Tintasiyasi.id.com -- Pada tanggal 28-30 Mei 2025 Indonesia menerima kunjungan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron. Kedatangannya ke Indonesia disambut begitu sangat istimewa, sampai diadakan upacara penyambutan yang dipersembahkan untuk menyambut kedatangan pimpinan dari negeru Charlie Hebdo.
Hikmahanto Juwana sebagai pengamat hubungan internasional, mengatakan kunjungan bapak presiden Emmanuel Macron ke Indonesia, khususnya ke Akademi Militer di Magelang dan Candi Borobudur bukanlah sekedar simbolis.
Menurut juwana kunjungan ini menggambarkan dua fokus utama dalam hubungan bilateral Indonesia-Prancis, sebagai penguatan kerjasama pertahanan dan diplomasi kebudayan (Metronews.com).
Tidak hanya sebatas itu, kunjungan ini memberikan angin segar dalam kerjasama bilateral, khusunya dalam sektor pertahanan. Menteri Pertania Andi Amran Sulaiman mengatakan, bahwa Indonesia telah mendatangani declartion of intent (DOI) dengan Menteri Ekonomi, Menteri Keuangan, dan Menteri Kedaulatan Industri dan Digital prancis, Eric Lombard pada jumat tanggal 30 Juni 2025.
Amran menyebutkan Indonesia berminta untuk mengimpor sapi dan produk susu dari Prancis. Sebagai timbal balik, ia menegaskan dan menekankan pentingnya Prancis membuka pintu untuk ekspor crude palm oil (CPO) dari Indonesia.
Kerja sama yang disepakati tidak hanya sebatas impor-ekspor. Beberapa poin penting meliputi, pertukaran teknologi pertanian, peningkatan kapasitas SDM dan pelatihan petani, modernisasi alat dan infrastruktur pertanian, dan riset bersama untuk varietas tahan iklim ekstrem.
Kesepakatan ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dan meningkatkan nilai tambah sektor pertanian Indonesia di pasar global (Beritasatu.com).
Negara Perancis sendiri merupakan salah satu negara adidaya, negara ini dikenal sebagai negara yang memiliki pengaruh kuat dalam bidang strategis, pertahanan, teknologi dan energi terbarukan.
Maka dari itu negara ini mempunyai fokus kunjungannya ke negara Indonesia, tujuannya untuk membangun kerja salam dan kemitraan strategis pada bidnag bidang yang telah disebutkan, terutama dlaam bidang pertahanan.
Ada sekitar 26 perjanjian yang mereka telah sepakati dan ditandatangani sebagai awal hubungan bilateral antar kedua negara. Kesepakatan itu meliputi kerjasama antarpemerintah (G-to-G), kerjasama antarlembaga (P-To-P), dan kemitraan swasta (B-To-B), serta kolaborasi antar bank sentral
kedua negara.
Keseluruhan perjanjian tersebut ada yang ditandatangani secara langsung oleh Presiden Prabowo dan Presiden Macron, dan sebagian lagi ditandatangani oleh para pelaku usaha dalam Indonesia France Business Forum 2025 di Kantor Kementerian Perekonomian Jakarta, Rabu (28-5-2025).
Jika dilihat pada poin poin yang ada kesepakatan antara Prancis dan Indonesia berhaisl menguntungkan Prancis, baik secara politik, ekonomi, militer, maupun budaya. Meskipun hubungan ini dikemas dengan asas “kerjasama atau kemitraan strategis” tetap saja posisi negara Indonesia kalah dengan negara Prancis.
Dalam kitab Mafahim Siyasi karya Syekh Taqiyuddin An Nabhani beliau didalamnya menggambarkan bahwa negara Prancis adalah salah satu negara adidaya, negara ini merupakan negara kapitalis yang mempunyai sistem politik berkarakter imperialis. Dari sini kita dapat melihat setiap kebijakan politik yang digunakan oleh negara tersebut tidak lain adalah misi nya sebagai negara penjajah.
Pada faktanya negara Indonesia belum keluar dari posisi sebgai negara berkembang, yang menggambarkan bagaimana sebuah negara negara yang berada pada posisi di belakang negara adidaya. Maka perkembangan negara berkembang akan mengikuti negara maju atau negara besar.
Semua terlihat dari berbagai sisi dan kebijakan mengenai politik, ekonomi dan sebagainya. Negara berkembang tentunya akan terus mengekor terhadap negara maju didepannya.
Tidak hanya itu, kita tidak boleh menolak lupa bahwa negara perancis adalah negara yang mengusung Islamophobia yang bertujuan memusuhi umat Islam dengan pelarangan hijab, kartun yang menghina Nabi SAW, dan masih banyak lagi.
Seharusnya Indonesia yang mempunyai penduduk muslim yang paling banyak di dunia, seharusnya menjadi garda terdepan dalam membela Islam. Terutama misi presiden Macron terhadap Indonesia, meskipun kita hanya melihat misi nya pada bidang ekonomi. Tetap saja ada ideologi yang mereka bawa untuk disebarkan dan menghancurkan kaum muslim.
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamiin didalamnya terdapat aturan yang menyeluruh dan sempurna memberikan tuntunan bagaimana bersikap terhadap orang yang memusuhi agama Allah. Apalagi mereka yang benar-benar seorang penjajah tentunya bukan sekedar berkerjasama tetapi bersamaan menjajah dan menyebarkan tsaqofah.
Dalam Islam, negara-negara di dunia hanya dibagi dua, darul Islam dan darul kufur. Islam juga sudah menentukan tuntunan bersikap terhadap negara kafir sesuai posisi negara tersebut terhadap Daulah Islam.
Tuntunan Islam ini seharusnya menjadi pedoman setiap muslim, terlebih penguasa. Umat islam seharusnya memiliki negara yang kuat dan berpengaruh dalam konstelasi hubungan negara-negara di dunia sebagaimana pernah diraih oleh Daulah Islam dan kekhilafahan selanjutnya, umat harus berjuang kembali untuk mewujudkan khilafah yang menjadi negara adidaya dan disegani negara negara yang lainnya.
Wallahu’alam bishshawwab.[]
Oleh: Siti Nurhasna Fauziah
(Aktivis Muslimah)