TintaSiyasi.id-- “Barang siapa yang Allah karuniai syukur, maka dia tidak akan terhalang dari tambahan. Barangsiapa yang Allah karuniai kesabaran, maka dia tidak akan terhalang dari pahala.”
Kalimat ini bukan hanya untaian kata bijak, tetapi cerminan dari fondasi spiritual yang telah diajarkan oleh para nabi, para salafus shalih, dan termaktub dalam Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Di dalamnya terkandung dua prinsip utama yang akan menuntun manusia dalam mengarungi kehidupan: syukur dan sabar.
1. Syukur: Magnet Penarik Nikmat
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian."
(QS. Ibrahim: 7)
Syukur bukan sekadar ucapan lisan, tetapi gerakan hati dan amal. Hati yang menyadari bahwa segala sesuatu adalah dari Allah, lisan yang terus memuji-Nya, dan anggota tubuh yang digunakan untuk taat kepada-Nya. Inilah bentuk syukur yang utuh.
Seringkali manusia hanya melihat nikmat yang besar dan melupakan yang kecil. Padahal, nikmat udara, detak jantung, dan kemampuan untuk berpikir adalah karunia luar biasa. Namun karena terbiasa, kita sering lalai. Maka, orang yang bersyukur adalah mereka yang tidak menunggu nikmat besar untuk bahagia, tetapi mampu melihat rahmat Allah dalam hal-hal sederhana.
Syukur adalah sikap batin yang membuka pintu-pintu langit. Barangsiapa yang mampu bersyukur dalam kekurangan, maka kelimpahan akan menghampirinya. Bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga keberkahan, ketenangan, dan cinta dari sesama manusia.
Syukur adalah cara kita menghargai masa kini, dan sekaligus mengundang kebaikan di masa depan.
2. Sabar: Pilar Keteguhan Jiwa
Allah berfirman:
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
(QS. Az-Zumar: 10)
Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha. Sabar adalah kemampuan untuk tetap teguh dalam ketaatan, menahan diri dari kemaksiatan, dan kuat menghadapi musibah dengan lapang dada. Dalam setiap bentuk sabar, terdapat dimensi keagungan jiwa.
Sabar dalam ibadah menjadikan seseorang istiqamah. Sabar dalam menjauhi dosa menjadikan seseorang mulia. Dan sabar dalam menghadapi takdir menjadikan seseorang dewasa dalam ruhani dan jiwa.
Pahala sabar itu tanpa batas. Mengapa? Karena Allah-lah yang langsung menjaminnya. Saat manusia menghadapi sesuatu yang di luar kendalinya dan tetap bersandar kepada-Nya, maka Allah menurunkan pertolongan dari arah yang tak disangka.
Kesabaran bukan kelemahan, tapi kekuatan spiritual tertinggi. Ia adalah cahaya bagi hati yang gelap, penuntun bagi jiwa yang goyah.
3. Syukur dan Sabar: Keseimbangan Menuju Surga
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
"Hidup ini hanya berada di antara dua keadaan: nikmat yang perlu disyukuri dan ujian yang harus disabari."
Syukur dan sabar adalah dua sayap bagi ruhani manusia untuk terbang tinggi menuju ridha Allah. Tanpa salah satunya, jiwa akan pincang. Dalam kelapangan, kita bersyukur. Dalam kesempitan, kita bersabar. Dengan dua ini, hidup menjadi stabil.
Banyak manusia yang diuji dengan nikmat: pangkat, harta, kekuasaan. Tapi hanya yang bersyukur yang akan selamat dari kesombongan. Banyak pula yang diuji dengan penderitaan: kehilangan, penyakit, fitnah. Tapi hanya yang bersabar yang akan naik derajatnya di sisi Allah.
Maka, baik dalam tawa maupun air mata, seorang mukmin tetap dekat kepada Rabb-nya.
4. Buah dari Syukur dan Sabar: Hidup yang Penuh Berkah
Hidup orang yang bersyukur dan bersabar akan diberi keberkahan oleh Allah. Bukan berarti hidupnya tanpa masalah, tetapi dia punya perisai spiritual dalam setiap keadaan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Seluruh urusannya adalah kebaikan baginya. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
Inilah rahasia kebahagiaan sejati: bukan pada hal-hal luar, tetapi pada reaksi batin terhadap takdir. Orang yang bersyukur dan bersabar akan selalu bahagia, sebab dia melihat segala sesuatu dengan kacamata iman.
Penutup: Jalan Menuju Jiwa Tenang
Wahai jiwa yang rindu ketenangan,
Hiasilah hidupmu dengan syukur atas apa yang kau miliki dan sabar atas apa yang belum kau capai. Jangan tertipu oleh gemerlap dunia yang semu. Kebahagiaan sejati bukan pada banyaknya yang kau genggam, tapi pada lapangnya hatimu.
Jika hari ini kau dalam kelapangan, jangan lupa bersyukur. Sebab syukurmu akan menjagamu dari kezaliman nikmat. Jika hari ini kau dalam kesulitan, bersabarlah. Sebab kesabaranmu adalah jalan menuju derajat yang tinggi di sisi Allah.
Syukur menjadikan nikmat terasa cukup.
Sabar menjadikan ujian terasa ringan.
Dan keduanya, menuntunmu kepada ridha Tuhan.
“Barangsiapa yang Allah karuniai syukur, maka dia tidak akan terhalang dari tambahan. Barangsiapa yang Allah karuniai kesabaran, maka dia tidak akan terhalang dari pahala.”
Maka mintalah kepada Allah dua hal: hati yang bersyukur dan jiwa yang sabar. Sebab keduanya adalah kunci keberhasilan dunia dan akhirat.
Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)