Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Cendekiawan Muslim: Peradaban Islam Adalah Peradaban yang Rahmatan Lil-'Alamin

Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:42 WIB Last Updated 2025-06-28T07:42:19Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan peradaban Islam adalah peradaban yang rahmatan lil-'alamin.

"Seperti apa peradaban yang diharapkan? Baik, kita menginginkan suatu peradaban Islam. Sebab jika bukan peradaban Islam, maka yang ada adalah peradaban selain Islam. Peradaban Islam seperti apa? Yaitu peradaban yang rahmatan lil-'alamin," tuturnya dalam Dialog Muharram: Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah, Sabtu (28/06/2025) di YouTube One Ummah TV.

Kemudian ia menanyakan, bagaimana kerahmatan itu bisa diwujudkan. Ia menjawab bahwa kerahmatan Islam bisa diwujudkan ketika Islam tersebut diterapkan secara kaffah. Peradaban yang menjadikan akidah Islam sebagai asas dan syariah sebagai aturan hidup.

"Itulah peradaban Islam, itulah peradaban yang kelak akan memberikan rahmat bagi sekalian alam dengan kepemimpinan politik sebagai institusi pemersatu umat. Institusi politik itu namanya khilafah. Kita tidak boleh alergi dengan istilah ini. Ini istilah kita, istilah Islam. Mempelajari Islam, mempelajari istilah," terangnya. 

UIY memberikan contoh, mulai dari shalat sudah full istilah, seperti takbiratul ikram, rukuk, sujud, iktidal dan seterusnya. Zakat ada istilahnya, ada nisob, haul, muzaki, mustahik. umrah, haji ada istilah, seperti tawaf, ihram, wukuf dan seterusnya. Begitu juga dalam politik ada istilah, seperti surah, baiat, khalifah, khilafah dan lain-lain.

"Kalau pula kita sebagai umat Islam alergi terhadap istilah-istilah itu, lalu ada usulan akan mengganti istilah-istilah itu dengan yang lebih familiar, lebih enak didengar, lebih tidak memberikan resistensi kepada umat lain, umat lain siapa? Ini negeri mayoritas Muslim, siapa yang alergi dengan istilah-istilah itu? Jika pun ada yang alergi, non-Muslim itupun sekitar sepuluh hingga lima belas persen, justru yang ada ternyata orang Islam sendiri yang alergi terhadap istilah-istilah itu," yakinnya.

Jika demikian lanjutnya, ciri-ciri dari peradaban Islam adalah, "Pertama, keadilan universal baik kepada Muslim ataupun non Muslim dengan dilindunginya harkat, martabat, darah dan hartanya. Ia mengutip pendapat Imam Ali ketika berbicara tentang posisi non-Muslim," tuturnya.

"Dia bilang, darah mereka seperti darah kita. Malluhum kamalina harta mereka seperti harta kita. Kalau harta sesama Muslim tak boleh diambil, begitu juga dengan non Muslim," jelasnya

Kedua, ilmu teknologi berkembang berdasarkan syariah dan akhlak untuk kebaikan manusia. Teknologi untuk manusia, bukan untuk mencelakakan manusia karena teknologi seperti pisau bermata dua. Satu sisi banyak manfaat  tapi sisi lain juga bisa menimbulkan mudarat luar biasa.

"Bayi tabung itu memberikan kemudahan bagi pasangan suami istri yang kesulitan untuk mengalami pembuahan. Ada ikhtilat bagaimana kalau ditanam di istri kedua. Ada yang mengatakan boleh, ada yang mengatakan tidak boleh. Boleh, karena bapaknya satu. Tidak boleh, karena bagaimanapun itu telur yang berbeda," katanya.

Namun saat ini imbuhnya, teknologi bayi tabung justru menghasilkan kekacauan luar biasa. Karena spermanya diambil dari bank sperma tanpa kejelasan siapa laki-lakinya. Kemudian telurnya diambil dari perempuan tidak jelas dan ditanam di rahim perempuan yang berbeda lagi.

"Saat bayi lahir dan menjadi anak kemudian ditanya bapakmu siapa? Ibumu siapa? Dia enggak bisa menjawab, kecuali mungkin bin tabung atau binti tabung. Rusak dunia ini karena teknologi," geramnya.

Ketiga, ekonomi bebas riba dan eksploitasi. Sumber daya ekonomi dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Jadi, bukan soal kerusakan lingkungan semata saat berbicara tentang Raja Ampat, tapi siapa yang mengelola dan mengeksploitasi tambang tersebut.

"Ada ROB bagi deviden tahun 2024 kemarin. Ada Garibaldi Tahir pemegang 6,4% dari saham Adaro dapat deviden berapa? Rp.2,7 triliun dari batubara. Bayangkan kalau itu dikelola oleh negara. Sementara Bukit Asam BUMN batubara itu hanya pegang 5% dari seluruh produksi 600 juta ton setiap tahun, hanya 5% bahkan kurang, 600 juta dia produksi sekitar 25 juta. Jadi, jauh dari harapan untuk kesejahteraan rakyat, yang ada korporasi Asing maupun domestik," ungkapnya

Keempat, politik berbasis akhlak dan tanggung jawab syar'i. Pemimpin dipilih oleh rakyat mirip dengan demokrasi. Bedanya, dalam Islam pemimpin dipilih oleh rakyat untuk melaksanakan kedaulatan syariah. Sedangkan dalam demokrasi, pemimpin dipilih oleh rakyat untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, yaitu aturan-aturan yang dibuat oleh wakil rakyat yang sudah dipenuhi pesanan-pesanan oleh oligarki.

"Maka jadilah Undang-Undang Minerba beruba dari 2009 ke 2020. 2009 itu mengatakan 350.000 hektar ladang batubara yang potensinya itu kalau dengan harga 300 dolar/ton bisa sampai Rp65.000 triliun itu diperpanjang dan pasti dapat perpanjangan berdasarkan Undang-Undang Minerba tahun 2020 untuk sepuluh kali dua dengan opsi sepuluh kali dua lagi, 40 tahun," bebernya.

Kelima, umat adalah satu tubuh tanpa batas-batas imajiner yang dibentuk oleh penjajah. Kini, Timur tengah menjadi sekian banyak negara oleh batas-batas yang telah ditetapkan oleh Inggris dan Perancis melalui Sky Picot. Padahal dulu bersatu, bahkan sekarang berkelahi satu sama lain atau mereka diatur untuk mendukung Zionis.

"Oleh karena itu, penting sekali umat satu tubuh dengan visi global di bawah satu kepemimpinan yang tadi sudah dijelaskan. Maka bapak ibu sekalian, kita wajib berhijrah secara menyeluruh dari sekedar umat konsumen menjadi umat pelopor. Dari umat terjajah menjadi umat pemimpin. Ini bukan sekedar mimpi, tapi proyek peradaban yang membutuhkan generasi baru yang berani, berpikir besar, berpikir benar, bekerja nyata dan teguh dalam jalan dakwah, takbir," pungkasnya.[] Nabila Zidane

Opini

×
Berita Terbaru Update