Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Makna Tauhid: Abaikan Apa pun Selain Dia

Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:36 WIB Last Updated 2025-06-28T09:38:27Z

TintaSiyasi.id -- Renungan Bersama Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

1. Tauhid Bukan Hanya Ilmu, tetapi Pengosongan Hati
Sebagian orang mengira tauhid hanya sebatas mengenal Allah secara rasional: meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, menurut para wali dan arifin seperti Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, tauhid sejati adalah pengosongan hati dari segala sesuatu selain Allah.
“Kamu tidak disebut orang yang bertauhid selama masih bergantung pada makhluk, mengharap selain Allah, dan takut kepada selain Dia.” Futuhul Ghaib.
Dalam bahasa lain, beliau mengatakan:
“Tauhid itu mencabut akar ketergantungan pada makhluk dari hatimu, sampai hanya tersisa Allah.”
Tauhid bukan hanya "mengucapkan" la ilaha illallah, tetapi membenamkan makna “tiada Tuhan selain Allah” ke dalam setiap detak hati.

2. Abaikan Apa pun Selain Dia: Sebuah Revolusi Spiritual
Ketika al-Jailani berkata:
“Abaikan apa pun selain Dia.”
Beliau mengajak kita kepada inti tauhid, yaitu:
• Mengabaikan pujian dan cacian makhluk
• Mengabaikan harta, jabatan, nama baik, dan dunia, jika itu menjauhkanmu dari Allah
• Mengabaikan logika duniawi, ketika perintah Allah sudah jelas

Ini bukan berarti menjadi manusia yang pasif atau antisosial. Justru ini adalah puncak kebebasan spiritual, ketika hati hanya tunduk kepada Allah, bukan kepada tekanan dunia, opini manusia atau bujukan nafsu.
“Orang yang bertauhid sejati akan tegar di hadapan musuh, tenang di tengah kesulitan, dan teguh di atas kebenaran, karena ia hanya melihat Allah.”
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

3. Bentuk-bentuk “Selain Dia” yang Harus Diabaikan
Apa yang dimaksud dengan “selain Dia” yang harus diabaikan?
• Keakuan (ego), merasa diri bisa tanpa Allah.
• Rasa takut berlebihan pada rezeki, kemiskinan, dan penyakit yang membuat lupa kepada Rabb-nya.
• Ketergantungan pada manusia, sistem, uang, dan pujian.
• Bisikan syahwat yang membisikkan kesenangan sesaat sebagai kebahagiaan sejati.
Al-Jailani mengingatkan:
“Siapa yang bergantung kepada makhluk, dia akan dikecewakan, tetapi siapa yang bergantung kepada Allah, dia akan dimuliakan.”

4. Bertauhid Artinya Melebur dalam Kehendak-Nya
Al-Jailani juga menekankan bahwa tauhid sejati tidak cukup dengan meninggalkan yang haram, tetapi juga meninggalkan kehendak diri jika bertentangan dengan kehendak Allah.
“Kamu belum bertauhid sampai kehendakmu tidak mengalahkan kehendak Allah.”
Ini adalah maqam yang tinggi, disebut sebagai fana’ fi al-tauhid, meleburnya kehendak pribadi dalam kehendak Ilahi. Orang seperti ini tidak marah ketika gagal, tidak sombong ketika berhasil, dan tidak gelisah ketika diuji. Ia hanya memikirkan: “Apa yang Allah inginkan dariku sekarang?”

5. Buah dari Tauhid Sejati
Jika seseorang mengabaikan segala selain Allah, dan hatinya lurus menuju-Nya, maka ia akan mendapat:
• Keteguhan hati yang luar biasa
• Ketenangan jiwa bahkan di tengah badai
• Keberanian menghadapi hidup, karena ia tahu Allah bersamanya
• Kebeningan hati, sehingga doanya tembus ke langit
• Kehidupan yang bermakna, karena semua demi Allah
"Hamba yang sempurna adalah yang tidak melihat apa pun selain Allah, tidak berharap dari selain Allah, dan tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah."
Al-Jailani

Penutup: Jalan Panjang Menuju Tauhid Hakiki
Tauhid bukan hanya kalimat, tetapi jalan hidup. Ia adalah latihan harian, yaitu melawan ego, menolak kesyirikan tersembunyi, dan terus membersihkan hati.
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani mengajak kita untuk:
• Meluruskan tujuan hidup
• Membersihkan niat dalam ibadah dan aktivitas dunia
• Menguatkan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya tempat kembali
“Jadilah orang yang jika semua makhluk menentangmu, kamu tetap tenang — karena hatimu hanya melihat Allah.”
Futuhul Ghaib

Doa Penutup
"Ya Allah, ajarkan kami makna tauhid sejati. Jauhkan kami dari ketergantungan kepada selain Engkau. Bersihkan hati kami dari syirik tersembunyi. Jadikan Engkau satu-satunya Tujuan, Harapan, dan Sandaran hidup kami."
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis, Pendidik dan Konsultan SDM
Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update