TintaSiyasi.id -- Dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Negara RI. Jakarta, 28 Mei 2025. Presiden RI. Prabowo Subianto mengatakan akan membuka peluang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel apabila mereka mengakui kemerdekaan bangsa Palestina. Termasuk juga persetujuan beliau mendorong solusi dua negara.
Sebagai pemimpin negeri Muslim terbesar di dunia, tentu pernyataannya ini menjadi sorotan publik, khususnya di dunia maya. Terbukti sosial media dibanjiri dengan berita dirinya menyampaikan hal itu.
Sikap Presiden RI ini menimbulkan pro kontra di tengah-tengah masyarakat. Ada yang setuju ada yang tidak setuju. Penulis termasuk yang tidak setuju.
Mengapa tidak setuju? Karena jangankan kita sebagai umat Muslim, sesungguhnya orang-orang Yahudi itu tahu persis bahwa wilayah Palestina bukanlah wilayah yang tak bertuan. Wilayah Palestina ini tidak bisa dipisahkan dari dunia Islam yang kala itu dipimpin oleh Khalifah Sultan Abdul Hamid II sebagai salah satu khalifah dalam Kekhilafahan Utsmani.
Mengetahui hal itu, Theodore Herzl tokoh zionis sebagai tokoh utama yang menginisiasi berdirinya The Jewish State (Negara Yahudi) mendorong orang-orang Yahudi untuk melakukan apa yang dikenal oleh dunia sebagai kongres Zionis internasioal yang pertama di Basel pada tahun 1897 M. Apa yang menjadi kesepakatan penting dari kongres tersebut? Yakni mendirikan negara Yahudi di wilayah Palestina.
Padahal sebenarnya sebelum kongres itu dilaksanakan, Inggris telah mempersiapkan dua wilayah. Uganda dan Argentina sebagai pemukiman orang-orang Yahudi seluruh dunia. Akan tetapi mengapa orang-orang Yahudi bergeser ke Palestina? Karena Theodor Herzl tahu persis bahwa di sebelahnya ada gerakan zionis yang menginginkan gunung Sion sebagai pusat peribadatan orang-orang Yahudi seluruh dunia. Sehingga mereka lebih memilih wilayah Palestina bukan Uganda dan Argentina agar mereka mendapat legitimasi agama sebagaimana yang mereka yakini.
Pada akhirnya orang-orang yahudi melakukan dua langkah penting untuk merialisasikan misinya.
Pertama. Mereka melakukan sosialisasi kepada orang-orang Yahudi tentang betapa pentingnya mendirikan negara Yahudi dengan berbagai macam cara.
Kedua. Mereka harus menemui Khalifah Sultan Abdul Hamid II untuk meminta agar menyerahkan sebahagian wilayah Palestina yang di inginkannya.
Akhirnya datanglah Theodore Herzl merunduk dan menyampaikan niat mereka untuk meminta sebahagian wilayah Palestina yang diinginkannya itu. Tapi apa yang dikatakan oleh Khalifah Sultan Abdul Hamid II kepada meraka, “Tanah itu bukan milikku, itu milik umat”. Meskipun hendak menyogok dengan jumlah yang cukup besar 150 juta poundstreling dalam bentuk emas. Khalifah Sultan Abdul Hamid II tetap tidak memberikannya.
Seperti itulah sikap pemimpin Muslim yang sebenarnya. Tahu persis keagungan dan kesucian wilayah Palestina itu. Sehingga mesti berkali-kali orang-orang Yahudi berupaya membujuk bahkan menyogoknya, dia tetap pada sikapnya menjaga tanah suci umat Islam itu agar tidak dimiliki oleh Yahudi.
Jadi sesungguhnya yang terjadi di Palestina sebagaimana kita saksikan saat ini adalah penjajahan, okupasi, perebutan wilayah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang didukung negara-negara kafir Barat.
Mengaitkan dengan pernyataan dan sikap Presiden RI mendorong solusi dua negara itu, sungguh tak berdasar sama sekali. Sebab yang diklaim sebagai wilayah orang-orang Yahudi Israel saat ini adalah wilayah kaum Muslim termasuk Palestina yang dirampas oleh orang-orang Yahudi pasca runtuhnya Kekhilafahan Islam yang juga adalah skenario Barat dengan menggunakan pion utama mereka yakni Kemal Fasah.
Jadi solusi dua negara yang ditawarkan itu esensinya membiarkan perampok merampas sebahagian harta orang lain, lalu yang punya harta diajak untuk berdamai dan mengikhlaskan. Apa gak salah? Bukan lagi hanya sekadar salah tapi zalim dan biadab.
Lalu bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan penjajahan tersebut. Yakni dengan mengembalikan payung utama yang dulu sebagai satu-satunya pelindung wilayah Palestina. Khilafah Islam. Juga dengan jihad untuk mengusir orang-orang Yahudi dari bumi Palestina. Sebab hanya dengan itu kaum Zionis akan hengkang dari Palestina.
Semoga pemimpin-pemimpin negeri Muslim segera menyadari hal ini dan merealisasikannya. Aamiin. Allahu a’lam bishshawab. []
Abdul Manaf
Aktivis Sulawesi Barat