Mukadimah: Musim Keemasan bagi Jiwa.
TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan hidup yang melelahkan, ada saat-saat istimewa ketika langit seakan lebih dekat, rahmat Allah lebih deras mengalir, dan pintu taubat terbuka selebar-lebarnya. Sepuluh hari pertama Zulhijah adalah momen sakral itu—musim emas untuk jiwa yang merindukan kebaikan dan ingin menghapus debu maksiat dari hatinya.
Betapa beruntungnya mereka yang menyadari bahwa waktu bukan sekadar detik yang berlalu, tetapi peluang langka yang mengandung anugerah langit. Allah tidak menyia-nyiakan kesempatan istimewa ini. Ia mendekat kepada hamba-hamba-Nya yang tulus, yang menyambut hari-hari ini dengan iman, amal, dan pengharapan.
Keutamaan yang Tidak Ada Bandingannya
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Dzul Hijjah.”
(HR. Bukhari)
Mengapa sepuluh hari ini begitu agung? Karena ia mengumpulkan berbagai bentuk ibadah besar: shalat, puasa, sedekah, dzikir, haji, dan qurban. Bahkan, hari Arafah (9 Dzul Hijjah) adalah hari agung yang Allah jadikan sebagai momentum pembebasan terbesar dari neraka.
Di saat orang berwukuf di Arafah mengangkat tangan dengan linangan air mata, umat di penjuru dunia diberi kesempatan untuk ikut berwukuf dalam hati — berdiri di hadapan Allah dengan taubat dan tangisan.
Waktu yang Membongkar Kejujuran Iman
Sepuluh hari ini mengajarkan bahwa iman bukan sekadar kata, tetapi tindakan. Bukan hanya niat baik, tapi langkah nyata. Allah ingin melihat siapa yang bersungguh-sungguh mendekat kepada-Nya. Siapa yang rela bangun lebih awal untuk tahajud, siapa yang sanggup menahan lapar demi puasa, siapa yang ringan tangan untuk berbagi, dan siapa yang tulus menyembelih ego saat menyembelih qurban.
Hari-hari ini seperti cermin yang memantulkan kualitas spiritual kita. Apakah hati ini masih hidup atau mulai membeku oleh rutinitas?
Tiga Jalan Menuju Kedekatan: Syukur, Sabar, dan Ikhlas
1. Syukur dalam Ibadah
Jangan sampai kita melihat ibadah sebagai beban. Puasa, dzikir, tilawah, qiyamullail—semua adalah nikmat, bukan kewajiban kosong. Seperti orang yang diundang ke istana raja, maka menghadiri undangan Allah adalah bentuk cinta. Rasa syukur yang sejati akan membuat kita menikmati setiap amal shalih.
2. Sabar dalam Meninggalkan Dosa
Kesempatan emas ini harus kita jaga dari godaan yang mengikis nilai spiritual. Tahan lisan dari ghibah, tahan mata dari maksiat, dan tahan hati dari iri dan dendam. Sabar bukan hanya dalam musibah, tetapi juga dalam menjaga kualitas ibadah.
3. Ikhlas sebagai Ruh Amal
Jangan kotori amal dengan riya. Sepuluh hari ini adalah tempat kita membersihkan niat, mempersembahkan setiap ibadah hanya kepada-Nya. Ingatlah, Allah tidak butuh amal kita—kitalah yang butuh rahmat-Nya. Maka persembahkan yang terbaik, bukan karena dilihat manusia, tapi karena dilihat oleh Zat Yang Maha Mengetahui isi hati.
Momentum Perubahan Hakiki
Mungkin kita pernah gagal di Ramadhan, terlewat dari Lailatul Qadar. Tapi Allah Maha Adil dan Maha Rahman. Dzul Hijjah hadir seperti second chance bagi jiwa-jiwa yang ingin memperbaiki diri. Ambillah kesempatan ini. Perbaharui taubat. Perkuat iman. Muliakan diri dengan amal.
Bayangkan jika ini adalah sepuluh hari terakhir dalam hidupmu. Apa yang akan engkau lakukan? Masihkah akan lalai? Ataukah akan bangkit?
