Tintasiyasi.ID -- Ulama K.H. Rokhmat S. Labib, M.E.I. menuturkan ada tiga poin penting dalam satu kalimat “Hijrah Merajut Ukhuwah Merangkai Islam Kaffah”. “Dalam kalimat “Hijrah Merajut Ukhuwah Merangkai Islam Kaffah”, kalau kita lihat ada tiga poin penting dalam kalimat tersebut,” sebut Kiai Rokhmat.
“Pertama,
hijrah; kedua, ukhuwah; ketiga, adalah Islam kaffah,” tuturnya
dalam Dialog Muharram: Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam
Kaffah, Sabtu (28/06/2025) di YouTube One Ummah TV.
Kiai Rokhmat
menyebutkan, hubungan ketiga hal tersebut memiliki satu keterkaitan dan itulah
yang harus diwujudkan dan perjuangan dalam kehidupan.
Pertama, merajut ukhuwah. “Ukhuwah yang
dimaksud adalah ukhuwah islamiah, dan itulah ukhuwah yang disyariatkan oleh
Allah Swt. kepada kita,” ujarnya.
"Innamal
mukminuna ikhwah, yang artinya esungguhnya orang-orang mukmin adalah
saudara. Seperti yang dikatakan oleh Fakruddin Arrazi, kata ikhwah dimaksudkan
adalah saudara seteman, perkawanan, bukan seketurunan,” ulasnya.
Ia meringkas
bahwa Allah Swt. ingin memberikan penjelasan bahwa persaudaraan antara mukmin
adalah perdana yang sangat kuat, sehingga meski mereka seandainya atau mereka
bukanlah saudara-saudara senasab, mereka disebut, diungkapkan, dinyatakan
sebagai seperti saudara senasab yang tentu memiliki hubungan yang sangat erat.
“Fakruddin
Arrazi juga mengatakan hal ini yang menurut saya sangat menarik. Kata inama
dalam ayat itu memberikan makna pembatasan, bahwa dengan ayat ini Allah
menegaskan ukhuwah itu hanya ada pada orang-orang mukmin.
Berarti yang
menjadi dasar orang itu bersatu, lanjutnya, bukan karena kesamaan bangsa, daerah,
profesi, dan kesamaan yang lain-lain, tetapi kesamaannya adalah akidah.
“Nah, apa
bentuk ukhuwah itu? Di antaranya mahabah, saling mencintai, saling menolong,
saling membantu. Kalau ada yang minta tolong, segera dan wajib berikan
pertolongan,” lugasnya.
“Wajib memberikan
pertolongan kepada mereka sesam Muslim. Tidak menzalimi, tidak melantarkan,
tidak menyerahkan mereka kepada musuh. Itu adalah juga bagian manifestasi dari
ukhuwah,” ulasnya.
Kedua, Islam kaffah. “Ada hubungan yang
sangat erat. Ukhuwah tidak hanya hidup dalam kehidupan secara pribadi, yaitu saling
bantu, saling tolong, tidak saling menzalimi, tidak melantarkan, tidak
membiarkan dibunuh oleh kaum kafir, itu hanya akan bisa terwujud secara nyata
ketika Islam punya daulah atau punya kekuasaan, punya negara,” tandas Kiai.
“Orang-orang
Palestina barangkali mereka sudah kehilangan air mata, sudah lagi tidak bisa
berteriak. Enggak ada yang mereka bisa minta tolong, padahal saudara mereka
lebih dua miliar. Tidak ada yang bergerak untuk bisa memberikan pertolongan
mereka secara nyata,” serunya.
Lanjut
dikatakan, bukan umat Islam tidak ingin menolong mereka, di Indonesia siap
menolong mereka, baik baik secara biaya, tenaga, nyawa pun bisa diberikan. “Tetapi
kita tidak bisa melakukan itu. Untuk menolong mereka harus ada kekuatan militer,
dan militer itu butuh negara,” kata Kiai Rokhmat.
Kiai
menyesalkan negara-negara yang sekarang ada di negeri-negeri Muslim tak peduli.
“Mereka bukan hanya tidak menolong, tetapi mereka justru bersekutu dengan
musuh-musuh Islam,” ucapnya masygul.
Ia mencontohkan
Yordania yang tidak menembakkan satu pun peluru kepada tentara Israel, bahkan
Yordania ketika ada rudal-rudal dari Iran justru ditembaki dan dia beri alasan
demi keamanan negara tidak boleh ada yang melintas di udara mereka.
“Anehnya Yordania
membiarkan pesawat-pesawat Israel datang menggempur Iran, pulang dengan
selamat. Jika yang lewat di udaranya adalah tentara Israel, rudal-rudul Israel
dibiarkan begitu saja,” sesalnya.
“Mesir pun
sama. Bantuan-bantuan menumpuk di pintu Raffah. Bahkan menangkap dan mendeportasi
para aktivis kemanusian ke negara mereka. Ini tentu bukan keinginan rakyat
Mesir. Ini adalah kebijakan penguasa mereka dan ini jelas penguasa-penguasa
yang bukan menerapkan Islam,” tandasnya.
“Ukhuwah yang
digariskan dalam Islam tidak akan bisa mewujud dengan nyata kecuali Islam punya
negara, dan negara dalam Islam itu yang digariskan tak boleh lebih dari satu
negara,” sebutnya.
“Rasulullahi saw.
sangat tegas melarang umat Islam punya lebih dari satu negara. Larangan itu
bersifat tegas yang bahkan jika tetap dilanggar ketentuannya adalah hukuman
mati,” tegasnya.
Saat ini,
ujarnya, bukan hanya dua negara tetapi lebih dari 50 negara. “Inilah sebenarnya
yang menjadi musibah umat Islam, ukhuwah tidak bisa terwujud secara nyata
karena umat Islam tercerai dalam banyak negara,” jelasnya.
Ketiga, kaffah artinya sempurna, seluruhnya,
Islam yang seluruhnya tidak ada terkecuali. “Bicara Islam keseluruhan akan didapati
bahwa Islam memiliki sistem pemerintahan, sistem negara, dan negara itu tidak
mungkin bisa diterapkan kecuali ini negara. Bahkan negara itu sendiri bagian
dari Islam,” bebernya.
Kiai Rokhmat
memaparkan, Ketika membaca Al-Qur’an sangat jelas negara itu bagian dari agama
itu. ”Di dalam Al-Qur’an ada surah-surah yang menunjukkan Islam punya konsep negara.
Contohnya: surah Al-Anfal, artinya rampasan
perang, enggak mungkin ada rampasan perang jika tanpa negara dan perang itu
negara,” paparnya.
“Ada juga surah
Al-fath, Inna fatahna laka fatham mubina. Al-Fath dalam bahasa Arab itu fathul
bilad. Kalau ingin menaklukkan sebuah negara harus membuka perbatasan, itu
tidak mungkin tanpa negara,” imbuhnya.
Ia mencontohkan
surat lainnya, “Surat An-Nasr, artinya pertolongan. Surah ini lekat dengan Al-Fath.
Allah menyebut kata Al-Fath dengan An-Nasr ini berjejeran. Sekali lagi, Islam
datang bukan hanya mengatur kehidupan pribadi, tetapi juga datang dalam bentuk
institusi negara,” lugasnya.
“Sehingga kalau
judulnya hijrah, merajut ukhuwah, merangkai Islam kaffah sebenarnya sangat
tepat, karena hijrah itulah yang mewujudkan keduanya,” pungkas Kiai.[] Rere