Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Salah Kaprah Evakuasi Rakyat Gaza ke Indonesia

Jumat, 02 Mei 2025 | 07:08 WIB Last Updated 2025-05-02T00:08:53Z

TintaSiyasi.id -- Dilansir dari beritasatu (9/4/2025), Presiden Indonesia siap kirimkan pesawat untuk menjemput warga Gaza agar mengungsi ke Indonesia dalam waktu sementara sebagai bantuan lanjutan setelah bantuan kemanusiaan era Presiden Jokowi.

Menurut pandangannya tanggung jawab moral dan politik sebagai saudara Muslim harus terus dilakukan untuk membela saudara Muslim di Palestina. Alasannya, untuk merawat warga Palestina yang terluka, trauma hingga sembuh dan kembali ke negaranya jika kondisinya sudah lebih baik. 

Tentu pernyataan Presiden Prabowo bahwa Indonesia siap menerima 1000 warga Palestina, sesungguhnya justru akan memuluskan agenda pengusiran warga Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah.

Diberitakan oleh BbcNews.id (11/4/2025), hal ini akan sangat memicu kontroversi. Para pengamat menganggap wacana pemindahan nantinya dapat menjadikan blunder yang bisa memicu protes dari dalam dan luar negeri. Bahkan mengancam keberlangsungan pemerintahan Indonesia ditengah ketidakstabilan ekonomi dan politik hari ini.

Para pengamat juga mengkhawatirkan adanya protes dari luar negeri akibat dari wacana pemindahan ini karena pasti akan banyak yang menganggap kemerdekaan Palestina akan menjadi ketabuan yang abadi. 

Tidak hanya sekadar para pengamat keheranan dengan wacana ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut mempertanyakan hal ini apalagi yang sering bikin heboh yaitu para pengamat jagat maya. Banyak pengamat menduga rencana ini merupakan strategi dari Presiden Prabowo untuk "melobi" Presiden Donald Trump setelah AS mengumumkan tarif impor 32% untuk barang dari Indonesia. Yang sedang hangat menyita fokus masyarakat. 

Salah satu pengamat Timur Tengah, Smith Alhadar, mengatakan Prabowo mengambil kesempatan ketika Israel dan AS "panik" karena mereka sudah melobi berbagai negara untuk menampung warga Gaza, tapi tak ada yang bersedia sehingga Indonesia mengambil peluang itu untuk menekan dampak ekonomi yang semakin meluas nantinya. Pasalnya jika alasannya hanya sebatas pengobatan, penyembuhan trauma negara-negara tetangga Palestina sudah melakukan hal itu telah lebih dulu seperti Kerajaan Yordan dan Pemerintah Mesir.
Sedangkan jarak Indonesia dengan Palestina lebih jauh dari pada negara-negara tetangga Palestina. Pantas saja banyak orang yang meragukan? 

Akan tetapi strategi yang diambil presiden seperti ini memang kontra produktif dengan seruan jihad yang disuarakan oleh banyak pihak dari hari ke hari. Semakin banyak warganet dan masyarakat semakin menyadari bahwa tidak ada solusi yang lebih dibutuhkan untuk membebaskan saudara Muslim di Palestina selain ajaran Allah berupa jihad. Bahkan hal ini selaras dengan MUI untuk mengirim pasukan militer ke Palestina sebagai langkah lanjutan setelah bantuan boycott produk, turun kejalan, materi, medis yang telah di berikan Indonesia. 

Jika evakuasi ini tetap terjadi yang ada adalah kemarahan kaum Muslim kepada pemerintah Presiden Prabowo baik dalam maupun luar negeri. Ini tentu akan mengancam pemerintahannya karena dianggap mengambil kebijakan yang tidak tepat dan jinak terhadap penjajah. Negara-negara Liga Arab dan kaum Muslim tidak akan membiarkan kekosongan wilayah terjadi di Palestina. 

Evakuasi rakyat Gaza jelas makin menjauhkan dari solusi yang seharusnya, karena sebenarnya Zionis-lah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah Palestina. Sudah seharusnya Zionis yang diusir dari tanah Palestina dan bukannya warga Gaza yang harus dievakuasi ke negeri Muslim terbesar dunia. 

