"Tentu itu sikap sangat aneh. Bagaimana ada
seorang mukmin itu hanya membatasi diri pada syariat tertentu, berarti terjadi
persoalan pada akidahnya,” ucapnya di kanal YouTube One Ummah TV; Memahami
Substansi Puncak Ibadah Haji, Kamis (05/06/2025).
“Mestinya dia harus berpikir, siapa yang memberikan
syariat tentang salat? Allah Swt.. Siapa yang memberikan syariat tentang
ekonomi, kenegaraan, pendidikan? Allah Swt.," imbuhnya.
Lantas, ia menyayangkan kenapa hukum Allah Swt. harus
dipisah-pisahkan dan taat kepada-Nya hanya dalam urusan yang indah atau
menyenangkan. "Padahal hukum itu berasal dari Tuhan yang sama, zat yang
sama. Berarti lagi-lagi ini soal keimanan," ujarnya.
"Kok, bisa kalau dia meyakini Allah Swt. pasti
benar, Allah Swt. pasti adil, tidak mungkin salah, tidak mungkin menzalimi
manusia. Ketika keyakinan itu terjadi, tidak akan seseorang itu mengambil
sebagian dan menolak sebagian yang lain," terangnya.
Alhasil, ia memandang selain kurangnya soal keimanan,
kemungkinan lain berpangkal terkait minimnya pengetahuan. “Barangkali masih
banyak umat Islam yang belum mendapatkan informasi yang lengkap, katakanlah
dari kiai, ustaz, atau guru-guru mereka,” tandasnya.
"Ketika bicara Islam yang dibicarakan soal ritual,
tidak menyangkut aspek-aspek lainnya. Karena itu pengetahuan yang di dapat
tentu juga berpengaruh terhadap sikap. Mereka seperti itu tentu juga harus kita
ingatkan bahwa Allah Swt. tidak hanya mengatur dalam perkara ibadah, tetapi
juga dalam perkara muamalah," ungkapnya.
Lanjutnya, jelas Kiai Labib, dalam mualamah itu ada
sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pergaulan pria wanita, ada uqubat
dan segala macam. “Sehingga ketika kita memberikan Al-Qur'an maka tidak ada
pilihan lain kecuali umat Islam mengikuti,” lugasnya.
"Nah, kepada mereka juga harus kita ingatkan
kalau tetap bersikeras bahwa mereka hanya mau menerima sebagian dan menolak
sebagian yang lainnya, maka mereka mendapatkan ancaman dari Allah Swt. yang
berat. Apa itu? Kalau sampai pada keimanan mereka hanya mengimani sebagian maka
bisa sampai kepada kekufuran," tegasnya.
Dengan demikian, ia melihat sebenarnya kaum Muslim
siap menerima apa pun yang ditaklifkan kepada mereka. “Namun hanya perlu
dijelaskan rincian yang diperintahkan Allah Swt. apa aja,” bebernya.
"Sebagai contoh misalnya, di dalam Al-Qur'an
sangat jelas kan, manusia dan kita semua diperintahkan untuk berhukum dengan
hukumnya Allah Swt., maka putuskan dengan apa yang Allah Swt. turunkan dan
jangan dipenuhi hawa nafsu mereka," jelasnya.
"Hukum yang dibuat manusia dan dikarang oleh
manusia itu melalui hawa nafsu mereka. Saya kira umat Islam harus mendapatkan
pelajaran bahwa pada saat itu tidak ada pilihan lain selain menerapkan hukum
Allah Swt. bukan menggunakan hukum karangan manusia," tutupnya.[] Taufan