TintaSiyasi.id -- Kekejian Israel terus saja bertambah setiap harinya. Mereka tidak pernah jera mengganggu dan membantai warga Palestina. Baru-baru ini dikabarkan bahwa jumlah warga Palestina yang telah ditahan oleh Israel telah mencapai 3.600 orang (news.detik.com, 7/7/2025). Ribuan warga Palestina itu ditahan tanpa adanya dakwaan. Mereka ditangkap berdasarkan proses penahanan administratif dimana seseorang yang pada walnya ditangkap dan dipenjara selama enam bulan, namun masa penahanan itu dapat diperpanjang berkali-kali tanpa ada kejelasan.
Tidak hanya itu, korban tewas juga terus berjatuhan akibat kekejian Zionis Israel. Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di area yang berdekatan dengan pusat distribusi bantuan, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), beberapa waktu lalu telah menewaskan 56 orang warga Gaza serta melukai beberapa relawan (cnnindonesia.com, 5/7/2025). Ini belum termasuk lebih dari 57.000 warga Palestina yang dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel (cnbcindonesia.com, 7/7/2025).
Menanggapi fakta ini, beberapa penguasa negeri Muslim mendorong untuk mewujudkan solusi dua negara. Wacana ini tentu saja bukan solusi melainkan pembodohan terhadap umat Islam dan dunia. Zionis Israel dan AS selama-lamanya tidak kan pernah membiarkan Palestina merdeka sepenuhnya. Ketidakrelaan solusi dua negara juga akan terus ditampakkan oleh warga Palestina yang tulus dan lurus. Mereka tidak akan pernah merelakan sejengkal pun tanah kaum Muslim untuk para penjajah Israel. Solusi dua negara artinya penghianatan terhadap perjanjian Umariyah dan pengorbanan para syuhada yang telah mempertahankan tanah mulia itu dengan dengan jiwa raga mereka. Dengan kata lain, solusi dua negara tidak akan pernah terjadi, tabiat Zionis Israel dan sekutunya telah sangat jelas tampak dalam banyak peristiwa. Mereka bahkan terus menyakiti kaum Muslim dan relawan yang membela Palestina. Mereka tidak akan pernah membiarkan kaum Muslim Palestina hidup dengan tenang di tanah mereka. Maka, sekali lagi, solusi dua negara adalah penipuan terhadap kaum Muslim dan dunia.
Fokus kaum Muslim tidak boleh terpecah dengan wacana solusi dua negara yang seolah terdengar realistis. Mereka tidak boleh lupa karakter kaum Yahudi dan Nasrani yang Allah telah dengan jelas gambarkan di dalam Al-Qur’an bahwa tidak akan pernah ridha Yahudi dan Nasrani hingga kaum Muslim mengikuti apa yang mereka inginkan. Sejak masa Rasulullah dan sahabat, tabiat Yahudi yang selalu mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah harus selalu diingat. Mereka tidak akan pernah jera mengganggu kaum Muslim hingga Rasulullah sebagai seorang kepala negara menggerakkan pasukan untuk menyerang para penghianat dan mengusir mereka dari negeri kaum Muslim.
Kaum Muslim juga tidak boleh goyah dengan beredarnya opini bahwa jika tidak segera ada solusi dua negara, maka Zionis dan sekutunya akan terus membantai kaum Muslim di Gaza. Mereka harus fokus bahwa tanpa adanya perlawanan militer dari persatuan kaum Muslim, Zionis akan terus dan bahkan lebih brutal membantai warga Gaza. Mereka tidak akan pernah jera hanya dengan perjanjian internasional tanpa konsekuensi tegas. Mereka akan terus melanggarnya dan meremehkannya. Hal ini terjadi karena militer kaum Muslim tidak bersatu, padahal pada faktanya Zionis Israel tidak sekuat itu untuk melawan persatuan kaum Muslim. Maka persatuan kaum Muslim inilah yang mengharuskan adanya koordinasi dan kepemimpinan yang satu pula yaitu khalifah di bawah naungan khilafah.
Dengan kepemimpinan yang satu, kaum Muslim tidak lagi akan terpisah dalam batas bangsa-bangsa. Militer kaum Muslim akan sangat kuat untuk melawan kebiadaban Zionis dan sekutunya. Khalifah akan jauh lebih mudah mengkoordinir militer kaum Muslim untuk bergerak memukul mundur para penjajah di Palestina. Tidak seperti sekarang, lihatlah bagaimana militer dari negeri-negeri Muslim bergerak sendiri-sendiri dan bahkan hanya menjadi penonton tanpa mampu berbuat apa-apa melihat saudara-saudara mereka dibantai. Bukan karena mereka tidak memiliki kemampuan dan semangat, tapi karena pemimpin meraka tidak memerintahkan untuk menyerang, tapi hanya berjaga-jaga saja. Lantas untuk apa? Bukankan itu artinya membuat militer yang sejatinya kuat itu menjadi macan ompong? Ini sungguh memalukan.
Pembantaian dan pengorbanan para syuhada yang terjadi di Gaza hari ini seharusnya menjadi momentum penting yang menggugah kesadaran seluruh umat Islam di dunia akan urgensi kepemimpinan yang satu bagi kaum Muslim yaitu khilafah. Sistem kepemimpinan khilafah merupakan warisan yang Rasulullah telah contohkan praktiknya di masa lalu. Keteladanan Rasulullah bersama para sahabat dan generasi setelah mereka pada masa Kekhilafahan telah memberikan gambaran yang sangat jelas akan kegagahan militer kaum Muslim yang tidak mudah untuk diremehkan oleh siapapun. Tidak ada satu institusi pun berani memandang rendah kewibawaan negara khilafah.
Umat Islam harus segera ikut berjuang dan menuntut tegaknya khilafah bersama dengan kelompok dakwah ideologis. Perjuangan inilah bentuk kesungguhan meraka untuk menolong saudara-saudara mereka di Palestina. Perjuangan penegakan khilafah juga merupakan kewajiban yang harus mereka pertanggung jawabkan di hadapan Allah kelak. Karena tanpa khilafah, syariat Allah tidak pernah tegak dengan sempurna. Tanpa Khilafah, kaum muslimin hidup dengan hina di hadapan musuh-musuh mereka.
Perjuangan menegakkan hukum Allah dengan khilafah juga menunjukkan ketidakrelaanan kaum muslimin akan tegaknnya sistem kufur yang mengatur kehidupan mereka. Hanya dengan memperjuangkan tegaknya hukum Allah dengan penuh keimanan, maka Allah akan menolong kaum muslim5 dari segala bentuk penindasan dan mengangkat mereka dari tempat yang rendah menuju kemuliaan. Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Fatmawati
(Aktivis Dakwah)