Tintasiyasi.ID -- Menanggapi situasi sulit yang dihadapi dunia Islam dengan serangan genosida di Gaza dan masuknya bulan Zulhijah sebagai waktu pelaksaan ibadah haji bagi kaum Muslim, dr. Abdul Wahid mengatakan tetap merasa senang dengan datangnya masa pelaksanaan ibadah haji.
“Kita akan kembali merayakan bulan yang mulia, Zulhijah.
Bulan ini para jemaah haji melaksanakan ibadah di Makkah. Saya tidak tahu menurut Anda, tetapi saya
senang melihat gambar Ka’bah dari Masjdilharam. Saya suka melihat perkumpulan
di Hijaz dan Madinah yang ada di handphone kita masing-masing. Dan tentu bukan hanya di bulan Zulhijah,” ujarnya
dalam video milik akun X pribadinya @AbdulWahid_X dengan judul Hajj
in an Era Genocide, Sabtu (30/05/2025).
Menurutnya, gambar-gambar tersebut menjadi pengingat,
juga membawa kedekatan seorang hamba kepada Allah swt. Sehingga menjadikan
seorang Muslim menghargai segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah Swt.
di dunia.
Namun, bulan Zulhijah dan semua gambar yang
berhubungan dengannya justru mengingatkan dr. Abdul Wahid pada sebuah hadis
Nabi Muhammad saw..
“Sampai pada bulan ini (Zulhijah) dan melihat
gambar-gambar itu, mengingatkanku pada sebuah hadis Rasulullah saw., Abdullah
bin Umar ra, semoga Allah merahmatinya dan bapaknya, meriwayatkan bahwa ia
(Abdullah bin Umar) melihat Nabi saw. dan melakukan tawaf sekeliling Ka’bah dan
Nabi saw. berkata, “Sungguh beruntungnya, sungguh murninya aromamu, dan sungguh
terhormat.’,” nukilnya.
Lanjut dikatakannya, “Tetapi oleh Tuhan yang satu dan
jiwa Muhahamad ada dalam genggaman-Nya, bahwa pengorbanan seorang hamba di
hadapan Allah Swt. lebih harum daripadamu (Oh, Ka’bah). Siapakah yang baunya sangat harum,
keagungannya begitu agung, kehebatannya begitu hebat, daripada ketulusan
pengorbanan seorang di sisi Allah Swt.? Karena hartanya dan darahnya. Maksudnya
adalah hidupnya tidak berharap apapun selain pada Allah,” beber dr. Abdul
menjelaskan hadis riwayat Ibnu Majah tersebut.
Bagi Abdul Wahid, hadis tersebut sangat menakjubkan, karena begitu banyak hal yang dapat dipahami.
“Rasulullah saw. memulai dengan memuji Ka’bah al-Musharrafah.
Ini yang ingin saya maksudkan. Bukan untuk mengkerdilkan status Ka’bah, atau
merasa saya mengerdilkan Hijaz, atau pelaksananaan tawaf sekeliling Ka’bah.
Tetapi apa yang seharusnya mengingatkan kita adalah bahwa kehebatan Ka’bah,
Masjidilharam, dan ritual haji dan kemuliaan tempat semuanya penuh pengorbanan.
Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang lebih berharga di hadapan Allah, yaitu
pengorbanan orang beriman dengan hartanya, hidupnya, darahnya,” katanya lanjut.
Dan tentu saja, ia tegaskan bahwa semua yang menjadi
pengorbanan kepada Allah termasuk
pelaksanaan ibadah haji adalah
pengorbanan yang baik.
Lanjut ia mengatakan, hadis yang ia bacakan menjadi
pengingat bagi situasi umat yang penuh
pengorbanan di berbagai belahan dunia Islam seperti Gaza (Palestina), Turkistan
Timur, Sudan, dan lainnya. “Mereka telah berkorban dengan darah, harta, dan
hidup mereka menjadi taruhan,” sebutnya.
“Lalu kita melihat pada pengorbanan orang-orang
beriman dalam serangan di Gaza, West Bank, Al Quds Sharif. Pengorban yang tulus
juga terjadi di Sudan. Demikian halnya di Turkistan Timur. Pengorbanan telah
terbukti dengan genangan darah, perampasan hak hidup, rumah-rumah dihancurkan,
dan harta kekayaan dijarah,” imbuhnya
lagi.
Tentu semua penderitaan yang dialami umat Islam tidak
mungkin dapat diabaikan. “Mereka telah lama berkorban dan tidak merasakan
adanya perubahan hidup yang lebih baik, seperti di Gaza bahkan bisa disaksikan
dalam 100 hari terakhir,” ungkapnya.
“Saya pastinya berdoa bagi mereka yang berada di
Makkah dan sedang menuntaskan ibadah hajinya, semoga Allah Swt. menerimanya dan
menjadikan mereka haji mabrur,” lanjut dr. Abdul.
Ia mengingatkan dalam videonya, agar kaum Muslim
mengambil pelajaran dari pelaksaan dan pengorbanan ibadah haji, yang sebenarnya
mengandung kekuatan umat luar biasa.
Pelaksanaan haji harus menjadi motivasi untuk berpikir
lebih dalam lagi tentang upaya-upaya yang bisa terus dilakukan dalam menyerukan
kebangkitan Islam kepada dunia dalam setiap kesempatan yang ada. “Ada
penyiksaan, penderitaan, serta penodaan kepada Allah Swt. Berakhir,” harapnya.
”Kita menyaksikan pelanggaran dasar hidup setiap hari
di hadapan kita. Seharusnya memotivasi
kita untuk berpikir lebih tentang upaya seharusnya kita lakukan dalam setiap
kesempatan kepada dunia untuk menyerukan kebangkitan Islam yang akan mengakhiri
penyiksaan, penderitaan, dan penodaan terhadap sesuatu yang dikorbankan untuk
Allah Swt. dan juga Rasulullah saw.,” pungkasnya.[] M. Siregar