TintaSiyasi.id -- Dalam pusaran kehidupan modern yang serba cepat, seringkali kita lupa bahwa anak-anak bukan hanya amanah, tetapi juga anugerah yang haus akan cinta dan bimbingan. Mereka bukan sekadar penerus garis keturunan, tapi penyambung visi hidup dan keberkahan rumah tangga.
Kasih sayang suami-istri kepada anak-anak bukan hanya berbentuk pelukan atau hadiah, tetapi satu kesatuan cinta yang menyatu dalam keteladanan, doa, pendidikan, dan waktu yang berkualitas.
1. Cinta Itu Dimulai dari Kasih Sayang Suami-Istri
Anak belajar mencintai dari bagaimana ayah mencintai ibunya.
Anak belajar menghargai dari bagaimana ibu menghormati ayahnya.
"Rumah tangga yang penuh cinta adalah tempat pertama anak belajar tentang Allah dan kasih-Nya."
Anak yang tumbuh di tengah cinta sejati antara kedua orang tuanya, akan lebih stabil secara emosi, percaya diri, dan memiliki pondasi akhlak yang kuat.
Cinta suami-istri adalah cahaya. Dan anak-anak adalah pelita-pelita kecil yang menyalakan cahaya itu dalam kehidupannya kelak.
2. Kasih Sayang Bukan Dimanja, Tapi Diperhatikan
Kasih sayang bukan berarti menuruti semua keinginan anak. Kasih sayang adalah perhatian yang mendidik. Mendengarkan cerita mereka. Menjawab pertanyaannya. Menemani langkah kecilnya dengan sabar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW adalah teladan cinta kepada anak. Beliau mencium Hasan dan Husain di hadapan para sahabat. Beliau mendudukkan anak kecil di pangkuannya bahkan ketika sedang khutbah. Beliau mengajarkan bahwa mendidik dengan kasih lebih kuat dari sekadar memerintah.
3. Anak-Anak Itu Amanah, Bukan Milik
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
(QS. At-Tahrim: 6)
Anak bukanlah hak milik. Mereka adalah titipan Allah yang akan kita pertanggungjawabkan. Maka kasih sayang kita kepada mereka harus membawa mereka dekat kepada Allah, bukan hanya dekat pada kenyamanan dunia.
Suami-istri yang menyayangi anak-anaknya akan:
• Mengajarkan shalat sejak dini.
• Mendoakan anak setiap hari.
• Memberi makan dari yang halal dan thayyib.
• Membatasi paparan konten merusak.
• Menjadi teman bicara anak dalam suka dan duka.
Kasih sayang sejati adalah yang membimbing anak mencintai kebaikan dan membenci keburukan.
4. Ciptakan Rumah yang Penuh Cinta dan Keteladanan
Suasana rumah adalah "madrasah pertama" anak.
Bukan hanya dari kata-kata, tetapi dari sikap dan kebiasaan.
Apakah suami-istri saling mendoakan? Saling memaafkan? Saling menyemangati?
Jika ya, maka anak akan tumbuh dalam atmosfir yang sehat.
Mereka akan belajar mencintai, memberi, dan menjadi versi terbaik dari dirinya.
5. Warisan Terbesar: Cinta, Doa, dan Keteladanan
Kita mungkin tidak bisa meninggalkan anak-anak kita rumah megah, kendaraan mewah, atau warisan besar. Tapi jika kita wariskan cinta yang mendidik, doa yang tidak pernah putus, dan keteladanan yang hidup dalam ingatan mereka, itu cukup untuk membuat mereka tumbuh menjadi manusia tangguh yang berbakti.
“Jika anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Penutup: Kasih Sayang yang Menjadi Cahaya Dunia dan Akhirat
Wahai para ayah dan ibu. Jangan pernah anggap sepele waktu yang kau habiskan untuk menemani anakmu,
Jangan anggap kecil pelukanmu, senyummu, dan doamu untuk mereka.
Sebab kelak, mungkin doa-doa merekalah yang menjadi selimutmu di alam kubur.
Maka saling mencintailah, saling menghormatilah, dan bersatulah dalam kasih untuk mendidik anak-anakmu menjadi cahaya umat.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)