TintaSiyasi.id --Serangan demi serangan terus menghantam Gaza, sementara jumlah korban jiwa terus melonjak, menembus puluhan ribu. Dunia menyaksikan, tetapi penguasa negeri-negeri Muslim justru memilih bungkam atau terjebak dalam diplomasi kosong.
Solusi dua negara terus ditawarkan, seakan menawarkan perdamaian padahal itulah legalisasi penjajahan. Gencatan senjata terus dilakukan, seakan memberi jaminan keselamatan, padahal itu aba-aba penyerangan. Polisi dunia ada, tapi bukan untuk keadilan melainkan mereka bergerak untuk kepentingan.
Sikap ini menunjukkan bahwa masalah Palestina tidak lagi sekadar soal penjajahan fisik, tetapi juga soal kegagalan kepemimpinan politik di dunia Islam. Miris, bahkan tak logis, menyaksikan darah saudara kita ditumpahkan, tapi justru para pemimpin Negeri muslim berpegangan tangan dengan Barat dan rezim Zionis. Ini menandakan bahwa arah politik mereka tidak berpijak pada kepentingan Islam, melainkan pada kompromi dengan kepentingan global yang sekuler dan kolonialis.
Lebih menyakitkan lagi, opini publik justru diarahkan untuk menerima jalan damai yang palsu. Padahal sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa selama penjajah Zionis bercokol di tanah suci itu, tidak akan ada kedamaian sejati. Mereka tak butuh diplomasi yang mereka butuhkan adalah pasukan jihad yang lahir dengan kepemimpinan islam menuju kebangkitan hakiki.
Oleh karena itu, umat Islam tak boleh terus bergantung pada solusi semu yang ditawarkan Barat. Tidak ada harapan selain atas landasan aqidah umat Islam. Mewujudkan persatuan umat yang akan menyatukan kekuatan dan mengarahkan mereka pada pembebasan nyata.
Gaza seharusnya bukan hanya menjadi simbol penderitaan, tapi juga menjadi titik balik kesadaran umat. Bahwa selama sistem kapitalisme global masih bercokol, umat akan terus menjadi korban. Dan selama umat belum bersatu dalam satu kepemimpinan yang ikhlas dan tegas, penderitaan seperti di Palestina akan terus terjadi.
Kesimpulannya, inilah saatnya umat bergerak. Bukan dengan emosi sesaat, tapi dengan langkah terorganisasi dalam perjuangan politik Islam yang terarah. Gaza memanggil bukan hanya untuk dibela, tapi menjadi pemantik kesadaran politik umat Islam bahwa kebangkitan hanya akan datang dengan kembali pada sistem Islam kaffah, Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah
Oleh: AI Qurotul Ain
Pemerhati Kebijakan Publik