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Dzul Hijjah
1. Hari-hari Terbaik di Dunia
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada hari-hari yang amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama Dzul Hijjah).”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?”
Beliau menjawab:
“Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatu pun darinya.”
(HR. Bukhari)
2. Waktu yang Dikhususkan untuk Dzikir
Allah berfirman:
"Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan."
(QS. Al-Hajj: 28)
Ibnu Abbas dan banyak ulama tafsir menjelaskan bahwa “hari-hari yang ditentukan” ini adalah sepuluh hari pertama Dzul Hijjah.
3. Disumpahi oleh Allah dalam Al-Qur’an
Allah bersumpah:
"Demi fajar, dan malam yang sepuluh."
(QS. Al-Fajr: 1-2)
Mayoritas mufassir menyatakan bahwa yang dimaksud “malam yang sepuluh” adalah sepuluh malam pertama Dzul Hijjah, menunjukkan keutamaan luar biasa.
Amalan-Amalan Utama dalam 10 Hari Pertama Dzul Hijjah
1. Puasa
• Puasa 9 hari pertama sangat dianjurkan, khususnya puasa Arafah (9 Dzul Hijjah).
• Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya."
(HR. Muslim)
2. Shalat Sunnah
• Memperbanyak shalat sunnah (rawatib, dhuha, tahajud).
• Dikenal sebagai saat-saat Allah sangat mencintai amal shalih.
3. Dzikir
• Perbanyak takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih.
• Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar di 10 hari ini sambil mengumandangkan takbir dan orang-orang pun mengikutinya.
Lafal takbir:
Allahu akbar, Allahu akbar, Laa ilaaha illallah, Wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd.
4. Membaca Al-Qur’an
• Jadikan momentum 10 hari ini untuk memperbanyak tilawah dan tadabbur Al-Qur’an.
5. Sedekah
• Gandakan amal kebaikan dengan bersedekah, membantu yang membutuhkan, wakaf, dan berbagi makanan.
6. Istighfar dan Taubat
• Sucikan diri dengan memperbanyak istighfar dan memperbaiki hubungan dengan Allah.
7. Berkurban (10 Dzul Hijjah)
• Dilakukan setelah shalat ‘Ied pada Hari Raya Idul Adha.
• Sunnah muakkadah bagi yang mampu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada amalan anak Adam yang paling dicintai oleh Allah pada hari Nahr (Idul Adha) selain menyembelih qurban.”
(HR. Tirmidzi)
8. Menahan Diri dari Memotong Rambut dan Kuku (Bagi yang Hendak Berqurban)
• Mulai dari 1 Dzul Hijjah hingga hewan qurban disembelih.
• Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Apabila kalian melihat hilal Dzul Hijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan rambut dan kukunya.”
(HR. Muslim)
Penutup: Tips Memaksimalkan 10 Hari Dzul Hijjah
• Buat checklist harian amal shalih.
• Niatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sekadar rutinitas.
• Ajak keluarga dan anak-anak untuk turut serta.
• Gunakan waktu fajar hingga maghrib dengan amal utama: dzikir, tilawah, dan doa.
Jadilah Hamba yang Menang
Sepuluh hari ini adalah panggilan. Bukan sekadar untuk lebih banyak ibadah, tetapi untuk menjadi lebih dekat dengan Allah, lebih peka terhadap sesama, dan lebih sadar bahwa hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan hal-hal sia-sia.
Bangkitlah, wahai jiwa yang rindu cahaya! Jadikan hari-hari ini sebagai titik balik. Serahkan hatimu kepada Allah, niscaya hidupmu akan dipenuhi keberkahan, bahkan setelah hari-hari ini berlalu.
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari Arafah, Allah akan menghapus dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
(HR. Muslim)
Jika kita tidak menang di hari-hari termulia ini, kapan lagi kita akan menang?
Wallahu a’lam. Semoga Allah memudahkan hati kita untuk taat, dan menghidupkan ruh kita dengan cinta-Nya. Aamiin.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)