Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dua Hal yang Harus Ada agar Khilafah Tegak

Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:51 WIB Last Updated 2025-06-28T07:51:52Z

Tintasiyasi.ID -- Ulama K.H. Rokhmat S. Labib, M.E.I  membeberkan dua hal yang harus ada jika ingin khilafah tegak. "Dua hal yang harus ada jika ingin khilafah tegak," ujarnya.

"Harus diawali dari kesadaran bahwa kita perlu khilafah. Sepanjang rakyat itu tidak menginginkan, tidak ada kesadaran untuk menegakkan khilafah, itu khilafah tidak akan ada," tuturnya dalam Dialog Muharram: Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah, Sabtu (28/06/2025) di YouTube One Ummah TV. 

Ia menerangkan, jika sekarang negaranya sekuler dan rakyat merasa nyaman dengan negara yang sekuler, maka tidak akan ada khilafah itu.

"Khilafah itu hanya akan tegak berdiri ketika rakyat itu menginginkan khilafah. Yang dimaksud rakyat tentu bukan harus semuanya tetapi sebagian besar atau kelompok-kelompok besar atau kelompok kuat menginginkan khilafah," terangnya.

Karena itu, ia menegaskan, harus diyakinkan bahwa selama umat Islam tidak menerapkan Islam, maka tidak akan aman dan nyaman hidupnya dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

"Jadi harus diciptakan diyakinkan kepada umat. Meski mungkin nyaman secara fisik, aman secara fisik tetapi harus diyakinkan tidak aman dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Ia mencontohkan, mungkin ada seseorang yang merasa nyaman dan aman tidak shalat, tetapi sesungguhnya dia tidak akan aman dari azab Allah. 

"Kenapa orang shalat? Karena merasa enggak aman dari azab Allah subhanahu wa ta'ala. 'Kalau enggak shalat, saya masuk neraka.' Keyakinan seperti ini juga yang harus ditumbuhkan dalam diri umat Islam bahwa Islam secara kafah itu tidak hanya dengan shalat, tetapi dengan seluruh kehidupan termasuk menegakkan khilafah yang dengan begitu dia akan merasa aman dari azab Allah," terangnya.

Namun demikian, menurutnya, keinginan umat (rakyat) itu tidak secara otomatis membuat khilafah itu berdiri. Harus ada yang kedua, yakni kelompok kuat yang menyerahkan kekuasaannya. Hal itu, lanjutnya, karena sebelum khilafah berdiri, sudah ada kekuasaan. Sebagaimana di masa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, sebelum mendirikan negara di Madinah, sudah ada penguasa di sana. 

"Pada masa Rasulullah saw. itu terjadinya tegaknya daulah Islam itu ketika pemimpin, para pemimpin di Madinah itu menyerahkan kekuasaan kepada Nabi. Jadi, terjadi setelah diterima. Itulah disebut dengan istilamul hukmi (penyerahan kekuasaan)," ungkapnya. 

Lebih lanjut ia mengatakan, jika para penjaga negara atau pemilik kekuasaan tersebut menjaga agar tidak berubah menjadi khilafah, sekalipun rakyat menginginkan tegaknya khilafah, maka penguasa negara akan melakukan berbagai macam cara agar khilafah tidak tegak, bisa melakukan hukuman dan sebagainya.

"Berarti sebenarnya di samping ada kelompok masyarakat yang punya keinginan tadi (khilafah), sebenarnya ada kelompok kedua yang sangat penting. Itulah yang disebut dengan kelompok-kelompok kuat. Kelompok kuat ini yang memiliki pengaruh. Asy syahsiyah Al quwwiyah, mereka yang justru pemilik kekuasaan utama," terangnya.

Ia menambahkan, ahlul quwwah (pemegang kekuasaan) yang sesungguhnya adalah militer. Jika militer menyerahkan kekuasaannya kepada Islam, khilafah akan tegak. Namun, lanjutnya, militer tidak akan pernah bisa dan mau jika pemikirannya belum berubah pada keyakinan bahwa Islam itu benar dan mendatangkan keridaan Allah Swt., sebagaimana terjadi masa Rasulullah saw., ketika keyakinan terhadap Islam dimiliki dan diberikan kekuasaan di Madinah kepada Rasulullah, maka Rasulullah itu tinggal menerima kekuasaan dan berdirilah Daulah Islamiyah. 

"Kenapa mereka menyerahkan? Ketika mereka juga yakin Islam itu benar. Islam itu menghadirkan kemuliaan, kemudian mendapat keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update