Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sibukkanlah Dirimu dengan Perbaikan Dirimu: Jalan Menuju Jiwa yang Jernih dan Hidup yang Bermakna

Rabu, 25 Juni 2025 | 09:42 WIB Last Updated 2025-06-25T02:42:06Z

Mukadimah

TintaSiyasi.id -- Di tengah gempuran zaman yang serba cepat, media sosial yang ramai oleh sorotan terhadap kekurangan orang lain, dan budaya "komentar instan" atas kehidupan siapa pun, kita sering lupa satu hal paling penting: memperbaiki diri sendiri.

Kalimat ringkas namun dalam, "Sibukkanlah dirimu dengan perbaikan dirimu", adalah ajakan untuk kembali kepada kesadaran diri, muhasabah ruhani, dan komitmen untuk tumbuh sebagai hamba Allah yang lebih baik.

1. Perjalanan Hidup yang Hakiki: Dari Kegelapan Diri Menuju Cahaya Ilahi

Setiap manusia membawa potensi untuk berubah dan tumbuh. Namun seringkali, kita lebih sibuk mencari kesalahan orang lain, merasa benar sendiri, dan menilai orang dari tampilan luar. Padahal, Rasulullah SAW bersabda:
"Cukuplah seseorang disebut berdosa jika ia menyibukkan diri dengan kesalahan orang lain sementara ia lupa pada kesalahan dirinya sendiri."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, jalan terbaik adalah memandang ke dalam. Mengenali sisi gelap diri sendiri, dan menyalakan lentera keinsafan untuk memperbaikinya.

2. Muhasabah: Kunci Kesadaran dan Perubahan

Setiap malam, sebelum tidur, tanyakanlah:
• Apakah lisanku hari ini lebih banyak mengeluh atau bersyukur?
• Apakah aku menjaga pandangan dan hatiku dari hal yang sia-sia?
• Apakah aku mendoakan saudara-saudaraku atau justru menggunjing mereka?

Muhasabah (introspeksi diri) adalah cermin bagi jiwa. Ia adalah proses ruhani yang menempatkan kita sebagai murid di hadapan Allah — bukan sebagai hakim atas orang lain.
“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama seperti kemarin, maka dia merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka.”
(HR. al-Hakim)

3. Sibuk Memperbaiki Diri adalah Amal Seumur Hidup

Perbaikan diri bukan proyek sesaat, bukan pula pencitraan. Ia adalah perjalanan tanpa akhir. Setiap hari adalah peluang untuk menjadi lebih sabar, lebih jujur, lebih amanah, lebih ikhlas.
Dalam dunia yang penuh pencitraan, perbaikan diri adalah perjuangan sunyi yang Allah tahu nilainya.
Imam al-Ghazali pernah menasihati murid-muridnya:
“Wahai muridku, sibukkan dirimu dengan membersihkan hatimu. Karena hatimu adalah tempat turunnya pandangan Allah, bukan pakaianmu, bukan ucapanmu, bukan penampilanmu.”

4. Saat Engkau Sibuk Memperbaiki Diri, Allah Sibuk Memperbaiki Urusanmu

Orang yang sibuk memperbaiki diri akan dijaga Allah dari keburukan lisan, dari dengki, dari hasad, dari sibuk mengatur hidup orang lain.
“Barangsiapa memperbaiki hubungan dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki urusan-urusan dunianya.”
(HR. Ahmad)
Tak jarang, orang yang fokus pada keikhlasan, menata hati, dan menjaga hubungannya dengan Allah, justru Allah muliakan tanpa ia harus mengangkat dirinya sendiri.

5. Masyarakat Akan Baik Bila Individu Sibuk Memperbaiki Diri

Bangunan masyarakat tidak dibentuk oleh pidato dan retorika semata. Ia dibangun dari pribadi-pribadi yang jujur, disiplin, amanah, rendah hati, dan mencintai sesama karena Allah.
Maka, memperbaiki diri bukan hanya urusan pribadi, tapi juga kontribusi nyata bagi peradaban.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Penutup: Sibuk Menjadi Cahaya, Bukan Memburu Bayangan

Wahai jiwa, cukup sudah kita lelah mengejar bayang-bayang dunia. Cukup sudah energi kita habis untuk membandingkan, mencela, mencurigai, atau merasa lebih baik dari yang lain. Kini saatnya mengalihkan fokus:
• Dari menyalahkan, menjadi memaafkan.
• Dari menilai orang, menjadi memperbaiki diri.
• Dari mencemaskan dunia, menjadi mencintai akhirat.

Karena yang bisa kita ubah hanyalah diri kita sendiri, dan dari sanalah perubahan besar dimulai.

"Jika engkau melihat keburukan pada orang lain, gali hatimu — mungkin itu pantulan dari kekuranganmu yang belum engkau akui."
— Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

Doa dan Harapan
Ya Allah...
Jangan sibukkan kami dengan dunia hingga lupa akhirat.
Jangan sibukkan kami dengan manusia hingga lupa memperbaiki diri.
Jadikan setiap nafas kami adalah langkah menuju cahaya-Mu.
Jadikan hati kami bersih, lisannya jujur, dan amalnya tulus.
Dan matikan kami dalam keadaan Engkau ridha kepada kami.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update