Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Film Horor jadi Genre Favorit, Makin Mengikis Keimanan Seorang Muslim

Jumat, 13 Juni 2025 | 17:47 WIB Last Updated 2025-06-13T10:48:21Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi merebaknya film bergenre horor dan menjadi favorit banyak kalangan, Direktur Siyasah Institute Ustaz Iwan Januar menilai hal itu akan makin mengikis sisi keimanan seseorang. 

"Akhirnya nalar kritis publik itu semakin hilang. Dan yang paling fatal adalah sisi akidah. Sisi keimanan seorang Muslim itu akan semakin terkikis," ungkapnya di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (4/6/2025). 

Ia menilai, hal itu akan mengakibatkan seseorang akan menjadi lebih takut pada hantu daripada perbuatan maksiat dan kemungkaran. Orang lebih takut ke pocong dari pada korupsi. Orang lebih takut pada kuntilanak daripada merampok. Orang lebih takut pada genderuwo daripada melakukan scam (penipuan) pada keuangan atau fraud finansial, orang lebih takut pada hantu daripada perbuatan maksiat  dan kemungkaran. Ini jadi ironi.

Ia melihat, saat ini masyarakat terutama kalangan muda makin terbawa arus viral industri perfilman dan media sosial yang senantiasa disuguhkan dengan tayangan berbau pornografi dan mistis atau gaib. 

"Jadi, Indonesia ini memang negara yang betul-betul disebut negara liberal. Walaupun sering menolak disebut negara sekuler (liberal), tetapi mereka pada faktanya membiarkan berbagai macam konten yang sifatnya itu sudah melabrak rambu-rambu agama, sudah melanggar batas-batas sosial itu dibiarkan saja," urainya. 

Menurutnya, jika wakil rakyat atau pemerintah peduli terhadap generasi muda, seharusnya menerapkan regulasi yang bisa melindungi rakyat dari aspek akidah dan pemikiran. 

"Misalnya dari sisi film horor ya, ini harus kemudian diberikan warning oleh negara bahwa jangan membuat konten, film-film yang itu merusak nalar kritis publik, apalagi menabrak rambu-rambu agama. Harusnya ada. Tetapi itu kan enggak jadi perhitungan," sesalnya. 

Semestinya, jelas Ustaz Iwan, konten-konten yang tidak bermanfaat diganti dengan konten yang sifatnya edukasi, yang bisa mengembangkan nalar kritis. Kalaupun membahas hal-hal gaib, menurutnya, mestilah dibahas dari aspek ilmiah dan agama, bukan fantasi ataupun tahayul. 

"Sehingga, publik ketika melihat satu persoalan selalu kritis dan selalu berbasis pada agama. Kalau itu yang dilakukan maka rakyat Indonesia akan maju pesat nalar kritisnya dan akan menjadi bangsa yang luar biasa. Tetapi kalau seperti sekarang, akhirnya memang menjadi masyarakat yang nalarnya itu tumpul, senang ditakut-takuti dengan hantu daripada takut melawan kemiskinan, takut melawan, kezaliman dan penjajahan," tandasnya.[] Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update