TintaSiyasi.id -- Nasehat Reflektif dari Sayyid Abdul Qadir al-Jailani
“Seluruh tujuanmu adalah Dia. Engkau lupa dengan berbagai tujuan lain. Ketika Allah telah menjadi seluruh tujuanmu, niscaya Dia menyerahkan kunci-kunci gudang kerajaan di tangan hatimu.” — Sayyid Abdul Qadir al-Jailani
Dalam perjalanan hidup, kita sering terseret oleh banyak tujuan, mencari harta, meraih pujian, membangun karier, mengejar ambisi, dan seterusnya.
Namun, di antara begitu banyak tujuan itu—adakah kita menempatkan Allah sebagai yang paling utama? Ataukah kita menempatkan-Nya sebagai pelengkap, bukan pusat? Sayyid Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan kita untuk mengembalikan fokus jiwa. Bahwa seluruh tujuan sejati seorang hamba bukanlah dunia, bukan pula makhluk, tapi Allah ﷻ semata.
Ketika Tujuanmu Menjadi Tunggal
Bayangkan sebuah panah. Jika ia diarahkan ke banyak sasaran sekaligus, ia tak akan pernah tepat sasaran. Begitulah hati manusia. Jika ia menoleh ke kanan dan ke kiri, ia akan lelah tanpa arah. Tapi saat engkau menetapkan satu tujuan, yaitu Allah, segalanya menjadi jernih.
Prioritas hidup menjadi jelas. Keputusan menjadi ringan. Dan hatimu pun tenang. Engkau tak lagi galau karena kehilangan dunia. Karena dunia bukan lagi poros hatimu. Hatimu telah terpaut pada Zat yang tidak pernah mengecewakan.
Hikmah dari Tujuan yang Lurus
Ketika Allah menjadi satu-satunya tujuanmu, segala sesuatu akan mengikuti alurnya. Rezeki mendatangi tanpa dicari dengan gelisah. Pujian atau celaan tak lagi menggoyahkan langkah. Hidup menjadi ibadah, bukan beban. Hati menjadi lapang, meski dunia sempit. Dan inilah janji dari Sayyid Abdul Qadir:
“Allah akan menyerahkan kunci-kunci gudang kerajaan ke tangan hatimu.”
Apa itu artinya? Hati yang penuh yakin dan ikhlas akan diberi kelapangan rezeki, kebeningan batin, dan kekuatan yang tak terlihat. Bukan dalam bentuk emas dan perak semata, tapi dalam bentuk ketenangan yang tak bisa dibeli dunia.
Refleksi Diri
Mari kita tanyakan pada diri:
• Apakah tujuan hidupku benar-benar Allah?
• Ataukah masih ada ambisi tersembunyi yang menyesatkan niat?
• Sudahkah aku memurnikan langkah hanya karena-Nya?
Jika belum, inilah waktunya. Bukan besok. Tapi sekarang. Kembalikan semua tujuan, harapan, dan niat kepada Dia yang Maha Mengatur segalanya.
Penutup: Satu Tujuan, Seribu Cahaya
Hidup ini terlalu singkat untuk disibukkan dengan yang fana. Tapi ia cukup panjang untuk meraih keabadian—jika kita menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan.
Maka, wahai jiwa…
Berhentilah berlari tanpa arah.
Berlabuhlah kepada-Nya.
Karena ketika Allah menjadi satu-satunya tujuanmu.
Dia akan menjadikan segala sesuatu tunduk untukmu—dengan izin-Nya.
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (TQS. At-Thalaq: 2-3)
Seluruh Tujuanmu adalah Dia
Nasehat Emas Sayyid Abdul Qadir al-Jailani
Ketika hatimu hanya tertuju kepada-Nya,
Bukan kepada dunia, bukan pula kepada pujian makhluk, maka Allah akan menjadi satu-satunya tujuan, dan seluruh selain-Nya menjadi kecil di matamu.
Tatkala engkau meninggalkan segala kehendak kecuali kehendak-Nya. Ketika engkau tak lagi mengejar dunia. Namun, dunia malah mengejarmu—karena engkau telah memilih Allah.
Maka saat itu, Dia menyerahkan padamu kunci-kunci gudang kerajaan-Nya. Hati yang hanya berharap kepada Allah, akan Dia penuhi dengan kekayaan langit dan bumi.
Jalanmu akan dimudahkan. Langkahmu akan dituntun. Dan rahmat-Nya akan melingkupimu dari segala arah. []
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo