Muslim Intelektual Inggris dr. Abdul
Wahid menyatakan bahwa Amerika yang menjadi jelmaan Firaun masa kini sebaiknya
mengingat bahwa semua pikiran arogan mereka tidak selalu dapat terwujud.
“Firaun masa kini, yaitu Amerika
Serikat, sebaiknya mengingat bahwa tidak selalu pikiran arogan mereka dapat
terwujud. Serangan Trump terhadap Iran, yang merupakan serangan susulan
serangan proksinya menjajah Palestina adalah kekeraasan yang dinyatakan ilegal
dari standar penilaian manapun dilihat,” tulisnya dalam akun X
pribadinya @AbdulWahid_X, Ahad (22/06/2025).
Akan tetapi, cara Iran merespons
serangan Israel yang didukung Amerika akan mudah memprediksi selanjutnya yang
akan terjadi.
Jika Iran menanggapi dengan cara yang
menyebabkan kerugian besar bagi kepentingan AS, hal itu akan dianggap sebagai
eskalasi - yang berarti Trump hanya terjebak dalam perangkap Zionis-Neokon yang
akan menyeret Amerika ke dalam agresi kekerasannya di Timur Tengah. “AS bahkan mungkin akan menggulingkan rezim
besar-besaran dan destabilisasi yang
harus mengikutinya,” tandasnya.
“Namun, jika Iran menanggapi seperti
langkahnya saat pembunuhan terhadap Qasim Solimani, yang disampaikan Donald
Trump kepada media merupakan sesuatu yang sudah diberitahukan kepadanya
sebelumnya. Dan bahwa Iran sengaja tidak melukai target AS, tetapi melakukannya
untuk menyelamatkan diri. Maka berarti ini adalah eskalasi untuk kemudian
diredam. Semua pihak dapat mengatakan bahwa AS telah menyelamatkan diri, dan
beralih ke hal lain,” jelasnya lanjut.
'Hal lain' yang dimaksud oleh dr.
Abdul Wahid merupakan tujuan akhir AS yang dapat ditargetkan dengan segala cara, yaitu visi Trump untuk Timur
Tengah, seperti yang telah diungkapkan pada masa Perjanjian Abraham.
“Bahwa semua negara akan lebih baik
jika menormalisasi hubungan satu sama lain dan dengan entitas Zionis. Bahwa
diplomasi, pariwisata, dan keuntungan
perdagangan bagi semua pihak, mencapai keseimbangan kekuatan di antara
mereka sendiri (meskipun Israel akan
tetap menjadi satu-satunya kekuatan nuklir) dan bahwa Palestina harus menerima
apa pun yang mereka dapatkan, baik itu kemerdekaan semu atau bahkan kurang dari itu,” ungkap dr.
Abdul Wahid.
Pencapaian hasil yang demikian
katanya, akan memungkinkan AS untuk fokus pada pesaing utamanya, yaitu China.
Perubahan kebijakan yang terjadi
selama masa jabatan kepresidenan Obama tidak satu pun meraih tujuan yang pasti.
“Sejarah telah menunjukkan bahwa tujuan AS dengan arogansinya saat menciptakan Perang
di Irak dan Afganistan tidak mencapai tujuan yang ditetapkan negara Amerika
sendri, meskipun jutaan orang tidak bersalah telah tewas,” ulasnya.
Ia mengungkapkan, begitu pula saat
ini, justru orang-orang yang tidak berdosa telah menderita di Gaza, Tepi Barat,
Iran, Lebanon, dan Suriah. “Akibat rencana rezim kriminal di Washington dan Tel
Aviv (nama yang diberikan untuk Yaffa yang diduduki),” tandasnya.
“Dalam surah Al-Baraqah Allah Swt.
berfirman, ‘Ketika mereka diperintahkan, Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi, mereka menjawab, Kami tidak lain hanyalah orang-orang yang membawa
damai. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi
mereka tidak menyadarinya.’,” ujar dr. Abdul Wahid lagi.
Oleh karena itu, ia menyebutkan bahwa
Amerika dan Israel adalah agresor modern yang kejam. “Keduanya mengklaim
bertindak untuk mencegah ancaman global, padahal kenyataannya merekalah ancaman
global yang sesungguhnya,” tegasnya.
Akibat lahirnya negara agresor modern
inilah, tuturnya lebih lanjut, yang membuat kondisi Palestina selama lebih dari
satu abad tidak pernah stabil. “Sejak diinvasi oleh Inggris dan Prancis selama Perang
Dunia Pertama, kemudian dibagi-bagi dan diserahkan kepada rezim brutal dan
korup,” jelasnya.
“Lalu dirampas, kemudian diserahkan
kepada Yahudi Eropa yang mendirikan koloni sejak dihapuskannya khilafah tahun
1924 untuk mendirikan pemerintahan
nasionalis sekuler yang memecah belah kaum Muslim,” terangnya.
Ia mempertanyakan, kondisi pergolakan
geopolitik serupa kini terjadi akankah mampu mengubah wajah kawasan lebih baik.
“Dan nantinya juga mampu membawa kepada kembalinya pemerintahan Islam yang
menyelamatkan Gaza,” harapnya.
“Apakah kita telah melihat dimulainya
pergolakan geopolitik serupa yang akan mengubah kawasan itu menjadi lebih baik,
yaitu destabilisasi yang akan menggoyahkan tahta para tiran, menghapuskan
batas-batas buatan, menegakkan kembali pemerintahan Islam yang menyelamatkan
Palestina? Hanya sistem Islam yang memiliki rekam jejak berabad-abad lamanya
memberikan keadilan, keharmonisa bagi semua orang,” pungkasnya.[] M. Siregar