Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Boleh Memuji Anak Sesuai Tuntunan Islam

Minggu, 01 Juni 2025 | 06:16 WIB Last Updated 2025-05-31T23:16:51Z

Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslimah Ustazah Najmah Saidah mengatakan jika ibu bapak boleh memuji anak dengan menjadikan syariat Islam sebagai rujukan atau tuntunan.

 

“Maka yang harus kita lakukan adalah ketika kita memuji anak itu, menjadikan syariat Islam sebagai rujukan atau tuntunan, sehingga tidak salah kaprah dalam memuji,” katanya dalam Kajian Keluarga bertajuk Memuji Anak, Madu Ataukah Racun di kanal YouTube Ngaji Subuh, Ahad (25/05/2025).

 

Ia menjelaskan, Rasulullah saw. mengajarkan bahwa mendidik anak-anak tidak hanya berkaitan dengan kesehatan pikiran saja, tetetapi perasaannya juga harus dijaga.

 

“Jadi di sinilah yang kemudian kita ingat bahwasanya ada hal yang penting selain pikiran, selain akliah, tetetapi juga ada hal yang penting lagi yang harus kita perhatikan. Itu adalah nafsiah. Bagaimana kita mengarahkan perasaan-perasaan, kecenderungan kita itu sesuai Islam,” ujarnya.

 

Ia menerangkan bagaimana Rasulullah saw. memberikan perhargaan kepada anak-anak sebagai panduan bagi ibu bapak.

 

“Ketika ada orang Badui datang kepada Rasulullah, ‘Apakah kau pernah mencium anak-anakmu?’ Di sinilah kemudian Rasulullah memerintahkan atau pun memberikan suatu trik ataupun suatu parenting berkaitan dengan perasaan tadi, penjagaan perasaan anak,” jelasnya.

 

Ia menyatakan bahwa pujian, kecupan, atau pelukan pada anak-anak sangat efektif dalam menggerakkan perasaan dan kejiwaan anak sehingga dapat menenangkan gelombang amarah atau kesedihannya.

 

“Rasulullah saw. pernah memuji seorang anak yang belajar bahasa Arab Suryani untuk membantu beliau. Rasulullah memujinya dengan mengatakan ia adalah sebaik-baik anak muda,” terangnya.

 

Tambahnya, Rasulullah saw. tidak memberikan sesuatu hal yang bersifat penghargaan saja, tetetapi ada juga yang bersifat hukuman.

 

“Rasulullah memperlakukan seseorang itu sesuai dengan kondisinya. Ketika anak itu memang butuh diberikan penghargaan, butuh dipuji, ya Rasulullah memujinya. Tetapi ketika ada seorang anak yang dia justru tidak patuh, tidak amanah, maka Rasulullah memberikan hukuman itu bermacam-macam,” tegasnya.

 

Ia memberikan contoh, pernah ada seorang anak diminta ibunya untuk menyampaikan setangkai anggur untuk Rasulullah Saw tetapi kemudian sebelum sampai, sudah dimakan oleh anak tersebut. “Kemudian Rasulullah saw. menyentil telinganya dengan sentilan yang tidak sakit. Itu sebagai sebuah peringatan bagi anak yang tidak amanah,” tuturnya.

 

“Di sinilah Rasulullah saw. memberikan pendidikan dan tuntunan kepada kita terkait dengan pendidikan terhadap anak-anak berkaitan dengan perasaan dan mental anak,” tambahnya.

 

Ia menerangkan, Rasulullah saw. membolehkan memuji karena Rasulullah saw. melakukannya dan boleh dilakukan dengan pelbagai cara seperti mengusap kepala, belai di pipi, memberi hadiah atau memberikan pelukan. Tetapi tidak boleh berlebihan atau melampaui batas ketika memuji.

 

“Di sinilah kemudian kalau kita memang memuji anak-anak sesuai dengan tuntunan syariat. Kemudian tidak berlebihan dan sebagainya. Maka biiznillah, ini semua akan memberikan kebaikan kepada anak-anak kita, menjadikan madu bagi anak-anak kita,” tuturnya.

 

Ia mengungkapkan, ketika anak-anak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat, maka pujian bukanlah sesuatu yang baik.

 

“Sehingga di sinilah kemudian, na'uzu billahi min zaalik, akhirnya memuji anak itu bisa menjadi racun bagi kita, maupun madu bagi anak-anak. Kita jadikan pijakan kita syariat Islam sehingga kita memuji dengan memuji yang memang dibenarkan Allah dan memang itu dipuji oleh Rasulullah,” simpulnya.[] Syamsiyah Jamil

Opini

×
Berita Terbaru Update