Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Wukuf Arafah, Cendekiawan: Persaudaran Islamiah Tanpa Superfisial

Selasa, 10 Juni 2025 | 18:54 WIB Last Updated 2025-06-10T11:54:47Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai wukuf di Arafah menunjukkan eratnya persaudaraan islamiah yang terjalin dengan tidak dibatasi oleh semua yang bersifat superfisial.

 

"Wukuf di Arafah memang menggambarkan suatu persaudaraan Islamiah. Satu persaudaraan yang tidak dibatasi oleh semua yang bersifat superfisial, entah itu pangkat, derajat, kedudukan, jabatan, kekayaan, ras, suku bangsa, bahasa," ucapnya di saluran YouTube One Ummah TV; Memahami Substansi Puncak Ibadah Haji.

 

“Pangkat, derajat, kedudukan, jabatan, kekayaan, ras, suku bangsa, dan bahasa semuanya superfisial. Itu sesungguhnya bagian dari qada Allah Swt., kecuali oleh takwa,” imbuhnya, Kamis (05/06/2025).

 

UIY menjelaskan, persaudaraan islamiah semestinya menjadi suatu hal yang harus tertanam pada diri seorang Muslim. "Kalau ada hal yang mesti menjadi pusat perhatian ke mana seluruh energi itu kita kerahkan, waktu tenaga pikiran, pangkat kekayaan, dan segala macam itu tak lain mestinya untuk takwa itu," ungkapnya.

 

UIY menjelaskan pentingnya umat Muslim menyadari apa yang paling penting dari semuanya, yakni ketakwaan. “Namun kini orang mulai terbalik, demi memperoleh kekayaan dan jabatan, mereka mengorbankan ketakwaan,” ucapnya.

 

"Inilah yang terjadi. Makanya korupsi jalan terus, kemudian orang dengan rela mengorbankan dan menyisihkan akidah dia, keimanan dia kepada Allah, komitmen keislaman dia demi meraih jabatan," jelasnya.

 

"Ini kan sudah pikiran-pikiran rusak yang tidak tahu lagi apa sebenarnya yang harus dituju dan apa yang harus dipentingkan atas perkara lainnya. Di situ Nabi menunjukkan kepada kita takwa itu, dan ini harus nancep betul di dalam pikiran umat Islam, khususnya yang sedang wukuf di Arafah," tambahnya.

 

Lanjutnya, ia menjelaskan, wukuf memang menujukkan persaudaraan islamiah namun mestinya tidak hanya berhenti ketika wukuf, tetapi terwujud hingga realita kehidupan selepas wukuf di Arafah atau selepas ibadah haji.

 

"Tetapi ini hari tidak terjadi, kenapa? Karena takwanya hanya berhenti sampai di situ. Karena itulah penting benar-benar menghayati apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan keluarganya,” tuturnya.

 

Ia mengatakan, tentang keimanan kepada Allah yang kokoh, yang sekokoh-kokohnya itu tauhid yang puncak. “Sembahlah Allah dan bertakwalah kepadanya. Dia menunjukkan bagaimana takwa itu, dia kerjakan perintah Allah meskipun perintah itu tampak sekilas tidak masuk akal. Karena itu sebenarnya ibadah haji ibadah luar biasa. Intinya itu mikir," terangnya.

 

Lebih lanjut, ia menegaskan, dengan berfikir semestinya mereka yang membela sekularisme dan melakukan korupsi berhenti.

 

"Mereka yang sedang mempertahankan kebohongan dengan segala cara itu harusnya berhenti. Tetapi ini enggak, kebohongan ditutup dengan kebohongan, sekularisme ditutup dengan sekularisme. Terus begitu sampai kematian menghentikannya dan berujung pada penyesalan," tutupnya.[] Taufan

Opini

×
Berita Terbaru Update