Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Haji di Era Genosida? Begini Kata Muslim Intelektual Inggris...

Selasa, 03 Juni 2025 | 03:11 WIB Last Updated 2025-06-02T20:12:21Z

Tintasiyasi.ID -- Menanggapi situasi sulit yang dihadapi dunia Islam dengan serangan genosida di Gaza dan masuknya bulan Zulhijah sebagai waktu pelaksaan ibadah haji bagi kaum Muslim, dr. Abdul Wahid mengatakan tetap merasa senang dengan datangnya masa pelaksanaan ibadah haji.

 

“Kita akan kembali merayakan bulan yang mulia, Zulhijah. Bulan ini para jemaah haji melaksanakan ibadah di Makkah.  Saya tidak tahu menurut Anda, tetapi saya senang melihat gambar Ka’bah dari Masjdilharam. Saya suka melihat perkumpulan di Hijaz dan Madinah yang ada di handphone kita masing-masing. Dan  tentu bukan hanya di bulan Zulhijah,” ujarnya dalam video milik akun X pribadinya @AbdulWahid_X dengan judul Hajj in an Era Genocide, Sabtu (30/05/2025).

 

Menurutnya, gambar-gambar tersebut menjadi pengingat, juga membawa kedekatan seorang hamba kepada Allah swt. Sehingga menjadikan seorang Muslim menghargai segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah Swt. di dunia.

 

Namun, bulan Zulhijah dan semua gambar yang berhubungan dengannya justru mengingatkan dr. Abdul Wahid pada sebuah hadis Nabi Muhammad saw..

 

“Sampai pada bulan ini (Zulhijah) dan melihat gambar-gambar itu, mengingatkanku pada sebuah hadis Rasulullah saw., Abdullah bin Umar ra, semoga Allah merahmatinya dan bapaknya, meriwayatkan bahwa ia (Abdullah bin Umar) melihat Nabi saw. dan melakukan tawaf sekeliling Ka’bah dan Nabi saw. berkata, “Sungguh beruntungnya, sungguh murninya aromamu, dan sungguh terhormat.’,” nukilnya.

 

Lanjut dikatakannya, “Tetapi oleh Tuhan yang satu dan jiwa Muhahamad ada dalam genggaman-Nya, bahwa pengorbanan seorang hamba di hadapan Allah Swt. lebih harum daripadamu (Oh, Ka’bah).  Siapakah yang baunya sangat harum, keagungannya begitu agung, kehebatannya begitu hebat, daripada ketulusan pengorbanan seorang di sisi Allah Swt.? Karena hartanya dan darahnya. Maksudnya adalah hidupnya tidak berharap apapun selain pada Allah,” beber dr. Abdul menjelaskan hadis riwayat Ibnu Majah tersebut.

 

Bagi Abdul Wahid, hadis tersebut sangat menakjubkan, karena  begitu banyak hal yang dapat dipahami.

 

“Rasulullah saw. memulai dengan memuji Ka’bah al-Musharrafah. Ini yang ingin saya maksudkan. Bukan untuk mengkerdilkan status Ka’bah, atau merasa saya mengerdilkan Hijaz, atau pelaksananaan tawaf sekeliling Ka’bah. Tetapi apa yang seharusnya mengingatkan kita adalah bahwa kehebatan Ka’bah, Masjidilharam, dan ritual haji dan kemuliaan tempat semuanya penuh pengorbanan. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang lebih berharga di hadapan Allah, yaitu pengorbanan orang beriman dengan hartanya, hidupnya, darahnya,” katanya lanjut.

 

Dan tentu saja, ia tegaskan bahwa semua yang menjadi pengorbanan  kepada Allah termasuk pelaksanaan ibadah haji  adalah pengorbanan  yang  baik.

 

Lanjut ia mengatakan, hadis yang ia bacakan menjadi pengingat bagi situasi umat yang  penuh pengorbanan di berbagai belahan dunia Islam seperti Gaza (Palestina), Turkistan Timur, Sudan, dan lainnya. “Mereka telah berkorban dengan darah, harta, dan hidup mereka menjadi taruhan,” sebutnya.

 

“Lalu kita melihat pada pengorbanan orang-orang beriman dalam serangan di Gaza, West Bank, Al Quds Sharif. Pengorban yang tulus juga terjadi di Sudan. Demikian halnya di Turkistan Timur. Pengorbanan telah terbukti dengan genangan darah, perampasan hak hidup, rumah-rumah dihancurkan, dan harta kekayaan  dijarah,” imbuhnya lagi.

 

Tentu semua penderitaan yang dialami umat Islam tidak mungkin dapat diabaikan. “Mereka telah lama berkorban dan tidak merasakan adanya perubahan hidup yang lebih baik, seperti di Gaza bahkan bisa disaksikan dalam 100 hari terakhir,” ungkapnya.

 

“Saya pastinya berdoa bagi mereka yang berada di Makkah dan sedang menuntaskan ibadah hajinya, semoga Allah Swt. menerimanya dan menjadikan mereka haji mabrur,” lanjut dr. Abdul.

 

Ia mengingatkan dalam videonya, agar kaum Muslim mengambil pelajaran dari pelaksaan dan pengorbanan ibadah haji, yang sebenarnya mengandung kekuatan umat  luar biasa.

 

Pelaksanaan haji harus menjadi motivasi untuk berpikir lebih dalam lagi tentang upaya-upaya yang bisa terus dilakukan dalam menyerukan kebangkitan Islam kepada dunia dalam setiap kesempatan yang ada. “Ada penyiksaan, penderitaan, serta penodaan kepada Allah Swt. Berakhir,” harapnya. 

 

”Kita menyaksikan pelanggaran dasar hidup setiap hari di hadapan kita. Seharusnya  memotivasi kita untuk berpikir lebih tentang upaya seharusnya kita lakukan dalam setiap kesempatan kepada dunia untuk menyerukan kebangkitan Islam yang akan mengakhiri penyiksaan, penderitaan, dan penodaan terhadap sesuatu yang dikorbankan untuk Allah Swt. dan juga Rasulullah saw.,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update