TintaSiyasi.id -- Otoritas militer Israel mengeluarkan larangan bagi warga Palestina di Jalur Gaza untuk mendekati pusat distribusi bantuan. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengimbau agar masyarakat Gaza mengikuti informasi resmi dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Pusat bantuan ditutup hari Rabu. Penutupan dilakukan sehari setelah militer Israel dilaporkan menyerang warga Palestina yang tengah menunggu bantuan. Serangan tersebut menewaskan 27 orang. (beritasatu.com, 4-06-2025)
Baru-baru ini, pesawat Israel tanpa awak / drone menyerang warga Palestina sejak fajar telah menewaskan 86 orang termasuk 56 orang di dekat pusat distribusi bantuan AS, di Jalur Gaza. Berdasarkan laporan Al Jazeera sebanyak 27 pencari bantuan ditembak mati oleh militer Israel di Rafah pada Selasa, 25 Juni 2025. Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNWRA) menyebut lokasi itu sebagai "perangkap maut". (tempo.co, 25-06-2025)
Matinya Rasa Kemanusiaan, Buah Kapitalisme
Melihat fenomena penyerangan Israel pada warga Gaza saat menunggu bantuan merupakan saksi atas matinya rasa kemanusiaan yang melanda Gaza. Sementara itu kelaparan melanda Gaza. Karena itu menjadi pertanyaan besar pula atas diamnya para penguasa Arab dan penguasa muslim di berbagai negara. Diamnya penguasa Arab merupakan sebuah pengkhianatan atas muslim Palestina. Mereka menyaksikan ketika bayi-bayi yang masih merah dibunuh. Sebab bagi zionis, dosa mereka adalah karena mereka bayi Muslim keturunan Palestina. Muslim Palestina merupakan musuh yang harus dimusnahkan.
Karena itu Zionis menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk membunuh secara pelan-pelan generasi Palestina. Bahkan saat hari raya Iduladha serangan pun kian membabi buta. Sedikitnya 17 meninggal dunia akibat serangan udara dan tembakan militer Israel di wilayah selatan Jalur Gaza. Namun, penguasa besar dunia diam. Bahkan Penguasa muslim sibuk beretorika tanpa tindakan nyata dengan mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah. Mereka diam meski rasa kemanusiaan terkoyak. Padahal rasa kemanusiaan merupakan fitrah yang ada pada diri manusia untuk menolong sesamanya apalagi ketika melihat bayi yang lemah tak berdaya. Telah nyata rasa kemanusiaan para penguasa telah mati. Seiring dengan matinya rasa kemanusiaan, pun menunjukkan matinya sifat dasar manusia.
Matinya rasa kemanusiaan sejatinya adalah buah dari sistem kapitalisme sekuler. Kapitalisme sekuler mengagungkan nilai materi dan rasa superior yang disertai dengan kebencian atas manusia lain. Penindasan terhadap suatu kaum atas nama agama dan kepentingan politik untuk menguasai merupakan tabiat manusia yang rakus dan tamak. Akhirnya kaum lemah mudah ditindas bahkan dimusnahkan agar dapat menguasai. Bentuk penjajahan sistem kapitalisme telah merusak tatanan hidup manusia dan alam. Penjajahan zionis yang kejam ditunjukkan dengan matinya rasa kemanusiaan. Namun herannya, kekejaman yang begitu rupa tak mengusik nurani para pemimpin Muslim bahkan di negeri ini.
Terlebih akibat rasa nasionalisme yang diciptakan Barat telah menghalangi untuk bersikap adil pada muslim Palestina. Tak ada seorang pemimpin Muslim pun di belahan dunia yang mampu membebaskannya dengan kekuatan senjata, meskipun sudah ada seruan jihad. Namun lagi-lagi jihad hanya sebatas seruan sebab tak kan mampu digerakkan kecuali ada sebuah komando dari negara. Siapa pun dan kelompok mana pun yang berusaha membebaskan Palestina tetap tak kan mampu menembus wilayah Gaza oleh sebab sekat nasionalisme dan kepentingan politik yang susah ditoleransi. Akibatnya Palestina terus mengalami penderitaan tak ada yang mampu menjamin keamanan mereka diberbagai sisi. Penderitaan Palestina menjadi bukti bahwa kepemimpinan dibawah sistem Kapitalisme hanya akan melahirkan kesengsaraan terutama bagi Muslim di mana pun ia tinggal.
