Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

FIWS: Penguasa Kaum Muslim Seharusnya Lebih Pantas untuk Marah

Minggu, 15 Juni 2025 | 06:25 WIB Last Updated 2025-06-14T23:26:18Z

Tintasiyasi.ID -- Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan seharusnya yang lebih pantas untuk marah itu kaum Muslim, terutama penguasa-penguasa Islam yang diam ketika saudara-saudara mereka dibunuh di Palestina.

 

“Seharusnya yang lebih layak, lebih pantas, yang lebih marah itu kaum Muslim, terutama penguasa-penguasa sekaligus kalau kita lihat pernyataan Thunberg ini merupakan tamparan penguasa-penguasa negeri Islam. Ketika saudara-saudara mereka dibunuh, dibantai, mereka diam” ujarnya di kanal YouTube Syiar Malam dengan judul Gaza Masih Dijajah Zionis, Bagaimana Penguasa Negeri Muslim?, Jumat (13/06/2025).

 

Ia mengulas penyataan Greta Thunberg, aktivitis pro Palestina warga Swedia, yang dideportasi oleh tentara Israel karena terlibat membawa bantuan kemanusiaan melalui kapal Madleen bersama beberapa aktivis lainnya.

 

“Thunberg membalas penyataan Donald Trump yang mengecam tindakannya mengirim bantuan kemanusiaan dengan menyatakan bahwa dunia ini memerlukan lebih banyak perempuan muda yang marah terhadap krisis global. Thunberg juga menyatakan dia tidak takut ditahan tetapi yang ditakutinya adalah dunia diam terhadap kejahatan Israel,” jelasnya.

 

Menanggapi hal ini, Farid menerangkan bahwa marah terhadap kezaliman bukan saja hak malah kewajiban kaum Muslim.

 

“Dalam pandangan Islam, marah terhadap kezaliman apalagi genosida, bukan hanya hak tetapi itu wajib. Kalau ada kaum Muslim yang tidak marah pada kezaliman justru dipertanyakan,” tuturnya.

 

Malah ia berpandangan, bukan sekadar marah namun perlu ada tindakan yang nyata untuk menghentikan kezaliman atau kerusakan yang terjadi.

 

“Di dalam Islam yang dituntut itu bukan sekadar marah teyapi harus ada tindakan yang nyata. Ketika ada negeri Islam yang dizalimi, ditindas, kita tidak boleh sekadar marah tetapi harus ada tindakan nyata untuk menghentikan kezaliman ini,” tegasnya.

 

Lanjut dikatakan, “Dan itulah yang seharusnya dilakukan oleh penguasa-penguasa Islam dengan mengirim pasukan perangnya sebagai bentuk tindakan nyata.”

 

Ia juga mengungkapkan penyataan Thunberg yang menurutnya merupakan tamparan bagi penguasa-penguasa Islam termasuk penguasa arab yang diam terhadap kejahatan Yahudi Zionis, dan yang lebih parah lagi melegitimasi eksistensi penjajahan Yahudi Zionis itu dengan solusi dua negara atau normalisasi dengan Israel.

 

“Namun alih-alih marah, malah bergegas melakukan diplomasi mengkampanyekan two-state solution (solusi dua negara) atau normalisasi dengan Israel," bebernya.

 

Ia menegaskan, solusi dua negara adalah sebuah pengkhianatan karena mengakui keberadaan entitas penjajah Yahudi Zionis.

 

“Sesungguhnya solusi ini (solusi dua negara) adalah solusi pengkhianatan. Kenapa? Karena ketika menerima solusi dua negara ini berarti mengakui keberadaan entitas penjajah Yahudi Zionis, karena solusi dua negara ini mensyaratkan di samping berdirinya ‘negara Palestina yang merdeka’ adalah pengakuan terhadap entitas penjajah Yahudi Zionis,” ujarnya lagi.

 

Menurutnya, negara Palestina yang berdiri nanti pasti akan dilemahkan dan tidak akan dibiarkan mengancam eksistensi penjajah Yahudi Zionis karena Amerika tidak akan membiarkan sedikit pun ancaman terhadap eksistensi Yahudi Zionis itu.

 

“Kalaupun ada negara Palestina dalam kerangka solusi dua negara ini, pastilah negara Palestina yang dilemahkan, yang dimandulkan. Sejak awal Amerika itu punya kebijakan tidak akan membiarkan ancaman apa pun yang bisa menganggu, mengancam eksistensi penjajah Yahudi Zionis,” pungkasnya.[] Rahmah

Opini

×
Berita Terbaru Update