Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Buat Apa Kurban?

Rabu, 11 Juni 2025 | 08:54 WIB Last Updated 2025-06-11T01:54:13Z

TintaSiyasi.id -- Setiap hari raya Iduladha, umat Muslim yang mampu akan membeli hewan untuk berkurban. Bahkan ada yang berkurban hingga puluhan ekor sapi atau kambing yang dilakukan di beberapa tempat terpisah. Masjid-masjid juga lembaga sosial sibuk mempersiapkan penerimaan dan pendistribusian hewan kurban. Pelaksanaan Hari Raya Iduladha ini seakan tampak semarak dan penuh semangat. Semangat ini patutlah dihargai dan disyukuri, tetapi pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, mengapa kita berkurban?

Jawabannya beragam, ada yang berkurban karena menjalankan kewajiban, sekadar ibadah ritual, kebiasaan sejak dahulu, ingin bersedekah, malu dengan lingkungan, wujud prestasi pribadi, dan lain-lain. Pada tahap awal mungkin hal ini tidak menjadi masalah, karena sebagai bentuk pembelajaran awal. Tetapi menjadi masalah besar bila terus berkelanjutan tanpa ada peningkatan dan tidak menutup kemungkinan akan memudarnya semangat untuk berkurban.  

Telah kita ketahui bahwa kurban akan membawa manfaat sosial dan ekonomi. Tetapi pada intinya berkurban adalah suatu wujud pembinaan bagi umat muslim agar menjadi muslim yang benar-benar bertakwa dan tawakal. Oleh karena itu dalam berkurban harus didasarkan pada kesadaran kita sebagai hamba yang taat/patuh hanya pada perintah Allah. 

Sebagaimana firman Allah dalam Qur'an bahwa manusia diciptakan tidak lain hanya untuk beribadah pada Allah (QS. Az-Zariyat: 56 ). Takwa dan tawakal adalah bentuk dari ibadah kita pada Allah. Takwa berarti kemampuan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Sedangkan tawakal berarti kemampuan berserah diri dan bergantung sepenuhnya hanya kepada Allah dalam segala urusan. Inilah wujud penghambaan atau kepatuhan kita pada Allah. 

Dalam kepatuhan, kita di tuntut 100% untuk terlaksananya hal-hal yang bersifat wajib bagi individu maupun kelompok (Negara), baik itu perintah maupun larangan. Bila tidak 100%, maka belumlah layak disebut hamba yang patuh. Misalnya kita melaksanakan kurban, tetapi di lain hal kita turut serta dalam transaksi ribawi. 

Sebagaimana kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail, di mana Nabi Ibrahim diminta Allah untuk menyembelih anaknya (Ismail). Sebagai manusia, pastilah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail menyadari bahwa perintah tersebut sangatlah berat untuk dilaksanakan, tetapi tetap harus dilaksanakan karena merupakan perintah Allah dan sebagai bukti takwa dan tawakal pada Allah (QS. As-Saffat : 102). 

Oleh karena itu sepatutnya kita tidak boleh ragu untuk mematuhi seluruh perintah dan larangan yang diwajibkan Allah, karena sesungguhnya Allah tidak akan pernah memberikan beban yang melebihi kesanggupan hambanya (QS. Al-Baqarah : 286).

Oleh karena itu dengan berkurban, hendaknya menjadi pemicu dan pengingat kesadaran atas kewajiban kita sebagai hamba Allah untuk patuh pada seluruh perintah dan larangan-Nya. Kita wajib campakkan segala bentuk kepatuhan yang tidak bersumber pada Allah. Terlebih lagi kondisi saat ini yang sangat ironis, saat kita semarak merayakan Hari Raya Kurban sedangkan saudara Muslim kita di Palestina sangatlah menderita. Selama hampir 2 tahun ini mereka mendapat kedzaliman dan kebiadaban yang luar biasa dari zionis Israel dan sekutunya. Sementara negeri-negeri Muslim tidak mampu bersatu dan berbuat banyak untuk kebebasan umat Muslim di Palestina. Padahal Allah telah berfirman bahwa semua muslim adalah bersaudara (QS. Al-Hujurat : 10).     

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Ibnu Kholil
Pemerhati Umat

Opini

×
Berita Terbaru Update