TintaSiyasi.id -- Merespons kondisi Indonesia hari ini berdasarkan data BPS 2024 kelas menengah paling rentang jatuh miskin, bank Indonesia rilis data Februari 2025 proporsi tabungan masyarakat cuma 14,7 persen terendah sejak Desember 2021, Analis PKAD Ismail Izzuddin, mengatakan, Indonesia butuh keberanian perubahan secara paradigma politik, ekonomi dan visi global.
"Yang kita (Indonesia) butuhkan tinggal satu keberanian buat berubah dengan paradigma politik ekonomi dan visi global," ungkapnya di akun TikTok Ismail.PKAD, Jumat (13/6/2025).
Ia mengutip pernyataan Daron Acemoglu dan James Robinson ekonom dunia, nasib negara tidak ditentukan oleh kekayaan alam atau jumlah penduduk tetapi dari desain Institusi politik dan ekonominya kalau sistemnya inklusif semua orang bisa maju tetapi kalau ekstratif cuma segelintir elit yang menikmati hasil.
"Sayangnya Indonesia hari ini cenderung ekstratif, lihat aja korupsi sistemis, oligarki makin kuat, cinta negeri kadang kosmetik bahkan Jared Diamond penulis buku Collapse masukin Indonesia ke daftar 14 negara yang berpotensi collapse kalau tidak melakukan perubahan besar dan kita makin dekat ke jurang itu, tetapi tunggu dulu dunia juga tidak sehat BRICS lagi hancur pelan-pelan karena kepentingan masing-masing," ungkapnya.
Ia mengatakan, saat ini panggung kekuatan dunia kosong. "Perang dagang Amerika Serikat versus Cina gede-gedean bakar duit bukan bangun dunia, India versus Pakistan urat perang sudah tegang terus, Eropa masih porak poranda karena Ukraina," terangnya.
Ia menceritakan, sejarah setelah perang dunia 1 dan 2 Amerika muncul sebagai adidaya baru menggantikan Inggris karena mereka siap secara ekonomi, politik, dan visi global.
"Pertanyaannya Indonesia siap enggak jawabannya bisa iya kalau kita berani berubah bukan tambal sulam tetapi revolusi desain sistem, bikin institusi yang adil, kasih ruang rakyat buat naik kelas, potong jalur korupsi dan rente kita punya semua bahan mentahnya 65 persen penduduk usia produktif bonus demografi yang cuma datang sekali, sumber daya alam melimpah dari nikel sampai energi hijau, lokasi strategis antara dua samudera dan dua benua," paparnya.
Oleh karena itu, 2030 tinggal 5 tahun lagi waktunya memilih Indonesia akan runtuh atau bangkit jadi adidaya, karena sejarah cuma punya dua kursi penonton atau pemain utama dan keputusan itu bukan ditangan elit saja tetapi ditangan rakyat, jadi apakah rakyat siap jadi bagian perubahan ini? [] Alfia Purwanti