Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pidato Paus Leo XIV, Akankah Membawa Perdamaian Dunia?

Rabu, 28 Mei 2025 | 06:24 WIB Last Updated 2025-05-27T23:24:55Z

TintaSiyasi.id -- Tepat tanggal 8 Mei 2025, Kardinal Robert F. Prevost terpilih sebagai Paus ke-267 menggantikan Paus sebelumnya, Paus Fransiskus. Dia menggunakan nama Paus Leo XIV sebagai pemimpin baru Gereja Katolik di seluruh dunia. Setelah itu Paus Leo XIV kemudian berpidato untuk pertama kalinya dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan. Dalam momen bersejarah tersebut, Paus Leo XIV menyerukan perdamaian dunia dan berjanji untuk bekerja demi Gereja yang bersatu dan setia kepada Yesus dan Injil.

Melansir dari Vatican News (Kamis, 8 Mei 2025) berikut kutipan dari pidato perdana Paus Leo XIV usai terpilih menjadi penerus Paus Fransiskus: “… Saya juga ingin agar salam damai ini masuk ke dalam hati Anda, menjangkau keluarga-keluarga Anda dan semua orang di mana pun mereka berada dan semua bangsa dan seluruh bumi. Semoga damai menyertai Anda. Inilah kedamaian Kristus yang bangkit, kedamaian yang melucuti senjata, merendahkan hati, dan memelihara. Itu datang dari Tuhan. Tuhan, yang mengasihi kita semua, tanpa batasan atau syarat apa pun …”. (www.tempo.co)

Pidato ini seperti memberi angin segar perdamaian dunia terwujud, memberi sebuah harapan akan kebahagiaan penduduk bumi sebentar lagi akan terjadi. Namun, perlu kita amati bersama bahwa kepedulian Paus Leo XIV tersebut terkadang hanya sebatas membawa nilai-nilai moral saja. 

Setiap pernyataan Paus Leo XIV tentu akan mengandung konsekuensi perlu adanya pembuktian dan kepastian harapan itu akan terwujud. Pernyataan itu -sebagai representative pemimpin sebuah agama besar dunia- apakah hanya menjadi sebuah pelipur lara dan hanya sekadar empati yang semestinya bisa melakukan lebih dari itu? Aktif dalam proses perdamaian tentu menjadi sesuatu yang lebih berfaedah. Menemui para pimpinan yang sedang berkonflik tentu juga terobosan yang berguna. Jika Israel yang melakukan penindasan itu tidak menghentikan kekejamannya, seorang Paus bisa saja menganjurkan umatnya melakukan pemboikotan terhadap produk-produk Pro-Israel. Ini akan menjadi dobrakan seorang Paus visioner yang serius membawa jargon perdamaian. Mengapa tidak?

Realitasnya hal itu seperti jauh panggang dari api (tindakan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan). Pidato Paus Leo XIV seolah suara siulan merdu agar mendapat perhatian orang di sekitarnya terlebih warga dunia. Menarik perhatian agar mendapatkan tepuk tangan meriah seperti teatrikal di tengah sandiwara. 

Jika dahulu kala sang Paus bisa memberi restu pasukan salib untuk menyerang sejadi-jadinya tentara Muslim, bertempur mati-matian dengan membawa agama atas nama “perang suci” bagaimana dengan saat ini? Mampukah di abad modern ini sang Paus kembali merestui tentara salibnya agar melakukan perlawanan terhadap tentara Israel?

Lalu pemimpin Muslim dalam Islam seperti apa? Tentu, pemimpin kaum Muslim dalam Islam tidak begitu. Dia selalu menjadi garda terdepan dalam mengawal semua hal yang makruf (baik) dan mencegah semua kebiadaban kemanusiaan yang dilakukan oleh orang-orang buruk.

Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa saja yang taat padaku, maka dia mentaati Allah. Siapa saja yang bermaksiat padaku, maka dia bermakisat juga kepada Allah. Lalu siapa saja yang taat kepada Amir atau pemimpinnya, maka dia mentaatiku. Dan siapa saja yang bermaksiat kepada Amirnya, maka dia bermaksiat kepadaku. Seorang Imam adalah perisai, orang-orang akan berperang dibelakangnya dan berlindung padanya. Jika dia memerintahkan agar takwa kepada Allah, dan berbuat adil, dia akan mendapatkan pahala. Jika berkata selainnya, dia bertanggung jawab atasnya." (HR. An Nasa’i).

Maka sudah waktunya kaum Muslim sadar akan pentingnya khalifah untuk diangkat kembali yang akan menyatukan kaum Muslim dunia, terbebas dari sekat-sekat nasionalisme tersebut yang telah melemahkan umat Islam dan menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh atau kaffah di bawah naungan Daulah Khilafah. Sebagai jawaban tuntas bahwa hanya khalifah kaum Muslim satu-satunya yang akan mampu membawa perdamaian dan keadilan terpampang nyata.

Islam dengan khalifahnya akan membuktikan sekali lagi di tengah peradabannya bahwa kebiadaban, kejahatan, dan pembantaian seperti ulah Israel di Gaza bisa dihilangkan dengan kekuatan yang mengimbangi. Khalifah tersebut yang akan menyatukan kaum Muslim se-dunia. Memobilisasi seluruh kemampuan yang ada untuk menghentikan kejahatan tantara Israel. Jadi masihkah ada harapan dalam pidato sang Paus, apalagi untuk menghentikan kekejaman Israel? []


Oleh: Muhammad Rifky Afrizal
Pustakawan Muda

Opini

×
Berita Terbaru Update