Pendahuluan
TintaSiyasi.id -- Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, manusia justru seringkali kehilangan arah. Ia berjalan jauh, namun lupa ke mana harus pulang. Dalam kebingungan itu, suara para ulama saleh hadir bagai cahaya penunjuk arah. Salah satunya adalah nasihat emas dari Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali:
> “Wahai anakku! Apabila engkau berjalan menuju Allah dengan cepat, engkau akan melihat berbagai keajaiban.”
Kalimat ini bukan sekadar ungkapan spiritual, tapi sebuah seruan motivasional yang mengandung kekuatan transformatif. Di balik nasihat pendek ini tersembunyi kunci kehidupan: siapa yang bersungguh-sungguh dalam mencari Allah, maka ia akan menemukan makna, kebahagiaan sejati, dan keajaiban hidup yang tidak dapat diraih oleh mereka yang hanya mengejar dunia.
Makna "Berjalan Cepat Menuju Allah"
Dalam kacamata tasawuf, berjalan menuju Allah (suluk ilallah) bukanlah perjalanan fisik, melainkan perjalanan ruhani—perjalanan hati yang mencari makrifat, ridha, dan cinta Ilahi. Berjalan cepat bermakna kesungguhan (jiddiyyah), ketulusan (ikhlas), dan kontinuitas dalam amal saleh.
Al-Ghazali mengajarkan bahwa kebaikan ruhani tidak dapat dicapai oleh mereka yang berjalan lamban karena terlalu sibuk dengan dunia. Semakin cepat seseorang meninggalkan penghambaan kepada hawa nafsu dan ego, semakin cepat pula dia akan menyaksikan keajaiban-keajaiban Allah dalam hidupnya.
Keajaiban dalam Pandangan Ruhani
Keajaiban yang dimaksud oleh Imam Al-Ghazali bukan sekadar hal-hal supranatural. Dalam dunia spiritual Islam, keajaiban dapat berupa:
1. Terbukanya pemahaman hakikat kehidupan.
2. Kemudahan dalam ibadah dan ketenangan dalam hati.
3. Kekuatan menghadapi ujian dengan sabar dan ridha.
4. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengakar dalam hati.
5. Doa-doa yang terasa dikabulkan tanpa diduga.
Dalam hal ini, para ulama menyebutnya sebagai anwar al-ma’rifah (cahaya makrifat) atau tajalli (penampakan kehadiran Allah dalam batin). Inilah “keajaiban-keajaiban” yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang hatinya bersih dan dekat dengan Allah.
Motivasi Ruhani: Spirit Hijrah Sejati
Motivasi Islam sejati bukanlah semata mencari kesuksesan dunia, tapi lebih dalam: motivasi untuk mendekat kepada Allah dan menjemput kebahagiaan abadi. Allah berfirman:
> “Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)
Ayat ini menjadi penguat dari pernyataan Al-Ghazali: bahwa Allah akan menuntun langkah mereka yang sungguh-sungguh. Dalam kerangka ini, motivasi Islami memiliki ciri-ciri khas:
Berpusat pada orientasi akhirat (ukhrawi oriented)
Melahirkan keikhlasan dan ketenangan batin
Menguatkan integritas pribadi dan kepedulian sosial
Menumbuhkan cinta yang mendorong amal, bukan ambisi kosong
Urgensi Bergerak Cepat: Jangan Tunda Perubahan
Manusia sering menunda kebaikan. Menunda taubat, menunda hijrah, menunda ibadah. Padahal waktu adalah amanah yang tidak bisa diulang. Imam Hasan Al-Bashri mengatakan:
"Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari hilang, maka hilang pula sebagian dari dirimu."
Nasihat Al-Ghazali mendorong kita untuk mempercepat langkah dalam memperbaiki diri, karena waktu tidak pernah menunggu.
Langkah Praktis Menuju Allah
1. Bersihkan niat dan perbaharui tujuan hidup.
Tanyakan pada diri sendiri, "Untuk siapa aku hidup dan berjuang?"
2. Perbanyak dzikir dan tafakur.
Karena dzikir adalah bahan bakar jiwa dalam perjalanan menuju Tuhan.
3. Tinggalkan maksiat dan biasakan muhasabah.
Kaki tidak akan kuat melangkah jika dibebani dosa.
4. Dekat dengan orang-orang saleh dan ilmu yang benar.
Perjalanan spiritual tidak bisa dilakukan sendiri.
5. Konsisten dalam ibadah, walau kecil.
Rasulullah bersabda: "Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus meski sedikit."
Penutup: Jalan Menuju Allah adalah Jalan Keajaiban
Wahai jiwa yang merindukan ketenangan…
Segeralah melangkah menuju Allah. Jangan tunggu sempurna, karena yang Allah inginkan bukan kesempurnaanmu, tapi kejujuran dan langkahmu yang terus mendekat. Di setiap langkah, engkau akan temukan cahaya. Dan ketika engkau istiqamah, engkau akan melihat keajaiban.
Imam Al-Ghazali benar. Keajaiban tidak datang dari langit yang terbelah, tapi dari hati yang tercerahkan.
Referensi:
1. Al-Ghazali, Ayyuhal Walad (Wahai Anakku)
2. Al-Qur'an al-Karim
3. Ibnu Qayyim al-Jawziyah, Madarij as-Salikin
4. Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali
5. Nashihat para ulama tasawuf klasik
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis, Pendidik dan coach Pengusaha Hijrah. Konsultan Pengembangan SDM serta Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)