TintaSiyasi.id -- “Wahai Anakku! Apabila engkau berjalan menuju Allah dengan cepat, engkau akan melihat berbagai keajaiban.”
— Imam Al-Ghazali, dalam Ayyuhal Walad
Pendahuluan: Jalan yang Terlupakan
Di zaman yang penuh hiruk-pikuk ini, banyak manusia kehilangan arah, tersesat dalam kerumitan dunia yang fana. Mereka mengejar kesenangan sesaat, kekuasaan yang menipu, dan ketenaran yang cepat berlalu. Namun di tengah kekosongan spiritual yang menghimpit, selalu ada seruan lembut dari para arif bijaksana yang mengajak kita kembali ke Jalan Sejati: jalan menuju Allah.
Imam Al-Ghazali, seorang hujjatul Islam, dalam tutur lembutnya berkata, “Wahai Anakku…” — ia tidak sedang berbicara kepada satu orang, tetapi kepada kita semua yang sedang mencari makna sejati dalam hidup. Ia ingin kita berlari, bukan berjalan pelan. Karena jalan ini bukan sekadar tempat berlalu, tapi lorong keajaiban yang membuka tabir-tabir Ilahi.
Kecepatan Spiritual: Ketulusan, Bukan Terburu-buru
Apa yang dimaksud dengan “berjalan cepat” menuju Allah? Ini bukan tentang tergesa-gesa dalam ibadah, bukan pula tentang kuantitas amalan semata. Ini adalah tentang kesungguhan hati, ketulusan niat, dan kerinduan yang tak tertahankan kepada Rabb yang Maha Kasih. Bila hati telah jatuh cinta kepada-Nya, maka waktu menjadi singkat, dan perjalanan terasa ringan.
Orang-orang yang berjalan cepat menuju Allah adalah mereka yang:
Tidak menunda-nunda taubat.
Tidak menjadikan alasan dunia sebagai penghalang ibadah.
Tidak menunggu waktu luang untuk berdzikir.
Tidak menanti kondisi ideal untuk mulai memperbaiki diri.
Mereka menyadari bahwa waktu adalah amanah, dan bahwa setiap detik adalah undangan menuju perjumpaan dengan Allah.
Keajaiban yang Terlihat: Dari Dunia ke Hati
Imam Al-Ghazali menjanjikan: “Engkau akan melihat berbagai keajaiban.” Apa maksudnya?
Keajaiban itu bukan sekadar mukjizat yang kasat mata, tetapi transformasi dalam diri yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang hidup.
1. Keajaiban Kesadaran
Seorang yang berjalan kepada Allah akan mulai melihat segala sesuatu sebagai tanda-tanda-Nya. Ia tidak lagi memandang dunia dengan mata syahwat, tetapi dengan mata tauhid. Daun yang gugur, angin yang berhembus, bahkan air mata yang menetes—semua menjadi pelajaran yang membawanya lebih dekat kepada Tuhan.
2. Keajaiban Ketenangan
Di tengah badai ujian, mereka yang dekat kepada Allah justru merasakan kedamaian yang tak tergoncang. Dunia boleh berubah, manusia boleh meninggalkan, tapi Allah tetap membersamai. Inilah keajaiban yang sulit dijelaskan, namun nyata terasa dalam dada.
3. Keajaiban Doa yang Dijawab
Mereka yang jujur dalam perjalanan spiritual akan menyaksikan bahwa doa-doanya tak pernah sia-sia. Mungkin tidak selalu sesuai harapan, tapi selalu sesuai kebutuhan. Dan dalam setiap jawaban-Nya, tersembunyi hikmah yang memperkuat iman.
4. Keajaiban Cahaya Ilmu dan Makrifat
Jalan menuju Allah adalah jalan ilmu. Maka siapa yang serius menempuhnya, akan dibukakan oleh Allah pintu-pintu ilmu yang tak didapat di bangku sekolah. Ia akan memahami Al-Qur’an dengan kedalaman makna, ia akan merasakan kehadiran Allah dalam setiap ayat, setiap peristiwa, dan setiap hembusan nafas.
Jalan Ini Tidak Mudah, Tapi Pasti Indah
Banyak yang mengatakan: “Aku ingin dekat dengan Allah, tapi sulit sekali. Banyak halangan, godaan, kemalasan, dan dosa masa lalu.”
Ya, jalan ini tidak selalu mulus. Tapi setiap usaha menuju-Nya akan dibalas dengan berlipat ganda. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Barangsiapa mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Dan barangsiapa datang kepada-Ku berjalan, maka Aku akan datang kepadanya berlari.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah bukan hanya menanti, tapi menyambut hamba-Nya yang ingin pulang. Ia tidak memperhitungkan masa lalu, tapi melihat niat dan perjuangan kita hari ini.
Menutup dengan Harapan: Jalan Ini Untukmu
Wahai saudaraku, umat Muhammad ﷺ…
Jangan menunda perjalanan ini. Dunia terlalu singkat untuk disia-siakan. Jika engkau mulai hari ini, walau perlahan, engkau sedang membangun jembatan menuju keabadian.
Berjalanlah dengan niat, dengan cinta, dan dengan pengharapan. Engkau akan takjub melihat betapa Allah telah menyiapkan keajaiban-keajaiban indah di setiap tapak langkahmu.
Dan kelak, engkau akan sampai pada hari di mana engkau berdiri di hadapan-Nya, dengan hati yang bersih, dan wajah yang berseri, lalu mendengar panggilan-Nya:
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai…”
(QS. Al-Fajr: 27–28)
Semoga kita semua termasuk dalam rombongan orang-orang yang berjalan cepat menuju Allah, dan menyaksikan keajaiban-keajaiban yang memurnikan jiwa, meneguhkan hati, serta mengantarkan kita kepada cinta-Nya yang abadi. Aamiin.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)