Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Praktik Curang UTBK, Bukti Gagalnya Sistem Pendidikan Kapitalisme

Kamis, 15 Mei 2025 | 05:16 WIB Last Updated 2025-05-14T22:16:38Z

TintaSiyasi.id -- Publik dihebohkan dengan adanya indikasi kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Dalam dua hari pertama ujian panitia seleksi menemukan total 14 kasus kecurangan. Bentuk kecurangan yang dilakukan juga beragam, mulai dari pemasangan kamera tersembunyi yang diletakkan pada ikat pinggang, kuku, kancing baju, bahkan di behel gigi yang tidak terdeteksi oleh metal detector. (beritasatu.com, 25 April 2025).

Selain itu, hasil Survey Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa masih banyak ditemukan kasus menyontek dan ketidakjujuran di kalangan siswa maupun mahasiswa. Hal ini juga disampaikan oleh Dadan Wardana Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK kasus menyontek masih ditemukan pada 78 persen di tingkat sekolah dan 98 persen di kampus. Hal ini menjadi fakta yang tidak boleh diabaikan, bahwa menyontek masih marak terjadi dikalangan siswa maupun mahasiswa. (detik.com, 25 April 2025)

Sungguh ironi, pemanfaatan teknologi dalam UTBK menggambarkan buruknya akhlak para calon mahasiswa dan seringkali dianggap hanya persoalan individu yang tidak jujur. Namun, akar permasalahannya jauh lebih dalam yakni diterapkannya sistem kapitalisme. 

Dalam sistem kapitalisme nilai dipandang sebagai ukuran dalam pencapaian materi dan status sosial bergantung pada perguruan tinggi bergengsi. Sehingga, menghalalkan segala cara untuk masuk ke universitas favorit demi terjaminnya ekonomi di masa depan meskipun dengan cara yang curang.  

Pendidikan dalam sistem kapitalisme tak ubahnya seperti barang dagangan yang diperjualbelikan untuk mendapatkan keuntungan materi. Dari sini muncullah berbagai lembaga-lembaga bimbingan belajar yang mahal, jaringan koneksi elite, dan praktik curang berbayar. Ini menjadi bukti nyata kapitalisme mendorong ketimpangan pendidikan. Sehingga, kecurangan UTBK bisa terjadi bahkan dengan memanfaatkan kecanggihan alat teknologi. Tentu ini bukan hanya sekedar buruknya moral individunya saja, melainkan cerminan dari sistem kapitalisme sekuler yang menormalisasikan tindakan kecurangan demi meraih status dalam tatanan kapitalisitik.

Selain itu, sistem pendidikan sekuler yang diterapkan hari ini melahirkan individu yang tidak bertakwa kepada Allah SWT, individu hari ini tidak memahami batasan halal-haram dan cenderung berprilaku liberal demi mencapai tujuan materi duniawi. Para generasi yang terlahir dari 'rahim' pendidikan sekuler tumbuh menjadi generasi yang minim kejujuran dan cacat dari karakter mulia, mereka dituntut sebagai pekerja yang bersaing tanpa nilai moral. Padahal, para generasi inilah yang akan menjadi estafet pembangunan peradaban bangsa. Wajar, maraknya kasus korupsi mulai dari pejabat kelas bawah hingga atas semakin meningkat tajam, seolah-olah ini adalah hal yang lumrah terjadi di sistem kapitalisme hari ini. Beginilah dampak pendidikan sekuler yang menjauhkan peran agama dalam mengatur kehidupan.

Di samping itu, sistem kapitalisme juga berhasil mencetak masyarakat yang menjadikan materi sebagai standar utama dalam menilai keberhasilan hidup. Segala sesuatu diukur dari seberapa besar capaian materi dan manfaat yang didapatkan. Oleh karena itu, maraknya kecurangan dalam UTBK tidak akan bisa diselesaikan jika menjadikan sistem kapitalisme sekuler sebagai solusi yang justru inilah akar permasalahan dari persoalan ini.  


Sistem Pendidikan Islam Lahirkan Generasi Bertakwa

Berbeda dengan sistem kapitalisme, sistem Islam yakni khilafah menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam bernegara maupun dalam pendidikan. Tujuan pendidikan didalam Islam adalah untuk membentuk kepribadian (syakhsiyah) Islam yakni yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Pendidikan yang diselenggarakan bukan untuk mengejar materi atau status melainkan menumbuhkan ketakwaan, kecintaan pada kebenaran dan keterikatan terhadap hukum syariat.

Khilafah juga menjadikan penguasa bertindak sebagai raain (pengurus) rakyatnya. maka, tidak heran jika pendidikan di dalam sistem Islam gratis dan berkualitas bagi seluruh rakyat baik Muslim maupun non muslim. Artinya, tidak dikomersilkan seperti yang terjadi di sistem kapitalisme hari ini. Sistem pendidikan Islam berhasil menghilangkan ketimpangan akses yang sering melahirkan praktik kecurangan. Kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan Islam membentuk kesadaran generasi untuk memperhatikan status halal dan haram, serta menanamkan kejujuran dan amanah dalam melakukan sesuatu. 

Selain itu, negara khilafah juga akan menerapkan sistem sanksi yang adil, tegas dan menjerakan. Yang berfungsi untuk menjaga integritas masyarakat sehingga dapat mencegah praktik kecurangan. Selain itu, khilafah juga membangun masyarakat diatas akidah yang kokoh dimana standar benar dan salah sepenuhnya bersumber dari Allah SWT bukan dari akal manusia. Sistem Islam menjadikan ukuran kebahagiaan adalah keridhoan Allah SWT. Negara khilafah menjamin ketaatan rakyatnya untuk selalu terikat dengan hukum-hukum Allah. Sehingga, kemajuan teknologi dalam bentuk apapun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah dan untuk meninggikan kalimat Allah bukan yang lain. []


Oleh: Aqila Deviana, Amd.Keb.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update