Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bom Nuklir untuk Gaza, Bukti Dunia Dikuasai Kebiadaban

Minggu, 01 Juni 2025 | 22:26 WIB Last Updated 2025-06-01T15:26:54Z

TintaSiyasi.id -- Pernyataan anggota Kongres Amerika Serikat, Randy Fine, yang secara terang-terangan menyerukan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza bukan hanya tidak etis, tapi juga merupakan bentuk terorisme negara yang terang-benderang. Seruan itu tidak hanya mencabik-cabik nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga melanggar hukum internasional dan bertentangan dengan prinsip dasar agama mana pun yang menghormati nyawa manusia.

Dalam wawancara dengan Fox News, Randy Fine menyatakan bahwa Gaza seharusnya "dihancurkan dengan bom nuklir" seperti yang dilakukan AS di Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II (The Times of Israel, 22 Mei 2025). Mengusulkan penggunaan senjata pemusnah massal terhadap wilayah padat penduduk seperti Gaza adalah tindakan biadab yang menunjukkan hilangnya akal sehat, empati, dan moralitas dasar dalam kepemimpinan dunia saat ini.

Lebih menyedihkan lagi, dunia Islam menyaksikan semua ini dalam kondisi lemah tak berdaya. Ketika kehormatan umat diinjak-injak, masjid-masjid diratakan, dan anak-anak dibantai secara brutal, para pemimpin negeri-negeri Muslim justru bergeming. Mereka diam demi menjaga hubungan diplomatik dan kepentingan kekuasaan mereka. Mereka lebih takut kepada tekanan internasional daripada kepada azab Allah atas kelalaian mereka membela kehormatan umat dan agama.

Kejadian ini bukan insiden tunggal. Ia adalah puncak dari kerusakan sistemik yang ditimbulkan oleh sistem global kapitalisme sekuler. Sebuah sistem hidup yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan manfaat dan keuntungan materi sebagai asas segala kebijakan, dan menempatkan kekuasaan di atas nilai kemanusiaan. Sistem inilah yang menjadi landasan bagi kebijakan luar negeri Amerika dan sekutunya, yang membiarkan bahkan mendukung genosida terhadap rakyat Palestina. Inilah sistem yang membentuk dunia yang rela menyaksikan pembantaian demi pembantaian, selama itu menguntungkan pihak-pihak berkuasa.

Kapitalisme sekuler bukan hanya gagal memberikan keadilan, tetapi juga menjadikan manusia sebagai alat kepentingan elite global. Ia membiarkan negara-negara penjajah seperti 'Israel' terus merampas tanah umat Islam dan membantai penduduk sipil tanpa konsekuensi. Di sisi lain, ia menciptakan rezim-rezim boneka di negeri-negeri muslim yang tunduk dan tak berani melawan kezaliman tersebut. Maka jelas, sistem kapitalisme sekuler adalah sistem yang rusak dan tidak layak memimpin manusia. Ia hanya melanggengkan penjajahan, kebohongan, dan kezaliman yang terus berulang.

Berbeda dengan Islam. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa membunuh satu jiwa tanpa hak sama seperti membunuh seluruh manusia (QS. Al-Ma’idah: 32). Bahkan dalam peperangan pun, Islam melarang membunuh wanita, anak-anak, orang tua, serta para pendeta. Islam tidak memperbolehkan merusak fasilitas umum, apalagi menggunakan senjata penghancur massal. Islam mengatur perang dengan akhlak mulia, bukan dengan kebencian buta.

Karena itu, dunia hari ini membutuhkan kepemimpinan alternatif yang lahir dari wahyu, bukan dari hawa nafsu. Dunia butuh sistem yang tidak berpihak pada penjajah, tetapi menegakkan keadilan hakiki. Dunia butuh Islam diterapkan secara kaffah dalam naungan khilafah, bukan hanya sebagai ritual ibadah, tapi sebagai sistem kehidupan menyeluruh yang mengatur politik, ekonomi, pendidikan, dan hubungan internasional berdasarkan syariah.

Perjuangan untuk menegakkan Islam kaffah tidak bisa dilakukan secara individual. Ia butuh kesadaran kolektif dan kepemimpinan ideologis yang istiqamah. Umat membutuhkan jamaah dakwah yang mengikuti manhaj kenabian, menyeru pada penerapan Islam dan penegakan Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Jamaah ini harus disambut dan didukung oleh umat, karena hanya dengannya kemuliaan Islam dan kaum Muslim bisa diwujudkan.

Kemuliaan umat tidak akan pernah hadir di bawah sistem kufur buatan manusia. Kemuliaan hanya bisa diraih jika umat kembali kepada Islam secara total, dengan sistem khilafah sebagai institusi pelaksana syariah dan pelindung umat. Maka penderitaan Gaza harus menjadi panggilan kebangkitan, bukan sekadar bahan ratapan. Saatnya umat Islam bangkit, bersatu, dan berdakwah untuk menegakkan kembali perisai umat ini. Dunia hanya akan berubah jika Islam kembali memimpin. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Mahrita Julia Hapsari
Aktivis Muslimah Banua

Opini

×
Berita Terbaru Update