Rasa Kemanusiaan Hanya di Sistem Khilafah
Rasa kemanusiaan hari ini sungguh sangatlah dibutuhkan mendesak. Matinya rasa kemanusiaan sungguh telah membutakan mata, hati dan telinga manusia. Manusia memperlakukan manusia lainnya bak hewan. Apalagi jika sudah menyangkut kekuasaan, nurani pun mati ikut bersama kebengisan. Maka tak ada yang mampu memiliki kemanusiaan yang hakiki kecuali hal itu dapat diraih pada sistem yang berlandaskan pada akidah Islam yaitu khilafah. Model negara khilafah merupakan warisan sunah Nabi Muhammad SAW, yang diteruskan setelah khulafaurrasyidin. Sistem khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang bersifat manusiawi. Negara khilafah akan berkuasa namun bukan untuk menindas tetapi untuk memanusiakan manusia.
Sistem khilafah menjunjung tinggi nilai ketuhanan yang di dalamnya menerapkan nilai agama yang berasal dari Yang Maha Menciptakan manusia dan alam semesta yaitu Allah SWT berupa syariat Islam. Jika suatu negara menerapkan nilai ketuhanan secara otomatis ada nilai kemanusiaan di dalamnya sebab fitrah manusia yang lemah dan terbatas membutuhkan aturan Tuhan untuk mengatur hidupnya apalagi mengatur umat manusia. Khilafah sistem negara yang memuliakan manusia bahkan dalam bentuk jihad masih menggunakan sisi kemanusiaan. Karena itu jihad tanpa khilafah tak kan mampu terwujud. Kebutuhan terhadap jihad merupakan perintah Allah SWT sebagaimana yang telah diperintahkan pada Nabi Muhammad SAW. Jihad bukan untuk menjajah sebagaimana penjajahan Barat yang bar-bar. Namun jihad merupakan perintah untuk membebaskan manusia dari belenggu kejahatan dan perbudakan terhadap manusia.
Maka melihat kondisi hari ini, jihad merupakan suatu kebutuhan mendesak apalagi ketika Muslim ada yang diperangi, kehormatan Muslim dihina dan diinjak-injak serta Al-Qur'an dinistakan. Sudah berpuluh-puluh tak ada yang mampu melindungi ketika Muslim dan agamanya dihinakan. Oleh sebab itu pula negara Muslim di belahan dunia pun tak sanggup melindungi namun hanya mampu mengecam perbuatan buruk orang-orang kafir. Karena itu, hidup di negara kapitalis sekuler tak kan mungkin bisa melakukan jihad. Apalagi jika kondisi para penguasa yang masih bergandengan tangan dengan penjajah Yahudi rasanya seruan jihad hanya sia-sia.
Maka seruan jihad hanya mungkin dilakukan oleh sistem khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Bukan ulama atau sekelompok orang, sebab mereka tak kan mampu memimpin jalannya jihad walaupun pasukan militernya banyak. Oleh karena itu, karena hari ini seorang khalifah tak ada dan sistem khilafah belum terbentuk maka jihad pun tak bisa dilakukan. Agar sistem khilafahnya ada maka harus ada umat yang berjuang untuk menegakkannya kembali. Namun umat butuh dipahami dahulu cara mewujudkannya. Pertama-tama harus ada kelompok jemaah dakwah yang mengemban ideologi Islam yang berasaskan akidah Islam. Tugas kelompok ini adalah untuk memahamkan umat terhadap kondisi keterpurukan umat Islam akibat ketiadaan khilafah hingga akhirnya umat paham dan menyadari kebutuhannya terhadap khilafah.
Kesadaran ini harus konsisten didakwahkan demi tegaknya khilafah. Pun terus membangun kesadaran umat menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat bahwa betapa pentingnya menegakkan sistem khilafah kembali. Sebab khilafah merupakan jantungnya umat Islam. Sistem khilafah akan menerapkan syariat Islam sesuai dengan manhaj kenabian yang berdasarkan pada Al-Qur'an, As-Sunnah, Qiyas dan Ijma' sahabat. Karena itu, jika sudah ada kelompok jemaah dakwah ideologis seperti ini di tengah-tengah umat saat ini, maka harusnya umat menjawab seruan dakwahnya dan berjuang bersama menegakkan sistem khilafah kembali menjemput nasrullah (pertolongan Allah SWT). Niscaya penderitaan Muslim Palestina dan umat Islam di mana pun berada akan sirna.
Firman Allah Ta'ala dalam TQS. An Nur ayat 55, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada menyekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Punky Purboyowati, S.S
Pegiat Pena Muslimah