Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Personal Branding Islami: Bangkitkan Bisnismu Melalui Komunikasi, Literasi, dan Kolaborasi

Jumat, 23 Mei 2025 | 08:03 WIB Last Updated 2025-05-23T01:03:23Z


TintaSiyasi.id -- “Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja dengan profesional.”
(HR. Thabrani)

Pendahuluan: Menjemput Takdir Kejayaan Umat

Umat Islam adalah umat yang ditakdirkan mulia. Dalam sejarahnya, Islam pernah memimpin dunia—tidak hanya dalam hal spiritualitas, tetapi juga dalam ekonomi, sains, dan peradaban. Namun hari ini, tantangan global menuntut umat Islam untuk bangkit kembali, salah satunya melalui penguatan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam. Dan di era digital ini, salah satu kekuatan yang sangat krusial untuk dibangun oleh setiap muslim—terutama pelaku bisnis, dai, dan tokoh masyarakat—adalah personal branding yang autentik dan bernilai.

Personal branding dalam perspektif Islam bukan sekadar pencitraan untuk mendapatkan popularitas duniawi, melainkan sarana dakwah, sarana menunjukkan akhlak, dan jembatan untuk menebar manfaat seluas-luasnya kepada umat.

1. Personal Branding: Cermin Diri dan Jalan Dakwah

Personal branding adalah bagaimana seseorang menampilkan identitas dirinya secara konsisten, profesional, dan bernilai di mata publik. Dalam Islam, personal branding sejati lahir dari keikhlasan, amanah, dan akhlakul karimah. Sebagaimana Rasulullah SAW yang dikenal dengan gelar Al-Amin bahkan sebelum diangkat menjadi nabi—itulah personal branding yang paling mulia: dikenal karena integritas dan manfaatnya.

> “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Membangun personal branding Islami berarti menjadikan diri sebagai wajah Islam yang meneduhkan. Seorang muslim entrepreneur, ketika branding-nya kuat, bukan hanya sukses menjual produk, tetapi juga menyampaikan pesan nilai, akhlak, dan karakter Islam.

2. Komunikasi: Menyentuh Hati, Menggerakkan Aksi

Kekuatan personal branding terletak pada komunikasi. Dalam Al-Qur’an, Allah mengajarkan kepada Musa AS untuk menyampaikan dakwah kepada Fir’aun dengan lembut:

> "Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut."
(QS. Thaha: 43-44)

Komunikasi yang bijak, bernilai, dan penuh kasih adalah kunci membuka hati. Bagi pelaku bisnis muslim, komunikasi bukan hanya soal “closing” penjualan, tetapi juga soal membangun hubungan, kepercayaan, dan nilai tambah. Gunakan narasi yang jujur, visual yang bersih, serta storytelling yang menggugah jiwa—karena semua itu bagian dari dakwah melalui produk dan layanan.

3. Literasi: Jalan Menuju Kebangkitan Umat

Allah SWT memuliakan ilmu sebagai dasar peradaban. Wahyu pertama adalah "Iqra"—bacalah! Di era digital, literasi bukan lagi pilihan, melainkan senjata. Seorang muslim wajib melek informasi, melek media, dan melek tren.

Literasi bukan hanya tentang membaca buku, tapi membaca zaman. Kita harus memahami algoritma media sosial, perubahan perilaku konsumen, serta dinamika teknologi. Literasi digital akan memperkuat personal branding dan membuka jalan rezeki yang halal serta strategis.

Sayangnya, masih banyak umat Islam yang tertinggal dalam aspek literasi ini. Mereka hanya menjadi konsumen, bukan produsen informasi. Padahal, Rasulullah SAW mencontohkan bahwa seorang muslim harus unggul dalam ilmu, tangguh dalam amal, dan bijak dalam menyebarkan kebaikan.

4. Kolaborasi: Bangkit Bersama, Kuat Bersama

Islam adalah agama jamaah. Kekuatan umat terletak pada sinergi. Tidak ada kesuksesan sejati dalam bisnis tanpa kerja sama. Rasulullah SAW membangun pasar Islam di Madinah bukan sendirian, tapi dengan kolaborasi para sahabat. Umat Islam hari ini harus kembali menghidupkan semangat ukhuwah tijariyyah—persaudaraan dalam bisnis.

Kolaborasi memperluas jaringan, mempercepat pertumbuhan, dan memperkuat kepercayaan. Bangun sinergi dengan sesama muslim: dengan influencer dakwah, UMKM Islami, pesantren, dan komunitas spiritual. Bersama, kita bisa mendobrak dominasi pasar oleh mereka yang jauh dari nilai-nilai keadilan dan keberkahan.

5. Spiritual Branding: Kekuatan Doa dan Keberkahan

Personal branding seorang muslim sejati bukan hanya tampak di mata manusia, tetapi juga kuat di hadapan Allah. Bangunlah spiritual branding—yakni kualitas ruhani yang terjaga melalui shalat, zikir, dan sedekah. Ketika spiritual branding ini kuat, maka keberkahan Allah akan menyertai setiap langkah bisnis kita.

> “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2-3)

Spiritual branding adalah fondasi dari seluruh strategi bisnis. Karena sehebat apapun branding di media sosial, tanpa hubungan yang kokoh dengan Allah, maka keberhasilannya semu dan cepat sirna.

Penutup: Saatnya Muslim Bangkit dan Memimpin Pasar

Wahai saudaraku, bangkitlah! Kita tidak kekurangan potensi, hanya kurang strategi dan keberanian untuk menampakkan jati diri sebagai muslim yang profesional dan visioner. Bangun personal branding yang kokoh, berkomunikasilah dengan hikmah, tingkatkan literasi, dan rajut kolaborasi yang membangun.

Umat Islam harus menjadi trendsetter, bukan pengikut. Menjadi pemilik brand, bukan sekadar reseller. Mari jadikan bisnis sebagai wasilah dakwah, dan branding sebagai pintu masuk keberkahan.

> “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
(QS. Al-Qashash: 77)

Oleh. Dr. Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update