Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Seruan Penggunaan Bom Nuklir di Jalur Gaza: Sudah Hilangkah Marwah Umat Islam di Mata Dunia?

Sabtu, 31 Mei 2025 | 11:16 WIB Last Updated 2025-05-31T04:16:45Z

TintaSiyasi.id -- Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Randy Fine menyerukan agar Gaza “dibombardir dengan nuklir” seperti yang dilakukan di Hiroshima dan Nagasaki, dan menggambarkan perjuangan Palestina sebagai “kejahatan.” (SINDOnews, 24 Mei 2025)

Ternyata pernyataan serupa bukan hanya diucapkan Randy Fine saja. Pada Maret 2024, anggota Kongres AS dari Partai Republik, Tim Walberg, juga memicu kontroversi setelah menyatakan bahwa konflik di Gaza seharusnya diselesaikan seperti pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dengan mengatakan, "Selesaikan dengan cepat." (CNN, 2024)

Dan masih ada Senator Lindsey Graham dari Partai Republik juga membuat pernyataan kontroversial serupa. Pada Mei 2024, membandingkan situasi Israel dengan Jepang pada Perang Dunia II dan menyarankan bahwa Israel seharusnya diberikan "bom yang mereka butuhkan" untuk mengakhiri perang. (Tempo, 2024)

Genosida Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 53.822 warga Palestina dan melukai 122.382 lainnya sejak dimulai pada 7 Oktober 2023. Itu menurut angka terbaru yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza. (Tempo, 24 Mei 2025)

Mengapa politisi Amerika sering melontarkan seruan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza?
Bagaimana seharusnya sikap umat Islam menghadapi seruan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza?
Bagaimana menghentikan munculnya seruan penggunaan bom nuklir selanjutnya? 


Seruan Penggunaan Bom Nuklir di Jalur Gaza, Hilangnya Marwah Umat Islam di Mata Dunia

Pernyataan-pernyataan yang menyerukan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza seharusnya dapat memunculkan kekhawatiran internasional mengenai normalisasi retorika penggunaan senjata pemusnah massal. Terlebih lagi, pernyataan ini tidak etis dan tidak sah secara hukum internasional. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan agama pun, pernyataan ini sangat bertolak belakang.

Pernyataan ini harusnya membuka mata seluruh umat Islam di dunia, bahwa ini adalah bukti nyata penghinaan yang sangat luar biasa atas umat Muslim. Dan ini harusnya dapat menggugah kesadaran kolektif umat. Kemuliaan umat Islam yang dulu pernah menjadi adidaya dunia telah runtuh di titik nadir.

Dulu, ketika umat Islam memegang kendali peradaban selama lebih dari 13 abad lamanya, Barat bukan hanya tak bernyali, tetapi mereka juga merasakan keadilan, perlindungan, kegemilangan ilmu pengetahuan yang ditorehkan dunia Islam. Namun kini, marwah itu bukan hanya hilang, tetapi juga tercabik-cabik.

Sekarang, seruan untuk menghancurkan umat Muslim Palestina dengan senjata pemusnah massal diteriakkan tanpa rasa takut atau malu karena musuh Islam tahu bahwa umat ini tak lagi bersatu dan tak lagi perlu ditakuti. Benar adanya sabda Rasullullah Saw. yang diriwayatkan Abu Daud, "...bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, tapi seperti buih di lautan. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut para musuh kepada kalian, dan menanamkan Al-Wahn ke dalam hati kalian."

Seruan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza adalah produk dari dehumanisasi total. Mereka menganggap warga Palestina tidak lebih dari sekadar "angka", sehingga menyerang mereka dengan nuklir dianggap sah saja.

Palestina adalah barometer marwah umat Islam hari ini. Al-Quds dan Gaza, bahkan Palestina bukan sekadar lokasi geopolitik. Di sana ada kiblat pertama umat Islam, tanah wakaf umat Islam, bumi para nabi. Palestina adalah cermin kesatuan dan marwah umat Islam di seluruh dunia.

Sadarlah, saat Palestina diinjak-injak dan kita hanya diam, itu adalah tanda nyata kita kehilangan izzah, kehilangan kemuliaan bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT. Seruan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza adalah wujud hilangnya marwah umat Islam di mata dunia.


