Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Poin Penting dalam Satu Kalimat “Hijrah Merajut Ukhuwah Merangkai Islam Kaffah”

Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:25 WIB Last Updated 2025-06-28T07:25:13Z

Tintasiyasi.ID -- Ulama K.H. Rokhmat S. Labib, M.E.I. menuturkan ada tiga poin penting dalam satu kalimat “Hijrah Merajut Ukhuwah Merangkai Islam Kaffah”. Dalam kalimat “Hijrah Merajut Ukhuwah Merangkai Islam Kaffah”, kalau kita lihat ada tiga poin penting dalam kalimat tersebut,” sebut Kiai Rokhmat.

 

Pertama, hijrah; kedua, ukhuwah; ketiga, adalah Islam kaffah,” tuturnya dalam Dialog Muharram: Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah, Sabtu (28/06/2025) di YouTube One Ummah TV.

 

Kiai Rokhmat menyebutkan, hubungan ketiga hal tersebut memiliki satu keterkaitan dan itulah yang harus diwujudkan dan perjuangan dalam kehidupan.

 

Pertama, merajut ukhuwah. “Ukhuwah yang dimaksud adalah ukhuwah islamiah, dan itulah ukhuwah yang disyariatkan oleh Allah Swt. kepada kita,” ujarnya.

 

"Innamal mukminuna ikhwah, yang artinya esungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara. Seperti yang dikatakan oleh Fakruddin Arrazi, kata ikhwah dimaksudkan adalah saudara seteman, perkawanan, bukan seketurunan,” ulasnya.

 

Ia meringkas bahwa Allah Swt. ingin memberikan penjelasan bahwa persaudaraan antara mukmin adalah perdana yang sangat kuat, sehingga meski mereka seandainya atau mereka bukanlah saudara-saudara senasab, mereka disebut, diungkapkan, dinyatakan sebagai seperti saudara senasab yang tentu memiliki hubungan yang sangat erat.

 

“Fakruddin Arrazi juga mengatakan hal ini yang menurut saya sangat menarik. Kata inama dalam ayat itu memberikan makna pembatasan, bahwa dengan ayat ini Allah menegaskan ukhuwah itu hanya ada pada orang-orang mukmin.

 

Berarti yang menjadi dasar orang itu bersatu, lanjutnya, bukan karena kesamaan bangsa, daerah, profesi, dan kesamaan yang lain-lain, tetapi kesamaannya adalah akidah.

“Nah, apa bentuk ukhuwah itu? Di antaranya mahabah, saling mencintai, saling menolong, saling membantu. Kalau ada yang minta tolong, segera dan wajib berikan pertolongan,” lugasnya.

 

“Wajib memberikan pertolongan kepada mereka sesam Muslim. Tidak menzalimi, tidak melantarkan, tidak menyerahkan mereka kepada musuh. Itu adalah juga bagian manifestasi dari ukhuwah,” ulasnya.

 

Kedua, Islam kaffah. “Ada hubungan yang sangat erat. Ukhuwah tidak hanya hidup dalam kehidupan secara pribadi, yaitu saling bantu, saling tolong, tidak saling menzalimi, tidak melantarkan, tidak membiarkan dibunuh oleh kaum kafir, itu hanya akan bisa terwujud secara nyata ketika Islam punya daulah atau punya kekuasaan, punya negara,” tandas Kiai.

 

“Orang-orang Palestina barangkali mereka sudah kehilangan air mata, sudah lagi tidak bisa berteriak. Enggak ada yang mereka bisa minta tolong, padahal saudara mereka lebih dua miliar. Tidak ada yang bergerak untuk bisa memberikan pertolongan mereka secara nyata,” serunya.

 

Lanjut dikatakan, bukan umat Islam tidak ingin menolong mereka, di Indonesia siap menolong mereka, baik baik secara biaya, tenaga, nyawa pun bisa diberikan. “Tetapi kita tidak bisa melakukan itu. Untuk menolong mereka harus ada kekuatan militer, dan militer itu butuh negara,” kata Kiai Rokhmat.

 

Kiai menyesalkan negara-negara yang sekarang ada di negeri-negeri Muslim tak peduli. “Mereka bukan hanya tidak menolong, tetapi mereka justru bersekutu dengan musuh-musuh Islam,” ucapnya masygul.

 

Ia mencontohkan Yordania yang tidak menembakkan satu pun peluru kepada tentara Israel, bahkan Yordania ketika ada rudal-rudal dari Iran justru ditembaki dan dia beri alasan demi keamanan negara tidak boleh ada yang melintas di udara mereka.

 

“Anehnya Yordania membiarkan pesawat-pesawat Israel datang menggempur Iran, pulang dengan selamat. Jika yang lewat di udaranya adalah tentara Israel, rudal-rudul Israel dibiarkan begitu saja,” sesalnya.

“Mesir pun sama. Bantuan-bantuan menumpuk di pintu Raffah. Bahkan menangkap dan mendeportasi para aktivis kemanusian ke negara mereka. Ini tentu bukan keinginan rakyat Mesir. Ini adalah kebijakan penguasa mereka dan ini jelas penguasa-penguasa yang bukan menerapkan Islam,” tandasnya.

 

“Ukhuwah yang digariskan dalam Islam tidak akan bisa mewujud dengan nyata kecuali Islam punya negara, dan negara dalam Islam itu yang digariskan tak boleh lebih dari satu negara,” sebutnya.

 

“Rasulullahi saw. sangat tegas melarang umat Islam punya lebih dari satu negara. Larangan itu bersifat tegas yang bahkan jika tetap dilanggar ketentuannya adalah hukuman mati,” tegasnya.

 

Saat ini, ujarnya, bukan hanya dua negara tetapi lebih dari 50 negara. “Inilah sebenarnya yang menjadi musibah umat Islam, ukhuwah tidak bisa terwujud secara nyata karena umat Islam tercerai dalam banyak negara,” jelasnya.

 

Ketiga, kaffah artinya sempurna, seluruhnya, Islam yang seluruhnya tidak ada terkecuali. “Bicara Islam keseluruhan akan didapati bahwa Islam memiliki sistem pemerintahan, sistem negara, dan negara itu tidak mungkin bisa diterapkan kecuali ini negara. Bahkan negara itu sendiri bagian dari Islam,” bebernya.

 

Kiai Rokhmat memaparkan, Ketika membaca Al-Qur’an sangat jelas negara itu bagian dari agama itu. ”Di dalam Al-Qur’an ada surah-surah yang menunjukkan Islam punya konsep negara.  Contohnya: surah Al-Anfal, artinya rampasan perang, enggak mungkin ada rampasan perang jika tanpa negara dan perang itu negara,” paparnya.

 

“Ada juga surah Al-fath, Inna fatahna laka fatham mubina. Al-Fath dalam bahasa Arab itu fathul bilad. Kalau ingin menaklukkan sebuah negara harus membuka perbatasan, itu tidak  mungkin tanpa negara,” imbuhnya.

 

Ia mencontohkan surat lainnya, “Surat An-Nasr, artinya pertolongan. Surah ini lekat dengan Al-Fath. Allah menyebut kata Al-Fath dengan An-Nasr ini berjejeran. Sekali lagi, Islam datang bukan hanya mengatur kehidupan pribadi, tetapi juga datang dalam bentuk institusi negara,” lugasnya.


“Sehingga kalau judulnya hijrah, merajut ukhuwah, merangkai Islam kaffah sebenarnya sangat tepat, karena hijrah itulah yang mewujudkan keduanya,” pungkas Kiai.[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update