Tintasiyasi.ID -- Menerangkan makna hijrah, Ulama K.H. Rokhmat S. Labib menjelaskan, esensi hijrah sebenarnya bukan sebatas hijrah (pindah tempat), tetapi menerapkan Islam secara kafah.
"Esensi hijrah tadi saya Katakan, Sebenarnya bukan hijrahnya. Esensi hijrah itu adalah menerapkan Islam secara kafah," tuturnya dalam Dialog Muharram: Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah, Sabtu (28/06/2025) di YouTube One Ummah TV.
Buktinya, kata Kiai Rokhmat, bahwa penduduk Madinah di masa Rasulullah saw. tidak hijrah ke mana-mana karena di negara mereka bisa diterapkan Islam. Lebih lanjut ia menerangkan, Rasulullah saw. melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah karena penduduk Makkah dengan segala upayanya ketika itu menolak dakwah Rasulullah saw., menolak penerapan Islam.
"Andai orang Makkah ketika mendapatkan dakwah Rasulullah saw mereka menerima Islam, menerima Rasulullah sebagai penguasa untuk memimpin mereka dengan menerapkan Islam, Rasulullah saw tidak perlu hijrah. bahkan negara lain yang perlu hijrah," imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengutip firman Allah Qur'an surah al-Baqarah ayat 218:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah [2]: 218).
Ayat tersebut menurutnya menegaskan bahwa tidak cukup hanya beriman, tetapi juga harus hijrah.
"Setelah beriman bukan hanya beriman tapi juga hijrah," tuturnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, bagi orang-orang yang beriman, bukan sekedar menerapkan Islam secara kafah ini, tetapi setelah hijrah ada kewajiban kedua, yakni wajahaduhu fii sabilillah (berjihad di jalan Allah ).
"Jihad itu apa? Jihad itu meluaskan kekuasaan. Kekuasaan Islam diluaskan. berarti tidak (hanya) di Madinah, tapi terus meluas," terangnya.
Jika telah beriman, hijrah menerapkan Islam secara kafah, dan melakukan jihad, maka menurutnya, barulah umat akan bisa mengharapkan datangnya rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Jika mereka tidak beriman, jika mereka tidak mau berhijrah alias menerapkan Islam secara kafah dan jika mereka meninggalkan jihad, mereka tidak bisa berharap dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kalau tidak mendapatkan rahmat dari Allah, maka azab dari Allah yang akan diterima. Nah, keyakinan seperti ini yang harus dimiliki oleh setiap rakyat, termasuk para penguasa ahli wuwwah (pemegang kekuatan)," pungkasnya.[] Saptaningtyas