Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mengenali Dunia, Menemukan Akhirat: Renungan dari Nasihat Al-Ghazali

Minggu, 08 Juni 2025 | 17:08 WIB Last Updated 2025-06-08T10:08:29Z
TintaSiyasi.id -- "Allah SWT menjanjikan neraka bagimu karena engkau mencintai dunia. Padahal, segala sesuatu yang tidak menyertaimu setelah mati — itulah dunia."
— Imam Al-Ghazali

Pendahuluan: Dunia yang Menipu dan Akhirat yang Nyata

Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh ambisi ini, sering kali manusia terjebak dalam bayang-bayang dunia. Kita berlomba memburu harta, kedudukan, pengaruh, dan pujian. Padahal, semua itu akan lenyap pada saat hembusan nafas terakhir meninggalkan dada kita.

Imam Al-Ghazali, sang hujjatul Islam, dengan kejernihan pandangannya menasihati umat agar waspada terhadap dunia. Beliau berkata, "Segala sesuatu yang tidak menyertaimu setelah mati — itulah dunia." Sebuah kalimat pendek, namun menyimpan kedalaman makna yang menggugah hati dan menggoncang jiwa.

Apa Itu Dunia?

Dalam banyak ayat Al-Qur'an dan sabda Nabi SAW, dunia digambarkan sebagai tempat ujian, bukan tempat tinggal. Ia adalah ladang bercocok tanam, bukan tempat panen. Dunia adalah kendaraan, bukan tujuan. Dunia adalah tempat singgah, bukan kampung halaman.

Allah SWT berfirman: "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan saling bermegah-megahan antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan." (QS. Al-Hadid: 20)

Dunia hanyalah bayangan. Ia tidak tetap. Ia memudar, berubah, rusak, dan sirna. Yang menetap hanyalah amal shaleh, niat yang ikhlas, dan hati yang berserah pada Rabb-nya.

Cinta Dunia: Akar Segala Kebinasaan

Rasulullah SAW bersabda:

"Cinta dunia adalah pangkal segala dosa."
(HR. Al-Baihaqi)

Mengapa cinta dunia begitu berbahaya? Karena ketika hati terpaut pada dunia, mata menjadi buta terhadap akhirat. Ketika dunia menjadi pusat perhatian, maka agama pun dijadikan alat, bukan tujuan. Ketika dunia menjadi prioritas, maka manusia rela menggadaikan kebenaran demi keuntungan sesaat.

Imam Al-Ghazali tidak melarang manusia bekerja, berkarya, atau menikmati rezeki Allah. Namun beliau memperingatkan agar dunia tidak menjadi berhala baru dalam hati kita. Yang dimaksud dengan "cinta dunia" adalah ketika dunia lebih kita cintai daripada Allah dan akhirat.

Apa yang Menyertaimu Setelah Mati?

Mari kita bertanya kepada diri sendiri dengan jujur: apa yang akan kita bawa ke dalam kubur?

Jabatan? Akan hilang bersama surat keputusan.

Rumah megah? Takkan ikut masuk liang lahad.

Kendaraan mewah? Takkan melaju sampai alam barzakh.

Anak dan istri? Mereka hanya mengantar sampai ke pintu kubur.

Yang akan menemani kita hanyalah amal, dzikir, keikhlasan, dan shalawat yang keluar dari hati yang bersih. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

> "Tiga hal mengiringi jenazah: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan kembali, satu yang tetap bersamanya: keluarganya dan hartanya kembali, sedangkan amalnya yang tetap bersamanya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Menjadi Hamba yang Waspada: Jalan Menuju Kebijaksanaan

Al-Ghazali mengajak kita menjadi hamba yang "yaqzhah" — sadar. Kesadaran spiritual ini membuat kita memandang dunia sebagaimana mestinya. Dunia bukan musuh, tapi bukan juga sahabat sejati. Ia adalah ujian. Bila digunakan untuk taat, dunia menjadi ladang pahala. Bila disalahgunakan, ia menjadi bara api yang membakar.

Harta bisa jadi jembatan menuju surga — jika disedekahkan. Waktu bisa jadi pintu kebaikan — jika digunakan untuk dzikir. Jabatan bisa jadi sebab keselamatan — jika digunakan untuk menolong kebenaran.

Kunci dari semua itu adalah: niat yang lurus dan hati yang tidak terpaut pada dunia.

Hidup Sekali, Jadilah Abadi

Manusia diciptakan untuk hidup yang kekal, bukan sementara. Dunia adalah tempat transit, bukan terminal. Maka, jangan tertipu oleh gemerlap dunia yang palsu.

Berinvestasilah untuk akhiratmu. Rasulullah SAW bersabda:

"Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati."
(HR. Tirmidzi)

Menjadi cerdas bukan berarti menguasai banyak ilmu dunia, tapi mampu membedakan mana yang fana dan mana yang kekal, lalu memilih yang kekal sebagai orientasi utama.

Penutup: Dunia di Tangan, Akhirat di Hati

Jadikan dunia di tanganmu, jangan di hatimu. Sebab dunia yang berada di tangan akan digunakan untuk memberi, menolong, dan membangun. Tapi dunia di hati akan mencemari, memperbudak, dan menyesatkan.

Nasihat Imam Al-Ghazali adalah lentera bagi kita semua. Ia menuntun agar kita tidak terpedaya oleh fatamorgana dunia, namun mengarahkan langkah menuju kebahagiaan hakiki — yaitu saat wajah bersinar di hadapan Allah di hari yang tiada keraguan di dalamnya.

Mari kita tanamkan dalam jiwa doa yang selalu beliau panjatkan:

"Ya Allah, jadikan dunia di tangan kami, bukan di hati kami. Jadikan dunia sebagai sarana menuju ridha-Mu, bukan tujuan yang menyesatkan kami dari jalan-Mu."

Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update