Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Adnan Khan: China Maju pada Posisi Ekonomi, tetapi Lemah secara Politik

Selasa, 03 Juni 2025 | 03:09 WIB Last Updated 2025-06-02T20:12:16Z

Tintasiyasi.ID -- Muslim Intelektual Inggris Adnan Khan menyatakan bahwa China adalah negara yang pada faktanya memang maju dengan teknologi inovasi, tetapi tetap lemah secara politik.

 

“Jadi jelas China punya potensi. Pada posisi ekonomi yang mampu untuk bangkit, dan membangun teknologi militernya. Tetapi di sisi lain, secara poliltik tidak kuat,” ujarnya dalam akun YouTube miliknya dengan judul The Geopolity, Can China Replace the US?, Rabu (25/04/2025)

 

Andai China ingin kuat di sisi politik lanjutnya, lanjutnya, maka seharusnya  mereka juga berubah secara totalitas.

 

“Ketika dulu China menjadi sebuah negara yang identik dengan satu ideologi yaitu komunisme, justru mengidap penyakit dan terbelakang secara massif (sistememis). Kini China telah berupaya terus memperbaiki negaranya dari sisi ekonomi,” bebernya.

 

Ia menyebutkan bahwa pada tahun 1979, China memiliki neraca ekonomi yang lebih kecil dibandingkan Finlandia. “Padahal Finlandia adalah negara yang hanya seukuran kecil  dibandingkan kota-kota di China,” ujarnya.

 

“Hari ini China berada di posisi kedua dengan neraca ekonomi terbesar di dunia. Bahkan tengah menuju  nomor satu terkuat secara ekonomi,” sambungya lagi.

 

Jika  dilihat dari sisi militer, lanjutnya, walaupun belum diakui secara global menjadi bagian militer dunia, China sedang berupaya mengarahkannya dengan benar. “Karena potensi pengembangan (inovasi) teknologi masa depannya melampui Barat. Benar-benar lebih maju dari teknonolgi di Barat,” ungkapnya.

 

“Akibat lemahnya China di sisi politik (ideologi) saat ini, ketika China akan melakukan penelitian dan pengembangan, harus berhadapan dengan tantangan politik Barat,” ujarnya menganalisis.

 

“China tidak punya misi untuk mengendalikan dunia berdasarkan pandangan hidup maupun nilai-nilainya agar setiap orang mengikutinya, termasuk tidak menyerukan demokrasi atau perbaikannya,” ucapnya.

 

Adnan mengatakan, China hanya ingin menunjukkan bukti kepada dunia, bahwa Amerika dan Barat telah melakukan kesalahan karena melakukan hegemoni dan mengontrol dunia.

 

“Jadi apa yang menjadi alternatif menurut China? Ada alternatif dan tidak harus menjadi satu hegemoni. Barat menurut China, tidak seharusnya berharap pada dunia untuk hidup dengan mengadopsi ideologi mereka,” jelas Adnan menambahkan.

 

Lanjut dijelaskan, China juga ingin mengatakan bahwa dunia didominasi oleh satu atau dua kekuatan yang buruk, hingga sangat perlu untuk ditata ulang.

 

“Saya pikir inilah masalah yang fundamental. Tujuan China bukanlah untuk mengambil alih dunia. Itulah mengapa China berdagang dan mengekespor ke berbagia penjuru dunia. Juga mengimpor banyak barang dari luar negerinya,” bebernya lagi.

 

“Barat mengklaim telah terjadi pertarungan antara mereka dengan China, yaitu antara demokrasi dan otoritarianisme. Karena  Trump dinilai otoriter, lalu  China adalah negara yang menjalankan pasar bebas,” jelasnya.

 

Adnan terus menyampaikan berulang-ulang bahwa China bukan negara ideologis. “Tetapi  Amerika kini sedang melakukan bunuh diri dan bisa saja berpindah ke China. Tarif dagang yang ditetapkan oleh Amerika sebenarnya telah menginjak-injak nilai-nilai Barat (Amerika),” katanya.

 

“Walaupun China tidak ideologis, Amerika sedang melakukan bunuh diri dan bisa saja jadi jalan berpindah ke China. Makanya, tarif Amerika hakikatnya sedang menginjak-injak nilai-nilai mereka (Amerika). Jadi mungkin saja kekuatan akan beralih ke China walaupun bukan secara ideologi,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update