TintaSiyasi.id -- Umat pilihan di akhir zaman, keistimewaan dan tanggung jawab umat Nabi Muhammad SAW.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)
Pendahuluan: Ketika Kemuliaan Menjadi Tanggungan
Di antara miliaran manusia yang lahir sejak zaman Nabi Adam hingga hari ini, ada satu umat yang disebut “khairu ummah”—umat terbaik. Bukan karena jumlahnya, bukan karena kekuatannya, bukan karena kejayaan materinya. Tapi karena tugas dan misinya: mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah dengan tulus.
Itulah kita. Umat Nabi Muhammad SAW. Umat yang lahir di penghujung zaman, namun justru menjadi yang pertama dihisab dan pertama memasuki surga. Umat yang tidak pernah bertemu langsung dengan Rasul, tetapi disebut “saudara-saudara Nabi”. Umat yang doanya mendapatkan syafaat terbesar di hari hisab.
Namun, kemuliaan itu datang bersama sebuah konsekuensi besar: tanggung jawab untuk menjaga amanah risalah Islam di dunia yang semakin gelap dan menantang.
1. Kemuliaan yang Tidak Dimiliki Umat Sebelumnya
Berbeda dengan umat-umat sebelumnya, umat Nabi Muhammad SAW diberi keistimewaan luar biasa. Rasulullah SAW bersabda:
“Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku…”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Di antaranya:
• Diberi kemenangan melalui rasa takut yang ditanamkan di hati musuh-musuh sejauh satu bulan perjalanan.
• Dijadikan seluruh bumi sebagai tempat sujud dan suci (boleh shalat di mana saja).
• Dihalalkan ghanimah.
• Diutus untuk seluruh manusia (bukan hanya kaumnya).
• Diberi syafaat untuk umatnya kelak.
Ini adalah bukti bahwa umat ini bukan hanya istimewa, tetapi juga dipercaya untuk membawa cahaya Islam ke seluruh penjuru bumi.
2. Dihisab Pertama, Masuk Surga Pertama
Rasulullah SAW bersabda:
“Kita adalah umat yang terakhir, tetapi yang pertama pada hari kiamat.”
(HR. Muslim)
Betapa besar kedudukan umat ini di sisi Allah, bahkan dibanding umat para nabi terdahulu yang hidup ratusan bahkan ribuan tahun lamanya.
Namun... apakah umat ini sudah memantaskan diri untuk menjadi yang pertama masuk surga?
Apakah kita hidup sebagai umat yang berani menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar?
Ataukah justru kita menjadi umat yang diam di hadapan kemungkaran, dan ikut-ikutan dalam kegelapan zaman?
3. Syafaat yang Menanti, Asal Tidak Berhenti
Salah satu keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW adalah jaminan syafaat dari Nabi sendiri. Tapi syafaat bukan untuk mereka yang lalai dan berpaling dari Allah sepanjang hidupnya. Syafaat adalah harapan, bukan jaminan tanpa amal.
Rasulullah SAW pernah menangis memikirkan umatnya. Dalam sebuah hadits disebutkan, beliau bersujud lama sekali hingga malaikat Jibril berkata:
“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, pasti akan diberikan. Berilah syafaat, akan dikabulkan.”
Dan Rasul pun memohon agar umatnya diberi ampunan.
Kita tidak perlu menjadi sahabat untuk mendapatkan cinta Rasul. Cukup dengan menjadi umat yang meneladani akhlaknya, menjaga shalatnya, memperbanyak shalawat, dan tidak melupakan risalahnya.
4. Musibah Dunia sebagai Penggugur Dosa
Umat ini juga diberi keistimewaan: dosa-dosanya diampuni melalui musibah di dunia.
“Umatku adalah umat yang diberi rahmat. Azabnya bukan di akhirat, melainkan berupa fitnah, gempa bumi, dan musibah di dunia.”
(HR. Abu Dawud)
Artinya, saat kita menghadapi cobaan hidup—kehilangan, kesedihan, kemiskinan, penyakit—itu bukanlah murka Allah, melainkan cara-Nya membersihkan kita dari dosa.
Bagi umat Nabi Muhammad SAW, bahkan duri yang menusuk kaki pun bisa menggugurkan dosa, jika diterima dengan sabar dan ikhlas.
5. Jalan Kembali Masih Terbuka Lebar
Tak seperti umat sebelumnya yang langsung dibinasakan saat mereka menyimpang, umat ini diberi pintu taubat hingga menjelang hari kiamat. Bahkan jika seseorang hidup dalam dosa bertahun-tahun, lalu menangis dan kembali di malam terakhir hidupnya—Allah masih akan menerima taubatnya.
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang bersalah di siang hari…”
(HR. Muslim)
Inilah rahmat Allah untuk umat ini. Umat yang penuh dosa, tapi juga penuh harapan. Selama hayat masih di kandung badan, peluang ampunan selalu ada.
6. Tugas Menjadi Pelita Dunia
Namun semua keistimewaan ini akan hilang nilainya jika umat ini hanya diam, hanya sibuk pada diri sendiri, dan tidak peduli terhadap gelapnya dunia di sekitarnya.
Allah berfirman:
“Dan demikianlah Kami menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia.”
(QS. Al-Baqarah: 143)
Umat ini adalah pelita. Tapi pelita hanya berguna jika dinyalakan.
Hari ini, kita menyaksikan banyak orang kehilangan arah. Anak-anak muda kehilangan identitas. Umat Islam menjadi konsumen peradaban, bukan pembangun peradaban.
Ini waktunya umat Nabi Muhammad SAW bangkit kembali. Dengan iman yang lurus. Dengan ilmu yang dalam. Dengan akhlak yang mulia. Dengan semangat dakwah yang tulus.
Penutup: Layakkah Kita Disebut Umat Terbaik?
Menjadi umat Nabi Muhammad SAW adalah kehormatan. Tapi juga amanah. Kita tidak dipilih karena paling kuat atau paling cerdas. Kita dipilih karena Nabi Muhammad SAW adalah nabi rahmat, dan kita adalah pewarisnya.
Maka jangan biarkan kita menjadi generasi yang mencoreng nama umat terbaik. Mari kita buktikan bahwa kita layak disebut "khairu ummah"—bukan hanya karena ayat yang dibaca, tapi karena amal yang nyata.
Jadilah umat yang mengenal Rasulnya, mencintai syariatnya, dan meneruskan risalahnya—hingga kita pantas berada di barisan depan, saat pintu surga dibuka pertama kali.
Semoga kita termasuk golongan yang dirindukan oleh Rasulullah SAW, diselamatkan di hari kiamat, dan dikumpulkan di surga bersama beliau. Amin.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)