Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hubungan Sedarah Bukti Nyata Runtuhnya Sistem Keluarga dalam Sistem Sekuler

Minggu, 01 Juni 2025 | 22:08 WIB Last Updated 2025-06-01T15:08:31Z

TintaSiyasi.id -- Sebuah grup Facebook dengan nama ‘Fantasi Sedarah” membuat geger dunia maya Indonesia. Grup yang beranggotakan ribuan orang ini dengan terang-terangan membagikan konten baik berupa foto atau tulisan tentang hal-hal berbau fantasi sensual tentang anggota keluarganya masing-masing. Bahkan lebih mengerikannya adalah anak-anak juga dijadikan sebagai objek fantasi. Fantasi sedarah ini merupakan fenomena inses atau hubungan yang melibatkan antara orang-orang yang memiliki hubungan sedarah.

Realitas ini sangat jauh dari klaim bahwa negara kita sebagai negara yang religious. Gambaran keji ini menunjukkan adanya pengabaian terhadap aturan agama maupun masyarakat. Bagaimana sekarang ini masyarakat kita hidup bebas tanpa aturan, demi kepuasan individu masing-masing, bahkan hampir tidak ada bedanya dengan binatang. Keluarga telah rusak dan hilang fungsinya, bahkan parahnya lagi adalah sistem keluarga Islam sudah runtuh.

Fenomena inses ini adalah buah dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang diemban oleh negara hari ini. Sebuah sistem yang kemudian memisahkan antara agama dengan kehidupan. Membebaskan setiap individu untuk memuaskan nalurinya tanpa terikat aturan agama. Maka tanpa agama yang akan berkuasa adalah nafsu dan akal manusia yang lemah lagi menyesatkan, rusak, dan merusak. Bahkan lebih parahnya lagi adalah sistem sekuler dengan liberalisasinya ini menjadikan rusaknya sendi-sendi kemuliaan manusia.

Negara yang mempunyai tanggung jawab dalam menjaga agar fungsi keluarga tetap berjalan, justru meruntuhkan dan merusaknya melalui kebijakan dan regulasi yang dibuatnya. Negara lalai dalam menjaga sendi-sendi kehidupan keluarga. Maka tidak heran jika hari ini, generasi kita menjadi generasi yang jauh dari agama. 

Negara tidak berjalan sesuai fungsinya sama juga dengan keluarga. Seorang ibu yang sibuk bekerja di luar rumah dengan dalih woman empowering meninggalkan tugas utamanya menjadi ummu warobatubait bagi anak-anaknya. Orang tua yang sibuk bekerja sehingga lalai dalam mendidik anak.

Ditambah lagi dengan sistem pendidikan yang justru menghasilkan individu-individu yang sekuler yang lebih mengutamakan hasil dari pada proses. Maka tidak heran jika demi mencapai kepuasan akan melakukan apa pun entah itu baik atau buruk dan halal atau haram. Ini menjadi bukti bobroknya sistem sekuler kapitalisme dalam mengatur kepengurusan kehidupan manusia.

Lebih dari itu, situasi penuh krisis seperti ini sejatinya bukan hanya terjadi di Indonesia. Semuanya nyaris merata terjadi di negeri-negeri Muslim lainnya. Itu akibat jauh dari aturan Allah Ta'ala, sebagaimana yang Dia firmankan dalam Al-Qur’an, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Dan kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (TQS Thaha: 124).

Lantas bagaimana Islam memandang hal ini, pertama, Islam adalah jalan hidup yang shahih. Islam mengatur semua urusan manusia dan menjadikan rakyat sebagai pelaksana hukum syarak. Islam juga mewajibkan kepada negara untuk mengurus rakyatnya dalam semua aspek termasuk menjaga keutuhan keluarga dan norma-norma keluarga dalam sistem sosial sesuai dengan Islam. 

Khalifah hadir sebagai pengurus dan penjaga bagi umat Muslim. Bagaimana kemudian sejarah menjadi bukti nyata bahwa dulunya umat Muslim tampil sebagai khairu ummah dengan peradaban yang mulia dan cemerlang sehingga mencengangkan bagi bangsa-bangsa yang lain. Kesejahteraan yang terjamin bagi setiap individu. Kehidupan masyarakat begitu lekat dengan hikmat dan kebaikan. 

Begitu pula dengan keluarga, seperti bangunan yang kokoh penuh samawa yang funginya berjalan sebagai pencetak generasi cemerlang. Semua ini lumrah dan wajar karena aturan yang diterapkan oleh khalifah menawarkan kesejahteraan tanpa bandingan. Para khilafahnya benar-benar memfungsikan dirinya sebagai pengurus dan tameng penjaga bagi rakyatnya. Masyarakatnya juga melaksanakan fungsi amar makruf nahi mungkar yang dengan hal ini maka syariat Islam akan terlaksana di tengah-tengah masyarakat. 

Para individu pun akan terasah dengan basis sistem pendidikan islam yang mengutamakan akidah Islam sehingga mampu melahirkan generasi yang memiliki kepribadian islam serta mampu dalam menjawab semua tantangan akhir zaman dan menjalankan peran sebagai pengisi peradaban.

Kedua, Islam menetapkan sanksi terhadap perbuatan inses sebagai bentuk keharaman yang wajib dijauhi. Negara berperan dalam menyiapkan berbagai langkah pencegahan yamg meliputi dengan membangun kekuatan iman dan takwa serta menutup semua celah terjadinya keburukan ini. Serta adanya amar makruf nahi mungkar sebagai lapisan dalam menjaga kemuliaan manusia. 

Semua ini hanya akan ada dengan menerapkan Islam secara kaffah. Negara dengan gambaran ideal seperti ini harus segera kembali diterapkan sebelum individu, keluarga hingga masyarakat semakin rusak dan hancur.

Ketiga, sistem sanksi yang tegas akan membuat jera yang lain dan menjadi penebus bagi para pelakunya kesucian keluarga akan terjaga jika sistem islam diterapkan. Negara juga membuat kebijakan media yang akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar umat menjadi jauh dari pelanggaran hukum syarak. 

Kondisi ideal seperti ini tentu perlu adanya ikhtiar kita untuk massif dalam menarasikan urgensitas dan kewajiban dalam menerapkan Islam secara kaffah. Ikhtiar ini hanya mungkin dilakukan dalam barisan dakwah yang kuat dan tangguh serta terorganisir yang memiliki modal pemikiran Islam ideologis yang terkontruksi dengan utuh dan cemerlang.

Sunguh kehidupan yang sempit ini adalah buah dari diterapkannya sistem yang rusak dan kuffur. Sebagian umat telah merasakan kerusakan ini. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah pada keadaan. Inilah waktunya kita mengambil peran terbaik untuk terlibat dalam perubahan yang hakiki sebagai bentuk tanggung jawab kepada Allah maupun pada generasi mendatang. Sungguh kemenangan itu tidak akan datang dalam kemalasan. []


Oleh: Kasmawati
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update