Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menyikapi Kedatangan Presiden Prancis ke Indonesia

Sabtu, 14 Juni 2025 | 17:42 WIB Last Updated 2025-06-14T13:00:31Z

Tintasiyasi.id.com -- Menyikapi kedatangan Macron sebagai Kepala Negara Perancis harusnya menjadi perhatian umat. Kaum muslim tidak boleh lupa akan track record Perancis. Salah satu negara Eropa ini telah banyak melahirkan Islamofobia. 

Mulai dari larangan hijab dan karikatur Nabi Muhammad yang dianggap sebagai kebebasan berekspresi. Hingga penerapan Undang-undang Anti-Separatis 2021 yang bersifat diskriminatif terhadap Islam.

Sebagai negara dengan mayoritas muslim, seharusnya menunjukkan ketegasannya dan pembelaannya terhadap Islam. Namun anehnya pemimpin negeri ini justru menyambutnya dengan ramah dan istimewa. Tampaknya negeri ini telah silau akan kehadiran Kepala negara Perancis.

Sebab, Perancis termasuk salah satu negara besar di dunia. Investasi dan segala kerja sama yang dibawa Macron telah menutupi wajah asli Perancis yang sangat keras permusuhannya terhadap Islam. Sebab, investasi dan kerja sama dianggap akan menjadi penyelamat atas kondisi ekonomi Indonesia yang tidak baik-baik saja.

Perlu diingat, Perancis adalah salah satu negara penggagas lahirnya sistem Sebagai bangsa pencetus ide kebebasan, persamaan, dan persaudaraan (liberte, egelite, fraternite). Perancis termasuk salah satu negara dibalik lahirnya Zionis sebagai tatanan dunia yang sengaja dirancang oleh Barat. 

Kehadiran Pemimpin Perancis kemarin telah sukses menggeret Indonesia dalam agenda two state solution atas Palestina. Mengingat Indonesia adalah negeri muslim terbesar di Asia Tenggara.

Barat menginginkan agar Indonesia juga turut menguatkan narasi two state solution tersebut. Sehingga tidaklah kaget, Prabowo mengeluarkan pernyataan bahwa siap mengakui negara Israel, jika Palestina diberikan kemerdekaan. 

Prihatin, sistem Kapitalisme-sekularisme telah menjadikan hubungan negara hanya berdasarkan manfaat. Sehingga abai akan pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslim.

Sikap Islam Terhadap Negara Kafir
Ketika Allah SWT. memerintahkan Rasulullah saw. agar menyayangi dan lemah lembut kepada orang-orang beriman, saat itu pula Allah memerintahkan beliau agar bersikap keras terhadap kaum kafir (lihat al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 159).

Seruan ini tidak hanya terbatas pada Rasulullah saw. saja, tetapi berlaku untuk umatnya juga. Perintah ini hukumnya wajib atas selum kaum muslim (lihat al-Qur’an surat al-Maidah ayat 54).
Begitu pula terhadap negara kafir. 

Islam telah menentukan sikap terhadap negara-negara di luar Daulah Islam (Khilafah) sesuai dengan posisinya. Maka Perancis akan diposisikan sebagai ad-daulah al-kafirah al-harbiyah al-muharibah bi al-fi’li (negara kafir yang memusuhi Islam secara nyata), sebagaimana kawannya Amerika dan Inggris.

Secara langsung dan tidak langsung Perancis, Amerika, dan Inggris telah nyata permusuhannya terhadap Islam. Mereka pun membantu entitas Zionis melakukan genosida muslim Gaza-Palestina. Oleh sebab itulah, Islam tidak memboleh ada perjanjian apapun terhadap negara tersebut. 

Islam juga tidak memberikan izin warga negara kafir tersebut masuk ke negara Khilafah. Kecuali jika warga negara tersebut datang ke negara Khilafah untuk mempelajari Islam atau untuk menjadi dzimmi (kafir yang dilindungi dalam naungan Khilafah). Jika mereka memaksa untuk masuk, maka boleh dibunuh atau dijadikan tawanan.

Maka termasuk menyalahi Allah SWT dan Rasul-Nya, ketika pemimpin negeri ini justru menyambut dengan hangat dan meriah atas kunjungan Presiden Macron. Bahkan suatu bentuk pengkhianatan terhadap Islam dan kaum muslim.

Butuh Negara yang Kuat

Melihat keramahan pemimpin negeri ini, justru menunjukkan betapa lemahnya negeri ini terhadap kaum kafir. Umat Islam seharusnya memiliki negara yang kuat dan pemimpin yang tegas terhadap kaum kafir.

Umat Islam pernah memiliki negara kuat. Negara itu pertama kali didirikan oleh Rasulullah saw. di Madinah. Negara yang mampu menaklukkan imperium Romawi dan Persia, sehingga Negara Islam pada saat itu mampu tampil menjadi adidaya yang disegani dunia.

Kekuatan itu tampak dari bagaimana Rasulullah saw. mengirim tentara muslim untuk mengepung dan mengusir Yahudi Bani Qainuqa. Secara otomatis perjanjian yang sebelumnya terjalin pun batal, karena mereka sendiri yang melanggar perjanjiannya dengan melecehkan seorang Muslimah. Pada akhirnya Yahudi Bani Qainuqa diusir dari Madinah.

Begitu pula yang pernah dilakukan oleh Khalifah al-Mu’tashim Billah. Beliau pernah mengerahkan tentaranya untuk membela muslimah yang dianiaya oleh tentara Romawi. Hingga berakhir pada penaklukan kota Amuriah, salah satu kota besar Romawi pada saat itu.

Sayangnya negara yang adidaya berideologi Islam kini telah tiada. Umat harus berjuang kembali untuk mewujudkan Khilafah. Yaitu negara adidaya dan digdaya di hadapan musuh dan dunia. Perjuangan itu tidak bisa dilakukan umat lakukan sendiri. 

Dibutuhkan dakwah berjemaah bersama kelompok dakwah Islam ideologis. Agar dakwah Islam senantiasa terarah sesuai dengan metode dakwah Rasulullah saw. Wallahualam bishshawwab.[]

Oleh: Rizky Rachmawati, S.Si
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update