Sikap Umat Islam yang Seharusnya 
Menghadapi Seruan Penggunaan Bom Nuklir di Jalur Gaza

Hamas mengecam keras pernyataan anggota Kongres AS Randy Fine yang menyerukan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza. Kelompok perlawanan Palestina tersebut menegaskan pernyataan Fine merupakan "hasutan" untuk melakukan genosida terhadap rakyat Palestina. (Tempo, 24 Mei 2025)

Mengenai pernyataan Tim Walberg pada Maret 2024 juga menuai kecaman. Dawud Walid dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyebut komentar tersebut sebagai "seruan jelas untuk genosida" (The Guardian). Anggota Kongres Demokrat, seperti Haley Stevens dan Susan Wild, juga mengkritik keras pernyataan tersebut, menyebutnya "menjijikkan" dan menunjukkan "pengabaian total terhadap nyawa warga Palestina" (Jerusalem Post).

Ketika para politisi menyerukan genosida terang-terangan terhadap Palestina, di mana suara pemimpin dunia Islam? Sungguh miris, pemimpin negeri Muslim diam, tak terdorong untuk menunjukkan pembelaan atas agamanya ini. Mereka tetap bergeming demi menjaga kekuasaannya, padahal Gaza sungguh telah dihancurkan sedemikian rupa. Mereka makin kuat pengkhianatannya di dunia.

Diamnya pemimpin negeri-negeri Muslim menunjukkan krisis kepemimpinan global umat. Seharusnya seruan bom nuklir terhadap rakyat Gaza-Palestina yang terblokade dan kelaparan dapat membakar rasa marah dan menggerakkan strategi kolektif umat.

Karena sungguh, kecaman saja juga tidak cukup. Persoalan Gaza bukan sekadar konflik biasa, selain merupakan krisis kemanusiaan, juga bentuk pendudukan sistemis yang telah berlangsung selama puluhan tahun, sebuah proyek ideologis. Kecaman yang dilontarkan tanpa tindakan sama saja suara kosong. Nampak setiap kali agresi zionis Yahudi terjadi, dunia mengecam, tetapi kemudian agresi masih terus berulang. Kecaman yang tidak diikuti tindakan nyata tak mampu memberi efek tekanan yang berarti pada zionis Yahudi yang melakukan kezaliman.

Seruan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza ini harusnya tidak membuat umat Muslim di seluruh dunia diam. Saatnya umat bersatu dan mendorong para pemimpin negeri Muslim untuk dapat mengerahkan tentaranya membela Palestina. Saatnya umat mendobrak sekat nasionalisme yang mengkerat-kerat ukhuwah islamiyah.


Kepemimpinan Islam Dapat Menghentikan Munculnya Seruan Penggunaan Bom Nuklir di Jalur Gaza

Gaza-Palestina tidak akan merdeka hanya dengan doa dan kecaman. Solusi Palestina butuh aksi kolektif, sistematis, dan berkelanjutan. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (TQS. Ar-Ra’d: 11).

Genosida yang berlangsung terus menerus terhadap warga di Gaza telah menunjukkan betapa buruknya sistem kehidupan hari ini.
Kerusakan dan kekejian yang dilakukan Zionis Yahudi juga menunjukkan bahwa sistem kehidupan hari ini tidak memuliakan manusia sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah SWT. Sistem hari ini yang diam seakan tega membunuh bayi-bayi yang tak berdosa. Sistem ini, sudah pasti jelas tidak layak memimpin dunia dan mengatur hidup manusia.

Islam menghormati nyawa manusia, bahkan dalam peperangan sekalipun, Islam memerintahkan untuk berlaku baik dan menjaga nyawa penduduk sipil serta fasilitas umum. Islam memiliki aturan perang yang sangat luar biasa indahnya. Penerapan Islam jelas akan menjaga kemuliaan manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Umat Islam harus berjuang untuk menegakkan aturan Islam secara kaffah di muka bumi. Perjuangan tersebut membutuhkan upaya besar umat, yang harus bergerak bersama. Umat membutuhkan adanya kepemimpinan jamaah dakwah yang tulus dan berpegang pada metode dakwah Rasulullah Saw. Umat harus menyambut seruan jamaah dakwah ini, untuk mewujudkan kemuliaan agama ini.

Saatnya bangkit mengembalikan marwah umat. Marwah hanya akan terwujud dengan Islam. Dan tidak akan tegak Islam kecuali dengan penerapan secara kaffah oleh Khilafah Rasyidah. []

#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst


Dewi Srimurtiningsih
Dosol Uniol 4.0 Diponorogo

Opini

×
Berita Terbaru Update