Alhasil, jika kebijakan ini tetap diambil tentu akan menunjukan kebijakan yang salah kaprah hingga menjadi keruetan yang besar, masalah kian runyam dan tak terhenti. Ini bagaikan buah simalakama akibat negara Indonesia masih bergantung dengan negara lain. Akibatnya tekanan-tekanan politik selalu memaksa pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tidak solutif bahkan hingga mengancam kesejahteraan kaum Muslim. Lantas apa yang harus dilakukan? 

Sudah seharusnya pemimpin negeri muslim menyambut seruan jihad yang hari ini masif terdengar di sosial media dari pengamalan QS. At-Taubah ayat 123 yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa". 

Dan juga perenungan QS. Muhammad ayat 35:

فَلَا تَهِنُوْا وَتَدْعُوْٓا اِلَى السَّلْمِۖ وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَۗ وَاللّٰهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَّتِرَكُمْ اَعْمَالَكُمْ ۝

"Maka, janganlah kamu lemah dan mengajak berdamai (saat bertemu dengan musuhmu), padahal kamulah yang paling unggul. Allah besertamu dan tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu."

Namun hari ini, seakan nasionalisme menjadi prinsip tak boleh ikut campur urusan negara menjadi penghalang menyambut seruan jihad padahal sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim karena menolak, enggan dengan apa yang telah disampaikan Allah dalam kitab sucinya sebagai petunjuk, jalan orang-orang beriman. 

Maka sudah seharusnya negeri Muslim menjadi negara adidaya yang memimpin dunia dan tidak lagi bergantung kepada negara-negara lain karena hanya akan menjadikan kerusakan, kemunduran bagi kaum Muslim. 

Untuk itu, marilah untuk belajar bagaimana keberadaan khilafah mampu menjadi negara adidaya untuk menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap Muslim menjadi PR besar kaum Muslim. 

Sehingga belajar dari perjalanan dakwah Rasul dalam mencapai kemenangan kaum Muslim diperlukan untuk fokus merubah masyarakatnya dengan Islam, bukan fokus perubahan individu.

Karena perubahan individu sangat riskan gagal, membutuhkan waktu yang lama, banyak pertentangan, mengalihkan pandangan masyarakat, dan hanya melihat dakwah sebagai keberhasilan individu saja. 

Karena masyarakat tidak hanya terbentuk dari susunan individu saja. Tapi masyarakat ada karena disatukan oleh perasaan, pemikiran dan peraturan. 

Artinya, tidak akan ada pribadi yang baik di antara masyarakat yang buruk. Sehingga harus diubah fokusnya menjadikan masyarakat baik supaya individu di dalamnya menjadi baik dan terus-menerus dalam keadaan baik.

Dan memperbaiki masyarakat itu dengan berbagai lapis hukum syarak dari Allah. Islam selalu memiliki kekuatan bagi siapa pun yang menemuinya ia mampu menggerakkan, mendorong bahkan membakar seperti air yang berada dalam tempayan kemudian dibakar hingga mendidih kemudian menjadi uap sebagai bahan bakar menggerakkan kereta api karena Islam bukan hanya sekadar agama melainkan ideologi. 

Sehingga masyarakat harus terus menyuarakan kebenaran untuk menolak evakuasi warga Palestina serta menyeru penguasa untuk mengirimkan tentara militer demi membela saudaranya muslim Palestina. Pada saat yang sama, umat juga makin kuat berjuang untuk menegakkan khilafah. Karena hanya jihad dan tegaknya khilafah solusi sebenarnya membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah dalam negeri Indonesia. 

Sudahi penjajahan pemikiran warisan nenek moyang dengan khilafah. Sebagaimana Rasulullah membebaskan para umatnya dengan cahaya Islam yang menyinari dunia. 

Semoga masyarakat terus diteguhkan dalam jalur perjuangan yang benar sehingga memberikan pengaruh besar dalam mendorong penguasa negeri Muslim untuk mengirimkan tentara untuk berjihad dan tegaknya khilafah agar kesejahteraan kaum Muslim kembali bisa dirasakan bersama.
 
Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Wilda Nusva Lilasari S. M.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update