslim)
Tapi ikhlas bukan sekadar ucapan. Ia adalah ketundukan hati, kejujuran amal, dan pembuktian total bahwa tiada daya dan kekuatan selain dari Allah.
Muhammadur Rasulullah: Menjadikan Rasul Sebagai Jalan Hidup
Syahadat kedua bukan pelengkap. Ia adalah bukti cinta kepada Allah. Barangsiapa benar dalam syahadat pertamanya, maka ia akan mengikuti syahadat keduanya.
"Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintai kalian."
(QS. Ali Imran: 31)
Mengimani Muhammad sebagai Rasul berarti:
• Menjadikan beliau satu-satunya panutan utama dalam hidup,
• Meninggalkan segala gaya hidup yang bertentangan dengan sunnahnya,
• Menjaga syariatnya dalam ibadah, akhlak, dan muamalah.
Makna Syahadat dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Syahadat dalam Hati: Membersihkan jiwa dari syirik tersembunyi — seperti riya', cinta dunia, fanatisme buta.
2. Syahadat dalam Pikiran: Menyaring pemikiran dari ideologi sekuler, materialistik, atau liberal yang mencabut tauhid dari akar.
3. Syahadat dalam Perbuatan: Memastikan setiap langkah hidup: pekerjaan, hubungan, tujuan — semuanya tunduk pada nilai Islam.
4. Syahadat dalam Masyarakat: Menghadirkan nilai keadilan, amanah, dan kasih sayang dalam struktur sosial dan kepemimpinan.
Syahadat: Kompas Peradaban
Syahadat adalah pondasi peradaban Islam. Setiap kebangkitan umat di masa lalu dimulai dari penyucian kalimat tauhid. Ketika masyarakat membangun ekonomi, pendidikan, budaya, dan hukum dengan pondasi La ilaha illallah, maka lahirlah peradaban luhur seperti Madinah, Andalusia, Baghdad, dan Istanbul.
Namun ketika umat hanya mengucapkan syahadat tanpa memaknainya, maka kita jatuh dalam kerapuhan rohani dan kehancuran sosial.
Refleksi Diri: Sudahkah Aku Benar-Benar Bersyahadat?
• Apakah Allah menjadi satu-satunya tujuan dalam hidupku?
• Apakah Rasulullah menjadi satu-satunya panutan dalam langkah-langkahku?
• Apakah aku jujur dalam ibadah, muamalah, dan amanah?
• Apakah syahadatku memerdekakan jiwaku dari dunia?
Jika jawabannya belum, inilah saatnya berhijrah — dari syahadat yang sebatas bibir ke syahadat yang mengakar dalam ruh.
Penutup: Doa untuk Menjaga Syahadat
اللّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ، وَعَلَى قَوْلِ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ، حَتَّى نَلْقَاكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا
"Ya Allah, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu, dan di atas kalimat La ilaha illallah, hingga kami bertemu dengan-Mu dalam keadaan Engkau ridha kepada kami."
Syahadat adalah cahaya di awal, pelita di tengah, dan bintang penunjuk di akhir. Barangsiapa memelihara syahadatnya dengan ilmu, cinta, dan amal, maka ia akan bersinar dalam kehidupan dan di akhirat.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjanan UIT Lirboyo)