Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Rasulullah SAW Sang Muhsin: Teladan Ihsan dalam Segala Aspek Kehidupan

Jumat, 16 Mei 2025 | 09:16 WIB Last Updated 2025-05-16T02:16:31Z

Tintasiyasi.id.com -- “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.”
(QS. Al-Baqarah: 195)

Pendahuluan: Makna Dalam Sebuah Kata

Dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk, di mana manusia saling berlomba untuk meraih pengakuan dan kekuasaan, jarang kita mendengar satu kata yang mampu menenangkan jiwa dan mengangkat derajat manusia di sisi Allah: Ihsan.

Ihsan adalah kata yang sederhana tapi mengandung kedalaman spiritual luar biasa. Ia bukan hanya sekadar kebaikan biasa, melainkan kebaikan yang dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa Allah sedang melihat kita. Inilah kualitas tertinggi dari seorang mukmin.

Dan tiada yang lebih sempurna dalam menerjemahkan makna ihsan ke dalam realitas hidup selain Rasulullah Muhammad SAW, manusia termulia sepanjang sejarah.

Beliau bukan hanya mu’min, bukan hanya muslim, tetapi Sang Muhsin sejati. Sosok yang berbuat ihsan dalam setiap tarikan napasnya. Maka meneladani beliau adalah jalan terang menuju kedekatan dengan Allah dan menjadi umat yang mencerahkan zaman.

Ihsan dalam Hubungan dengan Allah: Antara Takwa dan Cinta
Rasulullah SAW adalah pribadi yang selalu hidup dalam kehadhiran Allah. Dalam sunyi malam, beliau bangkit dari istirahatnya, berdiri lama dalam tahajud hingga kakinya bengkak. 

Ketika ditanya oleh Aisyah, mengapa beliau bersusah payah sedemikian padahal dosanya telah diampuni, beliau menjawab dengan lembut:

“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?”
(HR. Bukhari)

Inilah wajah ihsan dalam ibadah: bukan karena takut semata, tetapi karena cinta dan rasa syukur yang mendalam. Ibadah menjadi ekspresi ruhani, bukan beban jasmani. Setiap rukuk, sujud, dan dzikirnya adalah perjumpaan jiwa dengan Sang Kekasih Abadi.

Ihsan dalam Akhlak Sosial: Lembut, Sabar, dan Menyentuh Hati
Rasulullah SAW tidak hanya baik dalam kondisi tenang, tetapi juga ketika menghadapi ujian dan permusuhan. Ketika penduduk Thaif melemparinya dengan batu, darah mengalir dari tubuh beliau. Malaikat penjaga gunung siap menghancurkan mereka, namun Rasulullah berkata:

“Jangan. Aku berharap dari keturunan mereka akan lahir orang-orang yang beriman kepada Allah.”

Di sinilah kita melihat ihsan dalam bentuk kesabaran dan harapan yang tinggi kepada manusia, bahkan kepada yang menyakitinya. Beliau adalah oase di tengah padang gersang hati manusia, memberikan keteduhan dengan senyum dan tutur lembut.

Ihsan dalam Keluarga: Suami yang Penyayang, Ayah yang Hadir
Beliau bukan hanya pemimpin umat, tetapi juga pemimpin rumah tangga yang penuh kelembutan. Dalam rumahnya, beliau membantu pekerjaan istri, menjahit sendiri bajunya, dan bercanda dengan anak-anak.

Rasulullah tidak pernah merendahkan atau meninggikan suara tanpa alasan yang benar.
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku.”
(HR. Tirmidzi)

Betapa besar pesan ini untuk zaman sekarang, ketika banyak pria hebat di luar rumah, tetapi rapuh di dalam rumah. Rasulullah mengajarkan bahwa ihsan sejati bermula dari rumah.

Ihsan dalam Kepemimpinan dan Umat

Sebagai kepala negara dan panglima perang, Rasulullah tetap bersikap adil dan bijaksana. Beliau tidak memaksakan kehendak, melainkan membangun musyawarah, keadilan, dan kasih sayang. Di saat beliau memiliki kekuasaan, beliau memilih pemaafan, bukan balas dendam.
Saat penaklukan Makkah, ketika para musuh lamanya berada di bawah kuasa, beliau berkata:

“Pergilah, kalian semua bebas.”
Sebuah sikap yang melampaui keadilan — ini adalah kemuliaan spiritual tingkat tinggi. Inilah wajah ihsan dalam politik dan kepemimpinan: mengutamakan kemaslahatan dan keridhaan Allah, bukan ambisi pribadi.

Ihsan kepada Makhluk Lain: Hewan dan Alam Pun Merasakan Kasihnya
Rasulullah SAW juga dikenal sebagai pencinta alam dan pelindung hewan. Beliau menganjurkan umatnya untuk menyayangi binatang, tidak menyiksanya, dan bahkan mengaitkan pahala dan dosa dengan cara manusia memperlakukan makhluk hidup lainnya.

“Ada seorang wanita disiksa karena mengurung seekor kucing hingga mati. Dia masuk neraka karena itu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau juga berkata:
“Barang siapa menanam pohon, maka selama pohon itu bermanfaat bagi makhluk hidup, ia akan mendapatkan pahala.”
Inilah kesadaran ekologi dalam Islam — bagian dari ihsan sebagai bentuk kepedulian kepada ciptaan Allah secara menyeluruh.

Menjadi Umat Sang Muhsin: Jalan Menuju Kedekatan Ilahi
Meneladani Rasulullah sebagai Sang Muhsin bukanlah hal mudah, tetapi sangat mungkin jika kita memulainya dari hal-hal kecil: menyapa dengan lembut, membantu tanpa diminta, shalat dengan khusyuk, memberi sebelum diminta, memaafkan sebelum dimintai maaf.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang dari kalian melakukan sesuatu, maka ia menyempurnakannya.”
(HR. Thabrani)

Maka ihsan adalah kesungguhan dalam setiap amal, dari yang terlihat hingga yang tersembunyi.

Penutup: Jejak Cahaya Sang Muhsin

Rasulullah SAW telah wafat, tetapi cahaya ihsan-nya masih menyinari dunia. Ia hidup dalam shalawat yang kita panjatkan, dalam akhlak baik yang kita tiru, dan dalam kasih yang kita sebarkan.

Sebagai umatnya, marilah kita hidup dalam semangat ihsan — bukan hanya karena ingin dipuji manusia, tapi karena ingin diridhai Allah dan diakui sebagai pengikut sejati Sang Nabi.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan.”
(QS. Al-Ankabut: 69)

Semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang berbuat ihsan, sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkannya dalam hidupnya yang agung. Aamiin.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update