TintaSiyasi.id -- Menanggapi tarif impor yang dikenakan Presiden Amerika Serikat ke Indonesia sebesar 47 persen, Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana, menjelaskan beberapa hal yang seharisnya lakukan.
"Pertama, kemandirian pangan dan energi, ini logis sekaligus wajib. Islam memerintahkan negara membangun kemandirian termasuk di dalamnya kemandirian pangan dan energi. Ini bukan mimpi, Indonesia memiliki semuanya, lahan subur, laut kaya sumber energi melimpah dari migas sampai panas bumi tapi kenapa kita terus bergantung karena SDA kita dijual kepada asing," paparnya di akun TikTok agung.wisnuwardana, Rabu (30/4/2025).
Ia mengutip hadis
اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ
“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
"Artinya SDA ini milik umum, milik semuanya, harus dikelola negara bukan diserahkan kepada swasta atau asing," tegasnya.
Kedua, Indonesia memerlukan sistem moneter dinar dan dirham yang kuat bebas dari dolar. "Kenapa kita terus bergantung pada dolar? Padahal mereka memakainya untuk menjajah ekonomi dunia, Islam memiliki sistem moneter kuat dinar dan dirham stabil tidak bisa dicetak sembarangan seperti fiat money ini bukan utopia khilafah islamiah termasuk di dalamnya kekhilafahan Turki Utsmani sukses memakai sistem ini selama ratusan tahun," ungkapnya.
"Kita punya cadangan emas, kita punya kekuatan umat, kita hanya butuh politik independen dan sistem yang benar," tambahnya.
Ketiga, harus membalas tarif Amerika Serikat dengan seimbang. "Ini bukan emosi tetapi kewajiban, Kanada, Colombia bahkan Uni Eropa bisa membalas tarif Trump, lalu kenapa Indonesia diam?" Ungkapnya.
Ia menjelaskan, Islam tidak akan membiarkan semua ini, umat diinjak-injak. 'dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu' (TQs. An Nahl 126).
Kemudian, dalam Kitab al-Amwal karya Abu Ubaid al-Qasim bin Salam disebutkan bahwa perdagangan dengan kafir harbi akan dikenakan biaya masuk setara dengan mereka memungut biaya dari barang yang masuk dari Darul Islam ke negeri mereka ini bukan soal gengsi ini soal menjaga kehormatan umat dan kedaulatan negeri. Islam wajib punya negara yang bisa melindungi ekonomi dan martabat umat
Keempat, Amerika Serikat adalah kafir harbi muhariban fi'lan. "Amerika Serikat bukan sekadar negara biasa mereka penjajah, membunuh, menjarah, dalam fiqih mereka masuk ke dalam kategori kafir harbi muhariban fi'lan musuh nyata umat Islam maka tidak boleh ada kerjasama antar ekonomi, tidak boleh ada hubungan diplomatik inilah hukum syariah inilah harga diri umat," paparnya.
Kelima, syariat Islam kaffah dalam naungan khilafah itu solusi total tanpa resufle. "Sebagian bilang itu tidak realistis tetapi yang tidak realistis justru adalah terus bergantung pada penjajah ekonomi, faktanya umat Islam memiliki SDM, SDA, wilayahnya strategis populasinya besar dan kekuatan akidah yang tidak bisa dibeli dengan dolar yang penting satu kita butuh sistem Islam kaffah dan negara pemersatu umat yaitu khilafah, hanya khilafah yang bisa membebaskan kita dari tarif zalim ini, penjajahan Amerika Serikat, Cina dan dari dominasi dolar," ungkapnya.
"Jika kalian tidak memuliakan Islam maka kalian akan dihinakan oleh dunia," pungkasnya. [] Alfia Purwanti