Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Palestina Terabaikan, Sudahkah Terkikis Rasa Keimanan dan Kemanusiaan?

Sabtu, 21 Juni 2025 | 16:41 WIB Last Updated 2025-06-21T09:41:25Z

Tintasiyas.id.com -- Penjajah zionis Israel masih gencar melakukan serangan di wilayah Gaza. Menutup pusat distribusi bantuan. Menjadikan kelaparan sebagai senjata demi membunuh warga Palestina secara perlahan. 

Alangkah kejam, penutupan akses warga Palestina ke pusat distribusi bantuan terjadi sehari setelah militer Israel menyerang sekelompok warga Palestina yang tengah menunggu bantuan di bundaran Al-Alam, Rafah, Selatan Gaza, menewaskan sedikitnya 27 orang (berisatu.com 4-06-2025).
 
Bahkan, pada hari raya Idul Adha sekalipun, hari dimana kaum muslim dianjurkan untuk menyambutnya dengan penuh rasa gembira dan suka cita, serangan tidak kunjung berhenti. Dikutip dari berisatu.com, pada hari pertama Idul Adha (Jumat, 6/6/2025)

Sebanyak 33 warga Palestina kehilangan nyawa. Bertambah 17 warga yang kehilangan nyawa pada hari keduanya (Sabtu, 7/6/2025). Rasanya sulit bagi warga Palestina merasakan kebahagiaan hari raya, meskipun pada kenyataannya keteguhan iman mereka mendorong mereka untuk tetap berbahagia menyambut hari besar tersebut meski dalam kondisi kelaparan, kehilangan dan di bawah puing-puing reruntuhan rumah-rumah mereka.

Betapa bengis dan biadab serangan yang digencarkan Israel. Betapa parah dan mengerikan kondisi yang harus dihadapi warga Palestina. Mereka dibuat kelaparan, menyaksikan satu per-satu anggota keluarga yang saling menyusul menjadi korban. Mereka terlantar di tanah mereka sendiri.

Parahnya, kaum muslim di bagian wilayah lainnya seakan menutup mata terhadap kondisi mereka. Bahkan, sebagian pemimpin negeri muslim, termasuk Indonesia secara terang-terangan mendukung solusi-solusi yang ditawarkan negara Barat, Two State Solution, salah satunya.

Padahal, negara Barat, AS, merupakan biang dari terjadinya genosida terhadap warga Palestina hingga saat ini. Sudahlah warga Palestina merasakan penderitaan yang tidak berkesudahan, ditambah menyaksikan pengkhianatan yang dilakukan oleh sebagian pemimpin negeri Muslim. Melihat fakta ini, sungguh layak untuk dipertanyakan keimanan dan sisi kemanusiaan tiap-tiap pemimpin negeri Muslim. 

Sungguh ironis, di saat kaum non-muslim berbondong-bondong mengupayakan kebebasan Palestina dari penjajahan dengan mengerahkan segenap usaha mereka, kemampuan mereka, baik dari kalangan aktivis, mahasiswa, orang tua maupun pemuda. Bahkan mereka berani mempertaruhkaan nyawa mereka demi membela Palestina atas panggilan rasa kemanusiaan.

Sebagaimana aksi heroik beresiko tinggi oleh Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition) yang melayarkan kapal-kapal berisi bantuan kemanusiaan dari Sisilia ke Gaza. Selain untuk menunjukkaan rasa kemausiaan, membuka mata hati manusia lainnya untuk tetap berisik dan ikut berkotribusi memperjuangkan pembebasan Palestina dari penjajahan Israel (nytimes.com 10/6/2025).

Sementara kaum muslim sendiri yang memiliki ikatan keimanan dengan muslim Palestina justru sebagian besar masih abai, mulai sedikit demi sedikit meremehkan boikot, bahkan bersikap sinis terhadap sebagian muslim lainnya yang terjun ke jalan menyuarakan pembelaan terhadap Palestina karena dianggap menghambat lalu lintas perjalanan. Lantas, tidakkah kaum muslim merasa malu terhadap mereka.

Mereka hanya berlandaskan rasa kemanusiaan mampu memberikan perjuangan dan pengorbanan sementara kaum muslim tidak demikian dan justru mengabaikan. 
Sejatinya, persoalan Palestina merupakan persoalan kaum muslim seluruhnya. Sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim memikirkannya dan mencari solusi terbaik, baik solusi jangka pendek maupun jangka panjang.

Solusi jangka pendek dapat berupa ikut serta menyebarkan postingan-postingan terkait Palestina, mempelajari sejarahnya, boikot produk-produk yang jelas terafiliasi, mendonasikaan sebagian harta, ikut serta terjun ke jalan-jalan menyuarakan pembelaan, dan lain sebagainya. Adapun solusi jangka panjangnya ialah dengan menegakkan jihad dan Khilafah. 

Palestina hanya membutuhkan jihad secara nyata bukan sekedar retorika. Yakni, pengiriman tentara-tentara militer oleh pemimpin negeri muslim. Hanya saja, jihad mustahil direalisasikan pada kondisi saat ini. kondisi dimana negara-negara muslim terpecah belah dan tersekat nasionalisme. 

Hanya negara Khilafah, yaitu kepemimpinan umat Islam secara global yang mampu menyeru dan mengomando tentara-tentara militer ke Palestina untuk membasmi habis penjajah Israel. 
Tegaknya Khilafah adalah janji Allah dan Rasul-Nya. Namun penegakkannya tidak akan terwujud begitu saja. Butuh upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh kaum muslim untuk bisa menegakkannya.

Sebagaimana Rasulullah bersama para sahabat membangun negara Islam pertama kali di Madinah, penegakkan negara Khilafah dapat diwujudkan melalui perjuangan dakwah ideologis secara berjamaah, yaitu perjalanan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah bersama para sahabat dahulu.

Dakwah ideologis yang dilakukan secara berjamaah dan konsisten akan mampu membangun kesadaran umat dan menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat. Menyadarkan umat betapa mendesaknya kebutuhan umat akan Khilafah, terkhusus umat Islam.

Sebab hanya Khilafah yang mampu menghentikan penjajahan Israel atas Palestina dan berbagai macam penindasan terhadap umat Islam di belahan bumi lainnya.[]

Oleh: Sabila Herianti
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update